Berita Bali
Soal Ratusan Babi Mati Mendadak di Karangasem, GUPBI Bali: Pemerintah Sangat Lambat
Ketua GUPBI Bali: wabah virus yang diduga ASF itu sejatinya sudah mewabah di semua kabupaten di Bali.
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Tujuannya mencegah penularan penyakit virus ke hewan, satu diantaranya virus African Swine Fever (ASF) ke ternak babi.
"Kemarin kita turun ke lapangan untuk mengecek ternak dan kandang warga di Kecamatan Sidemen, Manggis, Kubu. Kita juga memberikan desinfektan ke peternak agar ternak tak mati. Untuk di Desa Ban, pola memeliharanya beda dengan lain. Peternak memelihara di ruang terbuka, tak pakai kandang," kata Siki Ngurah.
Virus ASF hingga sekarang belum ada obat karena itu peternak harus disiplin menerapkan pencegahan dan biosecurity sehingga babi tak mati mendadak.
Membersihkan kandang harus rutin dilakukan setiap minggu.
"Kalau ada ternak yang sakit, langsung laporkan ke Puskeswan, sehingga ditindaklanjuti. Tiap kecamatan ada Puskeswan," kata Siki.
"Untuk warga yang ternaknya sudah terjangkit virus sementara tidak memelihara babi. Minimal 3 bulan. Biar tak rugi. Biasanya ternak yang terjangkit agak cepat penyebarannya," katanya. (gus/sar/ful)
Peternak Dihantui Rasa Khawatir
PARA peternak khususnya hewan babi kembali dihantui rasa khawatir sekaligus takut terhadap ancaman virus ASF yang sempat meledak di tahun 2020 lalu.
Terlebih lagi, saat ini ratusan ekor babi dilaporkan mati diduga diserang virus tersebut di Bali, khususnya wilayah Kabupaten Karangasem.
Pemerintah mewanti-wanti masyarakat juga pelaku usaha khususnya peternak babi untuk meningkatkan biosecurity.
Terpenting, para pelaku usaha agar sementara waktu tidak mendatangkan ternak babi dari wilayah lain.
"Ya jangan sampai kasus yang sama saat itu (awal 2020) terulang kembali. Sehingga kasus saat itu kita jadikan cerminan untuk waspada di setiap saat dengan meningkatkan biosecurity di masing-masing ternaknya," kata Bendesa Adat Sumbersari, I Ketut Subanda, Rabu 27 Maret 2024.
Menurutnya, memang ada rasa khawatir dan waswas dari peternak.
Namun begitu, pihaknya telah menyampaikan ke seluruh peternak untuk tetap tenang dan melakukan langkah antisipasi atau pencegahan.
Termasuk jika ada hewan ternak yang mengalami gejala agar segera dieksekusi untuk membatasi penyebaran penyakit.
"Terutama pembatasan mobilitas ternak serta orangnya. Untuk sementara jangan dulu mendatangkan ternak dari wilayah lain. Kemudian juga sudah ditegaskan untuk menjaga kebersihan kandangnya setiap saat," tegasnya.
Selain itu, kata dia, juga telah disarankan untuk melakukan langkah penyemprotan desinfektan secara berkala.
Pihaknya telah membantu desinfektan ke masing-masing peternak di wilayahnya untuk diatur sedemikian rupa.
Kepala Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Wayan Widarsa menegaskan, kasus serangan virus ASF diharapkan tidak ditemukan di Jembrana.
Untuk itu, masyarakat khususnya peternak babi agar tidak resah dan khawatir, namun tetap waspada.
"Astungkara dan semoga tidak ditemukan di Jembrana (Kematian Virus ASF). Lakukan langkah-langkah pencegahan seperti sebelumnya," tegas Widarsa, Rabu 27 Maret 2024.
Dia menyebutkan, beberapa langkah yang bisa dilakukan di antaranya memberikan pakan terbaik terhadap ternaknya.
Kemudian batasi mobilitas keluar masuk bibit atau babi potong, termasuk orang dari luar wilayah kandang.
Terpenting juga pastikan areal kandang tetap dijaga agar bersih sehingga bisa meminimalisir timbulnya potensi penyakit pada ternak.
"Kemudian juga dilakukan spraying desinfektan secara rutin dan berkala seperti sebelumnya," tegasnya.
Bagi masyarakat atau peternak, kata dia, yang kebetulan belum atau tidak memiliki bahan untuk desinfektan bisa memohon kepada petugas Keswan-Kesmavet di wilayah, di Kecamatan hingga Kabupaten atau di Dinas.
Terpisah, Dinas Pertanian Tabanan meminta supaya peternak babi di Tabanan tetap melaksanakan biosecurity secara ketat.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan, I Gde Eka Parta Ariana mengatakan, peternak harus meningkatkan kewaspadaan dengan cara meningkatkan biosecurity dan memperhatikan kebersihan kandang.
"Pelaksanaan biosecurity saja secara ketat. Sebelum ada vaksin,” ucapnya, Rabu 27 Maret 2024.
Dijelaskannya, di Tabanan belum ada laporan kasus ASF.
Meskipun ada laporan kematian babi, namun bukan merupakan ASF.
Pihaknya sudah memastikan ke lapangan terkait laporan itu.
Terkait vaksin, belum ada berita bahwa Tabanan akan mendapatkan vaksin. Itu karena Kementerian terkait atau pusat yang menentukan.
Sesuai data di Dinas Pertanian tercatat populasi babi di Kabupaten Tabanan sekitar 31.930 ekor.
Jumlah tersebut menyebar di 10 kecamatan dengan populasi terbanyak di Kecamatan Baturiti yakni 9.528 ekor.
Selanjutnya Kecamatan Penebel 5.770 ekor, Kecamatan Selemadeg 3.441 ekor.
Kecamatan Selemadeg Timur 3.236 ekor, Kecamatan Marga 2.755 ekor, Kecamatan Kerambitan 2.667 ekor, Kecamatan Tabanan 1.763 ekor, Selemadeg Barat 1.690 ekor, Pupuan 657 ekor, dan Kecamatan Kediri 423 ekor.
Munculnya kasus di Karangasem, lanjut Eka Parta, pihaknya memang mewaspadai kemunculan hal sama pada babi para peternak. Karena ada potensi ancaman.
Apalagi, Bali dikategorikan sebagai daerah endemik terhadap virus ASF, dan diperparah lagi dengan adanya peralihan musim dari kemarau ke musim hujan yang akan mendukung bagi merebaknya virus ASF saat ini.
"Dalam biosecurity, kami di dinas sudah mengalokasikan bantuan ke jumlah peternak berupa desinfektan melalui UPT. Namun memang itu tidak banyak atau tidak bisa mengcover seluruh peternak di Tabanan,” bebernya. (mpa/ang)
Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.