Palebon Tjokorda Bagus Santaka di Ubud
PALEBON Mendiang Tjokorda Bagus Santaka Disesaki Ribuan Warga, Pedagang Kamen Kecipratan Rezeki
Sementara di dalam Puri Agung Ubud, suasananya sangat magis. Sebab terdapat berbagai permainan musik sakral yang dimainkan oleh pengayah.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
Kata dia, prosesi ini tidak ada bisa berjalan tanpa dukungan Krama. Karena itu iapun tak bisa berkata-kata atas bantuan yang diterima keluarga Puri Agung Ubud dari Krama adat.
"Kami sampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya pada krama, karena prosesi bisa berjalan sesuai harapan," tandasnya.
Bendesa Agung Ubud, Tjokorda Raka Kerthyasa juga mengatakan hal demikian. Pihaknya berterima kasih pada semua pihak, karena prosesi bisa berjalan dengan lancar.
Pihaknya pun mengaku bangga masih bisa menggelar prosesi ini, di tengah era modern ini. “Ini menandakan bahwa tradisi leluhur kami di Ubud dan budaya yang ada, berjalan langgeng," ujarnya.
Dalam mengamankan kondusif wilayah Kabupaten Gianyar, selama prosesi palebon, Polres Gianyar mengerahkan sekitar 200 personel, dibantu 20 personel Brimob Polda Bali, TNI, Satpol PP Gianyar dan Dinas Perhubungan Gianyar.
Kapolres Gianyar, AKBP I Ketut Widiada saat ditemui di Puri Agung Ubud mengatakan, palebon Puri Agung Ubud tentunya menimbulkan kepadatan lalu lintas di sejumlah titik di Gianyar.

Sebab setiap hari ada ribuan kendaraan yang melintas di Ubud, dan selama palebon berlangsung, jalan menuju catuspata atau depan Puri Agung Ubud ditutup.
"Karena itu dalam memberikan rasa nyaman pada pengendara dan agar prosesi palebon mendiang Tjokorda Bagus Santaka berjalan lancar, kami turunkan 200an personel Polres Gianyar, dibantu 20 orang Brimob Polda Bali, Satpol PP, Dishub dan sebagainya," ujar Kapolres.
Kata dia, penjagaan tidak hanya dilakukan di Ubud, namun sampai ke daerah Sukawati, Blahbatuh dan Tegalalang. "Astungkara, sampai detik ini tidak ditemukan kemacetan parah, karena kita sudah sejak jauh-jauh hari umumkan lewat media sosial," ujarnya.
Acara palebon ini menjadi ladang bisnis pedagang kain atau kamben. Bahkan tak sedikit para pedagang kamben ini berasal dari desa-desa di Kabupaten Bangli.
Pantauan Tribun Bali, para pedagang yang sebagian besar ibu-ibu paruh baya tersebut, menawarkan kemben pada setiap wisatawan yang lewat.
Ni Wayan Ranti merupakan salah satu dari puluhan pedagang kamben saat pelebon Puri Agung Ubud ini. Dia mengatakan sudah berada di Ubud sejak pukul 09.00 Wita.
"Saya dari Bangli, banyak teman dari Bangli juga ke sini jualan kamben. Saya sendiri sudah dari jam 9 di sini," ujarnya.
Ranti mengatakan, dalam hal ini ia dan teman-temannya menjual kamben berbahan kain rayon. Satu kamben dijual Rp 100 ribu. "Ini baru laku satu, saya jual Rp 100 ribu," ujarnya.
Pantauan Tribun Bali, beberapa pedagang kamben ini juga ditegur oleh petugas Satpol PP Gianyar karena terlalu memaksa dan membuat wisatawan tidak nyaman.
"Jangan seperti itu Bu, harus sopan, jangan sampai membuat wisatawan tidak nyaman,” ujar seorang petugas Satpol PP Gianyar, yang menegur beberapa pedagang kamben yang mengejar dan mendesak wisatawan. (weg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.