DBD Di Bali
DBD Jadi Penyakit Musiman, Perbekel dan Lurah Diminta Pengadaan Fogging
DBD Jadi Penyakit Musiman, Perbekel dan Lurah Diminta Pengadaan Fogging
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Fenty Lilian Ariani
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Seluruh Perbekel dan Lurah di Buleleng diminta untuk melakukan pengadaan alat fogging.
Hal dilakukan mengingat kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) cukup tinggi. Bahkan telah merenggut satu korban jiwa.
Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna pada Selasa (23/4) DBD sudah menjadi penyakit musiman tiap musim hujan.
Banyak masyarakat yang terpaksa dilarikan ke rumah sakit akibat gigitan nyamuk aedes aegypti ini.
Bahkan menurut data dari Dinas Kesehatan Buleleng per Jumat (19/4) tercatat ada sebanyak 561 kasus DBD yang terjadi di Bumi Panji Sakti.
Kasus tertinggi terjadi di Kecamatan Gerokgak, Buleleng dan Sukasada.
Untuk itu Supriatna mengimbau 148 desa/kelurahan di Buleleng untuk segera melakukan fogging secara swadaya.
Bahkan mengingat penyakit ini musiman, ia mendorong agar seluruh desa melakukan pengadaan alat fogging melalui APBDes.
"Alat fogging kan tidak terlalu mahal, sekitar Rp 15 juta. Bisa dilakukan pengadaan lewat APBDes atau Alokasi Dana Desa (ADD). Perbekel harusnya bisa menganggarkan, karena ini sudah menjadi kasus tahunan," jelasnya.
Baca juga: Upacara Tumpek Uye dan Segara Kerthi Akan Jadi Pembuka Rangkaian World Water Forum ke-10
Selain penanganan dilakukan oleh pemerintah, ia juga berharap masyarakat turut membantu mengatasi DBD ini dengan memberantas sarang nyamuk.
Berupa menjaga kebersihan lingkungan rumahnya dengan langkah 3M, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, serta mendaur ulang barang yang berpotensi dijadikan tempat berkembang biaknya nyamuk aedes aegypti.
Terpisah Pj Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana mengatakan, penanganan DBD jangan seperti pemadam kebakaran. Setelah kasus mencuat, baru gencar dilakukan fogging.
Antisipasi DBD harus dilakukan sebelum musim hujan. Ia pun meminta kepada seluruh stakeholder terkait untuk rutin mensosialisasikan penanganan DBD ini kepada masyarakat.
Sebelumnya diberitakan, terdapat satu kasus kematian akibat DBD.
Seorang bocah berinisial QKM (5) meninggal dunia pada Minggu (14/4) kemarin, setelah sempat dilarikan ke RSUD Buleleng.
Kepala Dinas Kesehatan Buleleng dr Sucipto menyebut, bocah perempuan yang tinggal di Desa Kaliunda, Klungkung itu mulai mengalami gejala DBD sejak Selasa (9/4) lalu, dengan keluhan demam.
Sehingga dilarikan oleh orangtuanya ke rumah sakit yang ada di Klungkung.
Saat itu bocah malang tersebut hanya menjalani rawat jalan. Sehingga keesokan harinya pada Rabu (10/4), QKM diajak oleh orangtuanya untuk mudik lebaran ke Desa Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Buleleng.
Saat mudik itu, bocah tersebut kembali mengalami demam, sehingga keluarga mengajaknya ke Gilimanuk, untuk menjalani pengobatan dengan cara dipijat.
Bukannya membaik, pada Minggu (14/4) dinihari keadaan bocah tersebut semakin memburuk. Tubuhnya lemas. Keluarga pun melarikannya ke RSUD Tangguwisia Seririt, lalu dirujuk ke RSUD Buleleng.
Namun sayang, setelah beberapa jam diberikan penanganan, bocah malang itu dinyatakan meninggal dunia sekitar pukul 20.54 Wita.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.