Populer Bali

Viral Bali: Mahasiswa Klungkung Bali Tewas Diduga Dianiaya Senior dan Pembunuhan Sadis PSK di Kuta

Berita Viral Bali pertama menyorot kasus meninggalnya mahasiswa Sekolah Tinggil Ilmu Pelayaran (STIP) asal Klungkung Bali, Putu Satria Ananta Rustika

Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ady Sucipto
tribun bali/dwisuputra
ilustrasi pembunuhan. Viral Bali: Mahasiswa Klungkung Bali Tewas Diduga Dianiaya Senior dan Pembunuhan Sadis PSK di Kuta 

TRIBUN-BALI.COM – Berikut berita Viral Bali yang menjadi perhatian hangat publik sepanjang 24 jam terakhir.

Berita Viral Bali pertama menyorot kasus meninggalnya mahasiswa Sekolah Tinggil Ilmu Pelayaran (STIP) asal Klungkung Bali, Putu Satria Ananta Rustika (19).

Berita Viral Bali selanjutnya mengulas soal kasus pembunuhan sadis Pekerja Seks Komersial (PSK) di Kuta.

Baca juga: 8 Fakta Tewasnya Putu Satria Mahasiswa STIP Asal Klungkung Bali, Diduga Dianiaya Kating Perkara Baju

Berikut ulasan selengkapnya berita Viral Bali

Sosok Putu Satria

Mahasiswa STIP asal Klungkung Bali, Putu Satria Ananta Rustika (19) tewas pada Jumat, 3 Mei 2024 sore.

Putu Satria meninggal dunia diduga setelah mendapat penganiayaan dari para seniornya tingkat II.

Putu Satria diketahui merupakan putra pertama dari tiga bersaudara.

Korban adalah siswa alumni dari SMA Negeri 2 Semarapura, Klungkung

Perbekel Desa Gunaksa I Wayan Sadiarna membenarkan, Putu Satria Ananta Rustika merupakan warganya.

Sore tadi, pihak keluarga sudah ke Jakarta untuk memastikan informasi tersebut.

"Tadi ibu, adik, serta paman dari anak itu (Putu Satria Ananta Rustika) berangkat ke Jakarta. Katanya mengecek informasi tersebut," jelas Sadiarna, Jumat 3 Mei 2024.

Sadiarna mengaku mengenal warganya tersebut.

Bahkan mengetahui saat Putu Satria berangkat melanjutkan pendidikan ke salah satu sekolah kedinasan di Jakarta.

"Saya tahu anak ini, sebelum berangkat juga dulu pernah bertemu," ungkapnya.

Dikutip dari tribunnews.com, Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan membenarkan informasi adanya mahasiswa meninggal dunia di STIP. Diduga mahasiswa itu meninggal karena dianiaya seniornya.

"Jadi awalnya, kami Polres Metro Jakarta Utara menerima LP (laporan) meninggalnya seseorang berinisial P. Pada waktu kondisi meninggal ini ada di RS Tarumajaya. Yang bersangkutan adalah salah satu siswa tingkat 1 di STIP," kata Gidion kepada wartawan, Jumat 3 Mei 2024.

Ia menambahkan, meninggalnya mahasiswa tingkat 1 itu, akibat kekerasan yang dilakukan oknum seniornya tingkat 2.

"Kami masih mendalami secara utuh bagaimana rangkaian peristiwanya," jelasnya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, kejadian itu terjadi di toilet lantai II STIP Jakarta Utara.

Awalnya korban (Putu Satria Ananta Rustika) dan teman-temannya yang masih tingkat I dipanggil oleh senior di tingkat II.

Seniornya yang berinisial T asal Bekasi, sempat menanyakan siapa yang meminta korban dan rekan-rekanya memakai pakaian olahraga ke gedung pendidikan lantai 3.

Korban dan rekan-rekannya kemudian diminta berbaris berjejer.

Kemudian T memukul ulu hati korban dengan tangan mengepal sebanyak 5 kali.

Hal itu membuat korban terkapar.

"Ada dugaan akibat kekerasan yang dilakukan oleh oknum seniornya tingkat 2 dalam kegiatan tadi pagi yang dilakukan oleh senior-seniornya terhadap korban, tetapi kami masih mendalami secara utuh bagaimana rangkaian peristiwa," kata Gidion di lokasi, Jumat malam.

Baca juga: Sorotan Kasus Mahasiswa Asal Klungkung Bali Tewas di STIP, Putu Rustika Diduga Dianiaya Senior

Gidion mengatakan, kasus dugaan perpeloncoan maut ini awalnya diketahui setelah ada laporan bahwa korban dilarikan ke RS Tarumajaya, Kabupaten Bekasi.

Korban kemudian diperiksa dan ternyata tewas akibat diduga mengalami kekerasan fisik di dalam kampus STIP Jakarta, Cilincing, Jakarta Utara.

Putu Satria yang merupakan taruna asal Bali diduga tewas setelah mengikuti kegiatan yang diinisiasi senior-seniornya pagi itu.

"Kegiatan ada di kamar mandi. Ini kegiatan yang memang tidak dilakukan secara resmi oleh lembaga. Ini kegiatan perorangan mereka. Jadi tidak dilakukan secara terstruktur ataupun kurikulum ya," ucap dia.

Terkini, polisi sudah memasang garis polisi di toilet pria tempat korban terakhir kali ditemukan tak sadarkan diri.

Polisi juga sudah mengamankan beberapa taruna STIP Jakarta yang diduga melakukan kekerasan terhadap Putu Satria.

"Sambil berjalan, kami juga sudah memeriksa 10 orang lebih untuk menceritakan peristiwa kejadiannya seperti apa," kata Gidion.

Seiring proses penyelidikan yang dilakukan kepolisian di lokasi, pihak keamanan STIP Jakarta memperketat pengamanan di gerbang masuk.

Pantauan TribunJakarta.com, sejak Jumat siang hingga sore petugas keamanan bersiaga di depan gerbang.

Petugas tampak memberhentikan sejenak mobil-mobil yang hendak masuk ke dalam area STIP sembari menanyakan keperluannya.

Petugas keamanan juga memeriksa kendaraan yang hendak masuk ke area STIP, kemudian berjaga di gerbang dengan didampingi polisi.

Dari kejauhan, terpantau pula Jumat sore itu digelar apel yang melibatkan mahasiswa STIP di halaman sekolah tinggi tersebut.

Salah seorang petugas keamanan yang berjaga di depan gerbang menyebutkan, hingga sore itu polisi masih menyelidiki terkait meninggalnya taruna STIP Jakarta di lokasi.

"Untuk saat ini kami belum bisa menerima media. Arahannya seperti itu. Kemudian juga di dalam masih ada proses penyelesaiannya. Pihak kepolisian masih di dalam," kata petugas keamanan tersebut.

Para mahasiswa akhirnya diperbolehkan keluar dari area STIP Jakarta sekitar pukul 16.30 WIB.

Sebelumnya, TribunJakarta.com juga memantau mobil Tim Inafis Polres Metro Jakarta Utara memasuki area STIP Jakarta pada pukul 14.00 WIB.

Setelah 1,5 jam melakukan pengecekan di dalam, mobil Tim Inafis Polres Metro Jakarta Utara terlihat meninggalkan STIP Jakarta sekitar pukul 15.30 WIB.

Baca juga: Terungkap, Penyebab Amrin Pane Gorok & Tikam RA hingga Tewas di Kuta: Kesal Diminta PSK Bayar Lebih

Amrin Pane Gorok & Tikam RA hingga Tewas di Kuta: Kesal Diminta PSK Bayar Lebih

Amrin AL Rasyid Pane (20) menjadi tersangka kasus pembunuhan terhadap seorang Pekerja Seks Komersial (PSK) di sebuah rumah kos di Jalan Bhineka Jati Jaya, Kuta, Badung, Jumat (3/5) sekitar pukul 03.00 Wita.

Kasi Humas Polresta Denpasar AKP I Ketut Sukadi mengatakan, pria kelahiran Balikpapan dan beralamat di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara itu tega melakukan aksinya lantaran kesal korban meminta bayaran lebih.

“Pelaku kesal dan emosi karena korban yang berprofesi sebagai Pekerja Seks Komersial meminta bayaran lebih kepada pelaku,” sebagaimana keterangan tertulis yang diterima Tribun Bali, Jumat (3/5).

Korban yang diketahui berinisial RA (23) asal Bogor, Jawa Barat itu tewas dengan cara digorok oleh pelaku.

Bahkan, pelaku sempat menikam korban berulang kali hingga akhirnya meninggal dunia.

“Pelaku menggunakan pisau dapur untuk menggorok leher korban dan menikam tubuh korban berulang kali,” beber AKP Sukadi.

Kejadian bermula ketika pelaku memesan PSK melalui sebuah aplikasi MiChat.

Di awal, mereka bersepakat bahwa ongkos jasa PSK Rp. 500.000.

Beberapa menit berselang, korban tiba di TKP yang sekaligus rumah kos pelaku dan langsung masuk ke kamar kos untuk selanjutnya berhubungan badan.

Setelah berhubungan badan, pelaku membayar ongkos jasa PSK Rp.500.000 sebagaimana kesepakatan awal.

Namun, korban justru tak terima dan meminta bayaran lebih hingga mencapai total Rp 1.000.000.

Pelaku tak terima dengan sikap korban.

Ditambah lagi, korban mengancam pelaku akan memanggil kekasih dan rekannya ke TKP.

Dengan ancaman tersebut, pelaku sontak menganiaya dengan cara menggorok leher korban dari belakang dengan pisau dapur yang ada di kamar kosnya.

“Dengan adanya ancaman tersebut pelaku menjadi emosi dan secara spontanitas langsung melakukan penganiayaan.

Dengan cara menggorok leher korban dari belakang dengan menggunakan pisau dapur milik pelaku yang ada di kos,” jelas AKP Sukadi.

Ketika digorok, korban melawan dengan berteriak.

Sehingga, pelaku menutup mulut korban dengan tangan kirinya.

Korban terus melawan hingga akhirnya pelaku menikam tubuh korban secara membabi buta dan korban berakhir meninggal dunia.

“Pada saat korban digorok lehernya korban berteriak sehingga pelaku membungkam mulut korban dengan tangan kiri.

Korban masih berteriak dan memberontak kemudian pelaku dengan cara membabi buta langsung menikam tubuh korban berulang ulang sampai korban meninggal dunia,” lanjut AKP Sukadi.

Setelah korban meninggal dunia, pelaku bermaksud memasukkan tubuh korban ke dalam koper miliknya.

Sadisnya, pelaku mematahkan leher korban terlebih dahulu agar tubuh korban bisa muat dimasukkan ke dalam koper.

“Setelah korban meninggal dunia pelaku langsung memasukkan tubuh korban kedalam koper milik pelaku.

Karena dirasa tidak muat, pelaku mematahkan leher korban guna mempermudah tubuh korban masuk kedalam koper milik pelaku,” ungkap Kasi Humas Polresta.

Selanjutnya, koper berisi mayat korban itu dibawa pelaku untuk dibuang di semak-semak yang berlokasi di jembatan panjang, Jimbaran.

Pelaku pergi ke lokasi pembuangan mayat dengan menggunakan sepeda motor Honda Beat milik pelaku.

Setelah membuang mayat korban, pelaku kembali ke TKP.

Namun lantaran di TKP telah ramai petugas kepolisian dan warga setempat, pelaku membatalkan niatnya.

Sepeda motor pelaku dibiarkan terparkir di seputar TKP yang berjarak sekitar 60 meter.

Selanjutnya, pelaku meminjam motor milik rekannya untuk menuju ke rumah kos saudaranya di Kelan.

AKP Sukadi mengatakan, pelaku kemudian menyerahkan diri ke Mapolsek Kuta atas nasihat dari saudaranya tersebut.

“Kemudian atas nasihat kakak pelaku, pelaku diantar oleh kakaknya untuk menyerahkan diri ke Polsek Kuta,” jelasnya.

Atas perbuatannya itu, pelaku disangkakan Pasal 338 Subsider Pasal 351 ayat 3 KUHP dengan ancaman hukuman penjara paling lama 7 tahun. (tribun bali/mit/mah)

>>> Baca berita terkait <<<

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved