Berita Bangli
Serangkaian HUT Bangli, 59 Peserta Ikuti Kontes Anjing Kintamani
anjing Kintamani merupakan salah satu unsur biodiversiti dari Batur Global Geopark yang harus dipertahankan.
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Kontes Anjing Kintamani kembali digelar serangkaian HUT Bangli ke-820.
Kontes di tahun 2024 ini dilaksanakan di Kecamatan Kintamani, Bangli, Bali, yang notabene merupakan tempat asal anjing tersebut.
Lokasi kontes bertempat di Wantilan Tunon Desa Batur, Kecamatan Kintamani.
Acara tersebut diikuti 59 pendaftar. Ada yang dari Bangli. Adapula luar Kabupaten Bangli seperti Denpasar, Kuta, Ubud.
Baca juga: Satpol PP Pariwisata Bali Siap Bertugas, Bekerja Dua Shift Ditemani Anjing Kintamani
Bahkan ada peserta dari luar Bali, seperti Surabaya, Solo dan DIY.
Adapun penilaian kontes kali ini fokus pada anatomi atau postur tubuh anjing kintamani.
Penilaian dibagi dalam 8 jenis kelompok umur.
Mulai dari kelompok baby usia 3 sampai 6 bulan, hingga kelompok veteran yakni usia 8 tahun ke atas.
Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli, I Wayan Sarma mengatakan, kontes anjing Kintamani merupakan acara tahunan.
Salah satu alasan digelarnya kontes ini, karena anjing Kintamani merupakan salah satu unsur biodiversiti dari Batur Global Geopark yang harus dipertahankan.
"Selain itu, karena anjing Kintamani sudah diakui sebagai anjing ras dunia oleh Federasi Kinologi Internasional. Apabila kita tidak menggelar event, kontes, dan sejenisnya, maka pengakuan anjing Kintamani sebagai anjing ras dunia bisa dicabut," ungkapnya, Minggu 12 Mei 2024.
Diungkapkan pula, tujuan dilaksanakan kontes ini adalah untuk menjamin kelangsungan pemuliabiakan anjing Kintamani di Kabupaten Bangli, Bali.
Disamping juga meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap anjing Kintamani.
"Tentu adapula manfaat ekonomis yang didapatkan. Baik dari mengembangbiakkan anjing Kintamani, maupun dari kontes yang dilaksanakan ini," ujarnya.
Selain dengan mengadakan kontes, untuk terus mengenalkan eksistensi anjing Kintamani, pihak dinas juga rutin menggelar pembinaan pada masyarakat.
Terutama di kawasan anjing Kintamani, seperti di Desa Siakin, Pinggan, dan Sukawana.
Dalam pembinaan tersebut, pihaknya mengimbau pada masyarakat agar hanya memelihara anjing Kintamani saja.
Pun demikian, dilarang melakukan kawin silang anjing Kintamani dengan anjing ras lain.
Sarma tidak memungkiri jika penyakit rabies menjadi salah satu ancaman terhadap populasi anjing Kintamani.
Oleh sebab itu, pihaknya terus melakukan berbagai upaya untuk memutus mata rantai rabies.
"Bersamaan dengan kegiatan ini, kita juga mengenalkan program inovasi daerah bernama Tisira (Tim Siaga Rabies) Plus. Program ini berupa pola penanganan rabies dengan menitikberatkan peran serta masyarakat, melalui pembentukan kader di desa-desa. Sedangkan plusnya adalah kita kerjasama dengan BAWA (Bali Animal Welfare Assosiation) untuk mendata hewan penular rabies, tindakan medis berupa sterilisasi dan kastrasi, untuk menekan laju pertumbuhan," jelasnya.
Diakui Sarma, hingga kini sudah ada desa-desa yang telah membentuk Tisira. Salah satunya Desa Batur.
"Dari 72 Desa/Kelurahan di Bangli, sekitar setengahnya sudah membentuk Tisira. Kita juga terus fasilitasi dan pantau, agar seluruh desa di Bangli segera membentuk Tisira," tandasnya. (mer)
Kumpulan Artikel Bangli
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.