Berita Denpasar
WASPADA! Penderita TBC Naik Tajam,1.416 Tahun 2022,Jadi 1.858 di 2023, Aplikasi SENTER Bantu Pasien
Aplikasi ini dibuat oleh Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) Denpasar dengan Universitas Bali Internasional (UNBI).
Penulis: Putu Supartika | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM - Denpasar kini memiliki aplikasi untuk mengawasi penderita Tuberculosis (TBC) guna rutin minum obat. Aplikasi ini bernama SENTER atau Sehat Tanpa Tuberculosis.
Aplikasi ini sebagai langkah positif karena masih ada penderita yang tidak meminum obat sesuai dengan aturan sehingga menimbulkan gagal dalam pengobatan atau resistensi obat. Hal itu akan membawa dampak buruk bagi penderita karena sulit untuk disembuhkan.
Aplikasi ini dibuat oleh Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) Denpasar dengan Universitas Bali Internasional (UNBI).
Ketua PPTI Cabang Kota Denpasar, I Made Sudhana Satrigraha mengatakan, dengan adanya aplikasi yang dibuat oleh UBI diharapkan para penderita tidak ada lagi yang telat bahkan sampai kelupaan untuk minum obat.
Mengingat dalam aplikasi ini terdapat pengingat melalui bentuk gamelan bagi penderita TBC untuk minum obat. Sehingga pengawas minum obat dalam hal ini keluarga terdekat semakin dipermudah.
"Intinya aplikasi ini untuk mempermudah para penderita agar selalu ingat untuk minum obat," katanya. Ketua Harian PPTI Cabang Denpasar, IGN Wibawa menambahkan, saat ini kasus tuberkulosis di Kota Denpasar mengalami peningkatkan.
Tahun 2022 sebanyak 1.416 kasus dan tahun 2023 sebanyak 1.858 kasus. Temuan kasus ini karena meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri.
Baca juga: KASUS Mobil Bodong STNK Palsu di Nusa Penida, Ini 28 Daftarnya, Polisi Baru Tetapkan 2 Tersangka!
Baca juga: MUAK! Akhirnya Gotong Royong Uang hingga Tenaga, Warga Jembrana Swadaya Perbaiki Jalan Rusak!

"Saat ini kami pantau selain penderita TBC di keluarga, keluarga yang tidak kena TB juga memeriksakan diri. Sehingga diketahui lebih dini bila kena TB," katanya.
Namun demikian, tidak dipungkiri dari jumlah tersebut tidak semua penderita TBC minum obat sesuai jadwal yang telah diberikan dari tim kesehatan. Bahkan ada yang berhenti total setelah minum obat beberapa hari.
Hal ini tentunya akan berdampak buruk terhadap penderita itu sendiri karena akan menjadi resistensi. Sedangkan dampak lain virus TBC akan tetap bisa ditularkan kepada orang lain karena belum tuntasnya pengobatan.
"Dengan adanya aplikasi dari UBi, minimal kami dapat memantau pengobatan para pasien," katanya. (sup)
Pemudah Petugas Memantau
KETUA Tim aplikasi UNBI I Gusti Agung Ayu Satwikha Dewi, menyampaikan pembuatan aplikasi ini didasari saat ini semua komunikasi telah melalui digital.
Sehingga ada keinginan untuk membuat aplikasi bagi penderita TBC mengingat poses pengobatannya cukup lama yaitu enam bulan.
Gas LPG 3 Kg Terus Langka, YLPK Bali Minta Pengawasan dan Penindakan, Ada Keluhan Isi Tabung Kurang |
![]() |
---|
Target 2026 Bebas Kawasan Kumuh, Akhir Tahun 2025 Perkimta Denpasar Bali Akan Tangani 17,6 Hektar |
![]() |
---|
Polresta Denpasar Gelar Bazaar Gerakan Pangan Murah, Sediakan 1 Ton Beras |
![]() |
---|
REKOR BARU PN Denpasar Gelar Sidang Peracunan Anjing, Ini Alasan Pelaku Racuni Si Doggy |
![]() |
---|
Sediakan 1 Ton Beras, Polresta Denpasar Bali Gelar Bazaar Gerakan Pangan Murah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.