Mahasiswa STIP Tewas

NUNAS BAOS Keluarga Mendiang Putu Satria, Sebut Faktor Iri Hati, Sang Ibu Enggan Ketemu Tersangka

Rasanya air mata keluarga mendiang Putu Satria tidak akan pernah kering. Walaupun jasad sang anak telah usai diaben, beberapa waktu yang lalu. 

ISTIMEWA
Satria (kanan), pelaku (kiri) - Sebagai warga Bali yang juga meyakini niskala, pihak keluarga telah melakukan nunas baos sebelum dan sesudah Putu Satria diaben. Dari nunas baos, disebut pelaku penganiayaan Putu Satria 5 orang. 

"Kepolisian yang mengani kasus ini, menjelaskan bahwa perkara masih on the track (sesuai jalur) dan tidak ada kendala berarti. Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan segera dikirim setelah gelar perkara dan belum ada rencana pemanggilan terhadap keluarga," jelas Nengah Rusmini.

Pihak keluarga masih terus menuntut keadilan, dari kasus meninggalnya taruna STIP (Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran) Jakarta, Putu Satria Ananta Rustika (19) akibat dianiaya oleh seniornya di kampus.

Ada 4 orang yang telah ditetapkan tersangka, yakni Tegar Rafi Sanjaya, Wilyam Jones Panjaitan, Farhan Abubakar dan I Kadek Adrian.

Seorang diantaranya ternyata diduga kuat berasal dari Bali, yakni I Kadek Adrian. Kadek Adrian yang sebelumnya diinisialkan KA, berperan penunjuk korban sebelum dilakukan kekerasan.

Ia menunjuk korban, Putu Satria dan berkata "adek ku aja nih mayoret terpercaya" sebelum dilakukan kekerasan oleh tersangka Tegar Rafi Sanjaya sampai Putu Satria terkapar dan meninggal dunia.

Orangtua dari Putu Satria, Ni Nengah Rusmini mengaku tidak mengenal dan mengetahui asal dari Kadek Adrian yang menjadi salah satu tersangka dari kasus tersebut.

"Saya tidak tahu dan tidak mengenal, katanya dari Jembrana," ujar Nengah Rusmini, Rabu (19/6/2024). Namun menurut Nengah Rusmini, setelah upacara pengabenan terhadap Putu Satria, pihak keluarga pelaku yang berasal dari Bali itu sempat hendak ke rumah duka di Desa Gunaksa untuk memberikan klarifikasi.

"Cuma saya tidak mau bertemu keluarga pelaku," ungkap Nengah Rusmini. Ia hanya berharap pihak keluarga korban mendapatkan keadilan, dan para pelaku dapat dihukum setimpal. 

Polisi masih terus melakukan penyidikan kasus tewasnya Putu Satria, meski sebelumnya telah menetapkan 4 tersangka.  Akan tetapi belakangan terungkap bahwa Putu diduga mendapat penganiayaan dari seniornya di STIP Jakarta lebih dari satu kali.

Terkait hal ini, Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan mengatakan, pihaknya akan mendalami dugaan tersebut. "Ya kalau ada fakta baru pasti menjadi bahan penyidikan lebih lanjut," kata Gidion, Jumat (10/5).

Gidion juga mengatakan, tak menutup kemungkinan nantinya penyidik akan turut memeriksa kekasih dari Putu Satria. Pasalnya dugaan penganiayaan yang dialami Putu itu terungkap berdasarkan percakapan antara korban dengan kekasihnya melalui pesan singkat.

"Boleh juga kami mintai keterangannya, nanti akan kami koordinasikan dengan pengacaranya," katanya. Sebelumnya, fakta baru terungkap dari kasus penganiayaan yang menewaskan Putu Satria oleh seniornya. Putu  Satria ternyata bukan hanya sekali dianiaya hingga akhirnya tewas. Ternyata, dia pernah curhat ke pacarnya kalau pernah juga dipukul seniornya pada Desember 2023 lalu.

"Betul (mendiang Putu Satria pernah curhat ke pacarnya kalau dipukul senior). Sepertinya sudah jadi kebiasaan (pukul memukul) di sana (STIP)," kata Kuasa Hukum Keluarga Putu, Tumbur Aritonang saat dihubungi, Kamis (9/5).

Dalam foto yang diberikan Tumbur, terlihat bukti percakapan antara Putu Satria dan pacarnya. Terlihat pula Putu Satria mengirimkan foto untuk memberi informasi bahwa dadanya sakit karena habis dipukul.

"Intinya (isi percakapan) 'aku dipanggil terus sama senior, dipukulin terus-terusan, sakit dadaku, ulu hati terus yang diincar', Itu artinya," ucapnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved