Berita Denpasar

Mengenal Tapel Janggan Buatan 1870, Ruang Pembelajaran untuk Rare Angon

Selain pameran tapel layangan Janggan, juga digelar workshop edukasi dan pelatihan pembuatan tapel Janggan khas Kota Denpasar.

ISTIMEWA
TAPEL JANGGAN - Pameran dan workshop mengenal tapel layangan Janggan di Dharma Negara Alaya, Lumintang, Denpasar. 

TRIBUN-BALI.COM -  Rare angon atau pecinta layang-layang mendapat ruang khusus di Denpasar Youth Fest 4.0. Tapel layangan Janggan yang dibuat tahun 1870 pun dipamerkan di Dharma Negara Alaya, Lumintang.

Selain pameran tapel layangan Janggan, juga digelar workshop edukasi dan pelatihan pembuatan tapel Janggan khas Kota Denpasar. Narasumber utama Ida Bagus Made Parwata atau yang kerap disapa Gus Ade Mel.

Saat memasuki lokasi acara, para pengunjung disambut dengan pameran tapel layangan Janggan dengan berbagai warna, ukuran, serta usia pembuatan. Beberapa di antaranya dibuat tahun 1870-an.

Sementara untuk workshop edukasi dan pelatihan ini diikuti oleh sekitar 30 peserta dari berbagai kalangan, termasuk anak-anak, pemuda, dan orang tua. Selain memperkenalkan budaya tapel Janggan, kegiatan ini juga menjadi bagian dari rangkaian acara Rare Angon Festival.

Puncaknya akan dilaksanakan pada 15-18 Agustus 2024 di Pantai Mertasari. Rare Angon Festival diharapkan menjadi festival layang-layang terbesar di Bali dan Asia, dengan peserta dari berbagai daerah di Indonesia serta 20 negara lainnya yang telah bekerjasama dalam kegiatan ini.

Ketua Panitia Rare Angon Festival, Gede Eka Surya Wirawan mengatakan, dalam workshop ini, para peserta diajak untuk memahami filosofi dan ciri khas tapel layang janggan yang dikenal dengan gaya Bebadungan.

"Kami awali dengan workshop tapel janggan gaya Bebadungan yang diikuti 30 peserta dari kalangan remaja, dewasa, dan juga ada dari anak-anak sekolah dasar sebelum puncak festival," ujarnya, Minggu (30/6).

Festival ini akan menampilkan show layang-layang internasional pada tanggal 15-16 Agustus di Pantai Mertasari Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan. Kemudian pada tanggal 17-18 Agustus akan dilaksanakan lomba layangan tradisional.

Kemudian diakhiri dengan gala dinner serta penyerahan hadiah lomba layangan tradisional pada tanggal 19 Agustus di Dharma Negara Alaya, Lumintang. Selain itu, festival ini juga akan dimeriahkan dengan hiburan musik, perlombaan Baleganjur Ngarap, dan pameran UMKM.

Dengan diselenggarakannya festival layang-layang internasional ini, diharapkan Denpasar semakin dikenal di dunia. Bukan hanya karena keindahan alamnya, tetapi juga sebagai pusat kegiatan budaya layang-layang di musim angin Muson.

“Dengan diselenggarakannya Festival Layang-layang Internasional menjadikan Denpasar peta layang-layang dunia. Denpasar akan lebih dikenal banyak orang bukan lagi karena keindahan alamnya, namun di musim angin Muson, Denpasar akan menjadi oase bagi para pelayang di Bali maupun Internasional,” paparnya.

Ia berpesan kepada generasi muda untuk dapat menerima warisan budaya yang terdahulu, mengembalikan ciri khas budaya yang lama sebelum datangnya konsep modifikasi, sehingga konsep klasik budaya dalam layangan akan tetap ada dan terjaga. (i putu supartika)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved