Berita Gianyar

Upacara Potong Gigi Hingga Bayuh Massal di Griya dan Pasraman Jadi Kebutuhan di Era Industri

Mulai dari metatah, mebayuh dan sebagainya. Bahkan tak sedikit juga yang menggelar upacara otonan secara massal.

|
ISTIMEWA
Salah satu upacara adat massal di Kabupaten Gianyar, Bali. Upacara massal di griya dan pasraman jadi kebutuhan di era industri.  

Sebab sama-sama mandala suci. "Kan bisa menghadirkan Bhatara Hyang Guru di Griya. Dalam konsep Bali, itu disebut nyawang. Bisa itu, fleksibel," tegasnya.

Seorang warga Gianyar, I Ketut Sutama mengatakan, pihaknya sangat terbantu saat adanya griya maupun pesraman yang menyiapkan tempat untuk umat bisa melakukan upacara, baik potong gaji, mebayuh dan sebagainya.

Salah satu upacara adat massal di Kabupaten Gianyar, Bali. Upacara massal di griya dan pasraman jadi kebutuhan di era industri. 
Salah satu upacara adat massal di Kabupaten Gianyar, Bali. Upacara massal di griya dan pasraman jadi kebutuhan di era industri.  (ISTIMEWA)

Sebab karena ini pula, ia yang bekerja di industri pariwisata dengan libur yang ketat, bisa menjalankan swadharmanya sebagai umat Hindu.

"Selain mempersingkat waktu, biayanya juga ringan, karena bisa dilakukan secara massal jadi bisa saling subsidi biaya.

Saya tidak begitu memusingkan kata orang, yang penting saya bisa melaksanakan upacara dengan tenang, kan berupacara itu yg penting adalah tulus ikhlas, bukan seberapa mewah upacara itu," ujarnya. 

Sementara itu, Ketua PHDI Gianyar, I Wayan Ardana mengatakan, upacara massal yang banyak dilaksanakan oleh umat Hindu, yang difasilitasi oleh yayasan, pasraman atau desa adat seperti contoh, ngaben massal, nyekah, metatah dan lain sebagainya, ini sangat membantu meringankan beban masyarakat.

Namun dengan catatan, yadnya yang dilaksanakan dilandasi tiga kerangka dasar agama, yaitu tatwa yang jelas, susila atau etika pelaksanaannya dan upacara atau upakaranya.

Tentu juga didasari atas keyakinan atau sradha serta rasa tulus ikhlas beryadnya dan ini tidak merusak tradisi adat.

"Upacara massal ini sudah dilakukan dari zaman dulu contoh ngaben massal, nyekah massal ngiring di griya. Tidak ada masalah. Jadi dapat disimpulkan upacara massal sangat membantu umat, dan tidak ada merusak adat istiadat," ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved