Human Interest Story
Yayasan Get Plastic Berhasil Ubah Sampah Plastik Jadi BBM di Bali, 1 Kg Sampah Hasilkan Solar
Raissa Kanaya saat ditemui Rabu 17 Juli 2024 mengatakan, jika pengolahan sampah plastik menjadi solar sudah dilakukan dari tahun 2016.
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Sampah plastik yang sampai saat ini menjadi perhatian serius pemerintah ternyata bisa diolah untuk dijadikan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Bahkan 1 kg sampah plastik bisa menghasilkan 1 liter solar.
Namun tidak menutup kemungkinan juga bisa dijadikan premium.
Hanya saja jumlahnya tidak sebanding dengan pengolahan berupa solar.
Baca juga: Kesadaran Warga Gianyar Pilah Sampah Mulai Tumbuh, Tapi Sering Lambat Diangkut
Pengolahan sampah plastik menjadi BBM itu pun terus dikembangkan Yayasan Get Plastic Indonesia yang beralamat di Desa Sibang Kaja, Kecamatan Abiansemal, Badung, Bali.
Asisten Manajer Get Plastic, Raissa Kanaya saat ditemui Rabu 17 Juli 2024 mengatakan, jika pengolahan sampah plastik menjadi solar sudah dilakukan dari tahun 2016.
Bahkan hal itu berawal dari keresahan Founder Get Plastic, Dimas Bagus Wijanarko, akan sampah plastik yang banyak ditemukan di alam.
Saat itu Dimas yang memiliki hobi mendaki gunung melihat banyaknya sampah yang berceceran di gunung.
Sampah-sampah plastik yang sengaja dibuang akan berdampak pada lingkungan.
Melihat keresahan itu, pihaknya pun langsung memiliki niat untuk memanfaatkan sampah plastik itu.
Hanya saja kebetulan mendapat informasi dari temannya di Universitas Gajah Mada (UGM), bahwa sampah plastik bisa diubah menjadi BBM.
"Dari itu langsung melakukan percobaan, dengan membuat alat, hingga sampai saat ini bisa dilakukan," ujar Raissa
Menurutnya, proses pengolahan sampah plastik menjadi BBM ini menggunakan metode pirolisis.
Bahkan saat ini sudah memiliki beberapa mesin yang dapat mengolah sampah plastik.
Kendati demikian, sebelum itu pada tahun 2014, Dimas melakukan riset panjang.
Hingga saat ini sudah ada 30-an mesin yang disebar di seluruh Indonesia.
Dalam proses pengolahan, ternyata tidak semua sampah plastik yang dapat digunakan.
Diakui ada beberapa jenis sampah plastik yakni plastik botol mineral (PET), pipa (PVC) dan plastik-plastik kantong.
Dalam pengolahan dua jenis plastik yakni PET dan PVC tidak diolah.
Menurutnya, jika plastik jenis PET jika diolah akan dapat merusak mesin dari serbuk putih yang dihasilkan.
Kemudian PVC hasil pengolahan minyak akan lebih hitam.
Sementara sampah plastik yang diolah malahan tidak ada value-nya dan kalau dijual ke bank sampah tidak laku.
Seperti kantong plastik, multilayer, dan yang paling bagus itu jenis sampah plastik yang food grade (aman kontak dengan makanan).
"Gelas, pembungkus makanan itu yang kita olah. Namun dalam pengolahan tetap sampahnya harus kering dan bersih," jelas wanita kelahiran Jakarta ini.
Raissa mengaku meski bisa diolah menjadi BBM namun dirinya saat ini pengolahan fokus dijadikan solar.
Sebab hasilnya lebih banyak dibandingkan menjadi premium atau pertamax.
"Kami sudah lakukan pengujian dari Limgas. Bahkan solar yang kami hasilkan kami gunakan pada mobil operasional kami," bebernya.
Diakui, untuk satu kilogram sampah jenis Polypropylene (PP) atau semacam sedotan dan lainnya dapat menghasilkan satu liter solar.
Tapi jenis lainnya perbandingannya 80-90 persen dari berat sampah.
Untuk proses pengolahannya, sampah dipilah terlebih dahulu.
Kemudian dimasukkan ke reaktor pertama yang langsung dipanaskan.
Kemudian di dalam mesin akan dilakukan kondensasi yang menghasilkan uap.
Hasil uapnya menuju ke reaktor kedua, yaitu dengan proses pendinginan.
"Jadi ada pendinginan menggunakan air agar gas yang dihasilkan menjadi cair. Prosesnya disebut destilasi kering jadi dari padat menjadi cair," jelasnya sembari mengatakan kalau gasnya juga bisa digunakan menyalahkan kompor.
Disinggung mengenai kapasitas mesin, pihaknya sendiri memproduksi pengolahan plastik yang berbeda, dari 5-50 kilogram.
Untuk pengerjaan mesin dapat mencapai satu bulan.
"Kami juga sudah kerja sama dengan Pertamina untuk melakukan cek lab. Hasilnya untuk bensin oktannya 92 setara pertamax. Solar untuk di wilayah Jogja juga digunakan untuk bus, aman kok," imbuhnya. (*)
Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.