Pilkada Bali 2024

Pengamat Nilai Kans PDI Perjuangan Sapu Bersih di Bali Masih Tinggi, Singgung Suyasa dan Adi Arnawa

Pengamat Nilai Kans PDI Perjuangan Sapu Bersih di Bali Masih Tinggi, Singgung Suyasa dan Adi Arnawa

Penulis: Putu Supartika | Editor: Aloisius H Manggol
Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani
Dr I Nyoman Subanda, ditemui Rabu (21/12) 

 

 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kans PDI Perjuangan untuk menguasai Bali dalam Pilkada 2024 ini disebut masih tinggi.

Kemungkinan sapu bersih pun sangat memungkinkan meskipun ada beberapa calon yang digadang-gadang maju dari PDI Perjuangan memiliki elektabilitas yang tidak begitu tinggi.

Dan saat ini semua tergantung pada lawan yang akan maju dan juga pasangan yang diajukan.

Baca juga: Wayan Koster Kantongi Rekomendasi dari DPP PDIP, Potensi Menang 70 Persen, Ada yang Lompat Pagar?

Menurut Pengamat politik dari Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas), I Nyoman Subanda beberapa wilayah di Bali bahkan PDI Perjuangan bisa dipastikan menang.

Semisal di Denpasar, Badung, Bangli, Tabanan maupun di Gianyar.

Akan tetapi dengan adanya Pilkada serentak, tak bisa keroyokan saling membantu dengan daerah lain.

Baca juga: Kapal Tanker Terbakar di Perairan Candidasa Karangasem, 5 Orang Tewas, Ledakan Berkali-kali

“Sekarang partai politik pecah. Ada di Gubernur, kemudian di Pilkada fokus daerahnya masing-masing,” kata Subanda saat dihubungi Rabu, 7 Agustus 2024.

Subanda juga memberikan gambaran potensi kemenangan PDI Perjuangan di setiap kabupaten kota di Bali.

Untuk di Jembrana, menurutnya, saat ini masih sama-sama kuat.

Pasangan Kembang dan Ipat yang diusung PDI Perjuangan kuat dikarenakan di belakangnya ada I Gede Winasa.

Kemudian ditambah dengan Ipat yang merupakan incumbent Wakil Bupati Jembrana.

“Kemarin memang Tamba menang, tapi sekarang berbeda, incumbent terbagi Ipat gabung ke Kembang, kemudian di belakang Ipat ada Pak Winasa yang punya pengaruh dan massa. Dan saya kira imbang,” katanya.

Sehingga saat ini tergantung strategi, keseriusan mesin politik, dan timses.

“Jika Kembang all out, bisa saja akan berbalik dan Kembang Ipat menang,” katanya.

Kemudian untuk Tabanan menurutnya, lawan PDI Perjuangan tidak terlalu kuat.

Menurutnya, PDI Perjuangan hanya bisa kalah jika pentolan-pentolan PDI Perjuangan membelot.

Dan jika Sanjaya - Dirga duet di Tabanan, menurutnya kemenangan akan lebih mudah diraih.

Begitu juga untuk Bangli yang kemungkinan besar PDI Perjuangan akan menang.

Apalagi yang akan diusung adalah incumbent, meskipun tidak terlalu maju, namun ada beberapa infrastruktur yang sudah dibangun.

“Lawan tidak ada muncul, bisa dikatakan stagnan, biasa saja, apalagi PDI Perjuangan menguasai di sana,” katanya.

Menurutnya PDI Perjuangan kemungkinan bisa dikalahkan jika ada lawan yang kuat di wilayah Kintamani.

Namun karena tak ada lawan kuat yang muncul, kemungkinan besar PDI Perjuangan akan menang.

Kondisi ini juga menurutnya serupa dengan Gianyar.

Hanya saja, di Gianyar pengaruh puri masih kuat khususnya Puri Ubud.

PDI Perjuangan akan semakin kuat jika mengadopsi unsur puri ini, dan dengan adanya wakil dari Puri Gianyar, kemenangan juga diprediksi jatuh pada PDI Perjuangan.

Selain itu, PDI Perjuangan juga harus mampu memegang kawasan Ubud, Sukawati dan daerah asal incumbent yakni Mahayastra.

Menurut Subanda, yang saat ini cukup sulit malah Buleleng.

Hal ini dikarenakan calon yang kemungkinan diusung yakni Sutjidra dan Gede Supriatna yang menurutnya elektabilitasnya tidak terlalu tinggi.

“Sebenarnya ada tokoh yang tinggi yakni Rochineng tapi tidak dipilih dan bukan kader lama,” katanya.

Selain itu, saat ini pentolan PDI Perjuangan yang juga mantan bupati yakni Putu Agus Suradnyana juga berseberangan yang kemungkinan jadi faktor penggembos suara.

“Cuma belum tentu juga berpihak ke lawan, karena PAS ini juga tidak cocok dengan Sugawa Korry yang kemungkinan diusung KIM,” katanya.

Sehingga menurutnya, kemungkinan PDI Perjuangan menang di buleleng masih 50 50.

Dan berkaca dari perhelatan Pileg, menurutnya penentu kemenangan adalah logistik dan investasi sosial.

“Sehingga yang diperlukan di sini adalah logistik, investasi sosial, dan tim sukses di desa yang kuat,” katanya.

Kemudian untuk Karangasem, menurutnya saat ini I Gede Dana masih diterima oleh para birokrat dari tingkat desa hingga ke atas.

Meskipun prestasinya dianggap biasa saja, namun koordinasi dan komunikasi dengan birokrat masih bagus sehingga bisa menjadi modal.

Namun, saat ini diperlukan partner yang bagus dikarenakan wakil bupati saat ini tak bisa maju lagi.

Selain itu, muncul batu sandungan paket independent yakni Kari Subali dengan Ismaya.

Dimana menurutnya, Kari Subali memiliki elektabilitas cukup tinggi meskipun beberapa kali ganti partai.

“Dan kita juga harus ingat, Karangasem ada riwayat didukung banyak tokoh PDI, dan saat itu hampir imbang dengan Mas Sumatri.

Bahkan saat itu setiap kecamatan sudah ada yang pegang. Dan berbeda dengan sekarang karena semua fokus pada daerah masing-masing,” katanya.

Akan tetapi, menurutnya tak ada calon yang menojol dari KIM untuk menandingi PDI Perjuangan, sehingga masih ada peluang untuk periode kedua.

Kemudian untuk Denpasar menurutnya yang paling santai.

Hal ini dikarenakan PDI Perjuangan sangat solid, pasangan yang diusung juga selaras dan didukung legislatif.

Meskipun ada lawan dari KIM dengan menyodorkan Ambara Putra, namun kemungkinan akan mengulang sejarah kekalahan pada Pilkada sebelumnya.

Dan KIM akan bisa menang jika ada sesuatu yang sangat luar biasa.

Hanya saja di Denpasar ada banyak hal yang bisa digunakan untuk bahan kampanye hitam seperti masalah sampah, transportasi berupa kemacetan, termasuk totoar di media sosial juga sempat ramai.

“Sebenarnya itu problem umum dan kebetulan ada permasalahan yang harusnya kewenangan provinsi ada di Denpasar. Seperti kemarin di Jalan Ahmad Yani itu kan kewenangan PU Provinsi,” katanya.

Kemudian untuk Klungkung saat ini menurutnya kekuatan PDI Perjuangan dan Gerindra juga seimbang.

Namun petahana yakni Made Kasta menurutnya cukup diterima di kalangan birokrat apalagi dikenal santun, hanya saja lemah dalam hal logistik.

Akan tetapi sedikit sulit untuk dibaca saat ini setelah berlabuhnya Suwirta ke PDI Perjuangan.

PDI Perjuangan juga sudah mulai bergerak untuk membuat strategi berbeda.

“Saya sempat tanya orang PDI Perjuangan, katanya Satria yang dipasangkan dengan satu tokoh puri. Dan kalau itu terjadi, sebenarnya imbang keduanya,” katanya.

Dan untuk Badung, dirinya melihat ada beberapa kali utak-atik yang tidak resmi antara Adi Arnawa, Gus Bota dan Bima Nata.

Namun menurut survei, elektabilitas tertinggi ada pada Adi Arnawa - Gus Bota.

Meskipun KIM menyodorkan pasangan Suyasa - Diesel, jika berhadapan head to head dengan Adi Arnawa - Gus Bota, menurutnya kemenangan masih berpihak pada PDI Perjuangan.

“Suyasa sudah bergerak lama bahkan sebelum Pilpres dan Pileg dan punya investasi politik dengan bansos termasuk saat Galungan.

Dan Diesel juga punya segmen pasar yang kuat.

Tapi dari survei, jika pasangan ini head to head, Adi Arnawa masih di atas, karena birokrat, Sekda yang representatif mewakili manajemen pemerintahan, menata perencanaan, dan pembangunan,” katanya. (*)

 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved