Bali Masuk Wilayah Rawan Potensi Gempa Megathrust, Tak Perlu Panik, Ini Imbauan & Mitigasi BPBD Bali
Baru-baru ini Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG mengeluarkan hasil analisis dan prediksinya mengenai ancaman Gempa Megathrust
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR –Baru-baru ini Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG mengeluarkan hasil analisis dan prediksinya mengenai ancaman Gempa Megathrust di wilayah Indonesia.
Gempa Megathrust itu bisa mencapai kekuatan 9,0 magnitudo lantaran wilayah Indonesia sepanjang pantai barat Sumatera hingga perairan selatan Jawa, Bali hingga mengarah ke Timur sampai Papua dikenal sebagai ring of fire atau cincin api.
Dan Pulau Bali juga diprediksi menjadi salah satu wilayah yang berpotensi rawan terjadi Gempa Megathrust.
Analisis dan prediksi dari BMKG itu disampaikan oleh Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali, Made Rentin, yang dimaksudkan sebagai peringatan dini untuk meningkatkan kesiapsiagaan.
“Apa yang disampaikan oleh rekan kami dari pihak BMKG sesungguhnya sebagai sebuah peringatan dini.
Di seluruh dunia, di semua daerah pun berpotensi terjadinya gempa, ketika BMKG memetakan Bali sebagai salah satu yang berpotensi terjadinya Gempa Megathrust .
Kami di BPBD melakukan berbagai upaya mitigasi dan kesiapsiagaan,” ungkap, Rentin pada, Sabtu 17 Agustus 2024.
Dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan, BPBD Bali telah melakukan berbagai langkah, termasuk sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat.
“Kita melakukan komunikasi, informasi, edukasi, dan sosialisasi ke tengah-tengah masyarakat.
Pertama dan utama adalah jangan panik, karena memang potensi gempa itu terjadi hampir di seluruh wilayah di dunia, apalagi Indonesia lebih-lebih Bali yang notabene berada di dalam Ring of Fire,” imbuhnya.
Sejak 2019, pemerintah Provinsi Bali telah menetapkan program inovatif berupa Hari Simulasi Bencana (HSB) setiap tanggal 26 di setiap bulan.
Salah satu program inovatif yang telah dijalankan oleh Pemerintah Provinsi Bali sejak 2019 adalah dengan ditetapkannya HSB, Hari Simulasi Bencana, setiap bulan di tiap tanggal 26.
“Seluruh komponen masyarakat di Bali, termasuk tentu di dalamnya kita, unsur pemerintah dan lembaga terkait, diminta untuk melakukan simulasi.
Sensinya adalah latihan, melatih diri, melatih personil, memastikan semua peralatan dan logistik berfungsi dengan baik,” sambungnya.
Dalam konteks mitigasi bencana, Made Rentin juga menekankan pentingnya latihan simulasi sebagai langkah untuk melatih diri dan personil dalam menghadapi situasi darurat.
“Simulasi itu kata kunci untuk melatih diri ketika tiba-tiba tidak diminta gempa terjadi. Masyarakat kita tidak panik, di satu sisi tahu strategi penyelamatan diri,” katanya.
Selain itu, Made Rentin juga menyarankan masyarakat untuk tidak berlari keluar saat gempa terjadi.
“Yang terbiasa terjadi di tengah masyarakat, terutama anak sekolah, ketika goncangan gempa terjadi, mereka justru berhamburan, berlari.
Ini justru sesungguhnya tidak direkomendasikan oleh kami para petugas.
Sedapat mungkin ketika gempa terjadi, kita berupaya tidak berada di dalam gedung, berupaya untuk keluar melakukan evakuasi, berkumpul di safe point atau titik kumpul yang telah disediakan,” terangnya.
Bagi masyarakat yang tinggal di pesisir, Made Rentin mengimbau untuk selalu waspada dan mengikuti perkembangan informasi.
“Sekarang sudah zaman digitalisasi, seolah-olah dunia dalam genggaman dengan adanya smartphone. Kami di pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan berbagai aplikasi.
Kalau di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), termasuk kami BPBD, ada yang disebut dengan aplikasi Inarisk Personal. Begitu kita masuk di titik koordinat tertentu, di tempat kedudukan kita sekarang, aplikasi akan memberi warning dan peringatan,” tuturnya.
Dengan aplikasi seperti Inarisk Personal dan Info BMKG, masyarakat dapat menerima notifikasi terkait kejadian gempa dan potensi ancaman lainnya secara real-time.
“Di dalamnya kita secara personal di HP kita akan mendapat notifikasi terjadi gempa dengan kekuatan sekian skala Richter, dengan jarak dan kedalaman di titik koordinat tertentu, dan berpotensi atau tidak berpotensi terjadi tsunami. Esensi dari disaster management, penanggulangan bencana, adalah penyelamatan dan keselamatan jiwa manusia,” kata Made Rentin.
Ia juga menekankan pentingnya masyarakat untuk selalu mengikuti update informasi dari BMKG dan BPBD.
“Intinya tetap ikuti update informasi baik dari BMKG yang pertama, kedua, himbauan dan sosialisasi dari kami BPBD Provinsi Bali,” tutupnya.
Presiden Keluarkan Moratorium, Sekwan DPRD Bali Sebut Belum Ada Rencana Kunker ke Luar Negeri |
![]() |
---|
Polres Kawasan Bandara Ngurah Rai dan Pecalang Tuban Kolaborasi Jaga Kamtibmas |
![]() |
---|
Pasca Demo, SMAN 1 Denpasar Masih Belajar Mengajar Secara Offline |
![]() |
---|
Bima Nata dan PDIP Luangkan Waktu bagi Pendemo di Puspem Badung, Ini Pesan bagi Provokator |
![]() |
---|
NAIK PESAT! Harga Emas Batangan Hari Ini 1 September di Galeri24 Renon Denpasar Bali |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.