Berita Nasional

Rekonsiliasi Permasalahan Politik Masa lalu, Dalam Pelanggaran HAM Untuk Menatap Masa Depan Bangsa 

Rekonsiliasi Permasalahan Politik Masa lalu, Dalam Pelanggaran HAM Untuk Menatap Masa Depan Bangsa 

istimewa
Agus Widjajanto 

Saat itu dibentuk sebuah forum gerakan yang namanya Forum Silaturohmi Anak Bangsa ( FSAB ) yang saat itu diketuai oleh Letjend (Pur). Agus Widjojo, Mantan Gubernur Lemhanas, untuk menemukan para keturunan anak dan cucu dari peristiwa tragis sejarah bangsa ini, baik anak dari Kartosuwiryo, Anak Aidit , Anak dari Jendral Ahmad Yani, dan seluruh pahlawan revolusi 1965, Anak tokoh Permesta, untuk bertemu dan melakukan rekonsiliasi agar bisa menata kedepan dari generasi muda saat ini menuju Indonesia yang lebih baik.

Melupakan dendam, yang dalam bahasa jawa disebut "Seng Wes Yo Wes". Namun kenyataannya, hanya bisa sebatas dipertemukan dalam sebuah acara silaturohmi saja, tidak bisa dilakukan rekonsiliasi dimana masing-masing pihak tetap dengan ego dan sudut pandang masing-masing  bahwa posisi orang orang tua mereka tidak salah. 

Menghadapi momentum pergantian kepemimpinan nasional pada bulan Oktober bulan depan, dimana Presiden Joko Widodo digantikan Oleh Presiden Terpilih Jendral (Pur). Prabowo Subiyanto, marilah kita merajut kebersamaan seperti hal nya budaya Ubuntu di Afrika Selatan.

Kita saling memaafkan pada diri sendiri maupun kepada keturunan pihak lain, untuk sebuah Rekonsiliasi Nasional. Bagi presiden yang telah purna tidak lagi menjabat, diberikan harkat dan martabatnya sebagai seorang pemimpin Negara ini.

Apapun kesalahan pada saat menjabat agar ada kebijaksanaan diputihkan dari segala tuntutan hukum dan hujatan serta dendam secara politis, untuk menyongsong mentari dari ufuk timur, seperti dalam lagu ditimur matahari.

Hanya dengan keberanian, kebijaksanaan dan menjunjung tinggi harkat martabat (Mendem Jero, mikul duwur) maka bangsa ini bisa melakukan tinggal landas menuju Indonesia Emas. 

Semoga Indonesia juga meniru dan terilhami perjuangan dari Uskup Agung (Emeritus) Desmond Mpilo Tutu, dimana hanya dengan pendekatan Rekonsiliasi dan non kekerasan yang bisa menyelesaikan berbagai persoalan kemanusiaan.

Termasuk memutus tali dendam yang berkepanjangan dari sesama anak bangsa atas Politik Para Pemimpin masa lalu. Statemen Desmond Tutu yang termasyur dimana beliau menyatakan, "No Future without forgiveness",  Tidak ada masa depan tanpa saling memaafkan (di antara sesama anak bangsa).

Ubuntu, Aku adalah Kita, jangan lagi kalian pecah belah kami dengan slogan dan cara-cara politik kotor  dan  dengan materi transaksional kepada kami karena Aku adalah Kita, kebersamaan dalam komunitas masyarakat berbangsa dan bernegara sebagai sesama anak bangsa. 

Hanya dengan cara Rekonsiliasi yang dimulai dari  memaafkan pada diri sendiri, lalu memaafkan kepada pihak yang dianggap rival dalam politik, maka bangsa ini bisa jadi bangsa yang matang dan besar. Jangan ada lagi dendam dan intrik politik dengan menggunakan kekuasaan secara hukum.

Mari kita rajut kembali Keindonesiaan ini, menuju Damai Sejahtera, saling asah asih asuh, menuju Indonesia Emas tahun 2050.

Tidak mudah memimpin sebuah negara yang pluralisme dengan adat istiadat berbagai suku yang berbeda, dengan budaya daerah dan bahasa yang berbeda.

Dengan segala kekurangan dan kelebihan sebagai seorang pemimpin dari kodratnya sebagai hamba Tuhan tentu wajar jikalau ada kekurangan. Tapi mari kita memandang darma baktinya yang baik kepada bangsa ini.(*)

Penulis: Agus Widjajanto

Praktisi hukum dan pengamat serta pemerhati sosial  budaya bangsa-nya

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved