Trans Metro Dewata Berhenti Beroperasi
Koster Akan Hidupkan Bus TMD Lagi, Sopir, Pengguna hingga MTI Gelar Aksi di Terminal Ubung
Bus Trans Metro Dewata (TMD) resmi berhenti operasional per 1 Januari 2025. Sebanyak 105 bus TMD tampak parkir di Terminal Ubung Denpasar, Kamis (2/1/
Penulis: Putu Supartika | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Awalnya ia melihat kinerja bus ini masih di bawah standar. Namun dengan perlahan mulai meningkat, mulai dari waktu tempuh, kecepatan hingga beda waktu antar bus 10 hingga 15 menit. Dari segi penumpang yang awalnya sedikit, dalam 4 tahun sudah mulai terisi 40 persen. “Meskipun standar angkutan 70 persen, namun ini sudah menunjukkan ke arah yang baik,” paparnya.
Bahkan di awal Pemprov Bali sudah memiliki komitmen untuk melanjutkan operasional bus ini. “Tiba-tiba berhenti, sangat disayangkan, selama ini khan jadi sia-sia,” paparnya.
Menurutnya, sangat sulit mengubah masyarakat dari ketergantungan kendaraan pribadi menjadi tergantung pada angkutan umum. Namun sekarang banyak yang sudah mulai tergantung dengan TMD ini. “Banyak mahasiswa kami termasuk dosen dan pegawai menggunakan koridor 5, karena sudah masuk di Udayana dan Politeknik,” paparnya.
Tidak adanya layanan TMD ini maka akan kembali menggunakan kendaraan pribadi. Sehingga semakin memperparah kemacetan. Apalagi dengan 5.000 penumpang setiap harinya, kini menggunakan kendaraan pribadi, yang pasti menambah volume kendaraan di jalan.
Disabilitas dan Lansia
Disabilitas dan lanjut usia (lansia) mengaku terbantu dengan adanya bus TMD. Selain suasananya nyaman dan fasilitas memadai, juga karena biayanya juga murah. Hal itu, sangat dirasakan seorang disabilitas yang tinggal di Tohpati Denpasar, Jero Puri.
“Saya yang disabilitas netra dilayani dengan baik. Dan ini juga sangat nyaman serta ongkosnya murah, hanya 2 ribu,” paparnya, Kamis (2/1).
Jero Puri menyebut, banyak penyandang disabilitas khususnya netra yang menggunakan bus TMD. Ia sering ke Ubud untuk melayani massage dan ke beberapa kawasan lainnya di Denpasar selalu memanfaatkan bus ini. Bahkan ia sudah naik 5 dari 6 koridor bus ini, hingga ke Mengwi dan Tabanan.
Dirinya juga membandingkan pengeluaran naik TMD dengan naik ojek online. Saat naik ojek online ke Ubud, ia harus membayar ongkos Rp 65 ribu.
“Jadi dengan bus ini sangat murah di ongkos. Saya pakai sejak tahun 2020. Sekarang terpaksa naik ojek online ke Ubud,” paparnya.
Seorang lansia, Budi Kurnia (75) juga merasa nyaman naik bus TMD. Setiap hari, ia naik bus ini pulang pergi (PP) dari Denpasar ke Tabanan bersama anak istrinya. Hal ini dikarenakan dirinya memiliki toko di Tabanan dan ikut mengelolanya. “Saya sangat keberatan kalau ditutup, pagi sore saya pakai bus ini. Saya ada toko di Tabanan. Selain itu, sebulan tiga kali juga saya ke Ubud. Biayanya murah. Saya butuh sekali,” paparnya.
Budi Kurnia mengaku telah menggunakan bus ini sejak masih uji coba alias masih gratis. Dengan dihentikannya operasional TMD, kini ia ke Tabanan naik sepeda motor. “Sekarang terpaksa naik motor. Saya harap dikembalikan lagi,” kata pria yang tinggal di Banjar Buagan, Denpasar ini.
Sopir dan Staf Terima Gaji Januari
Seluruh staf dan sopir Trans Metro Dewata (TMD) tetap menerima gaji di Januari 2025. Di mana manajemen TMD memutuskan untuk tidak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada staf dengan alasan menjadi tulang punggung keluarga.
Hal itu diungkapkan Ketua Organda Bali yang juga Direktur PT Satria Trans Jaya (operator bus Trans Metro Dewata), Ketut Edi Dharmaputra. Ia mengatakan, selama ini operasional bus tersebut dibiayai pemerintah pusat melalui APBN. Dan sudah ada nota kesepakatan dari Dirjen Perhubungan Darat dengan Provinsi Bali pada 6 Desember 2019 dan berakhir tahun 2024.
Isi nota kesepakatan tersebut, setelah 5 tahun tepatnya tahun 2025 pengelolaan bus tersebut dialihkan ke pemerintah daerah. “Ternyata terjadi miskomunikasi, semestinya Pemda harus sudah siap. Di sini, pemerintah daerah baru menyiapkan per Juli 2025 untuk satu koridor saja,” kata Edi Dharmaputra di Terminal Ubung di sela-sela acara Gerakan Sosial Kembalikan Operasional Layanan TMD di Bali, Kamis (2/1).
Dikarenakan tak adanya pembiayaan pusat, maka per 1 Januari 2025 operasionalnya dihentikan. Untuk saat ini, operator masih menunggu deal antara Pemprov Bali dengan Pemerintah Pusat terkait kelanjutan operasionalnya. “Semestinya Pemda sudah siap, karena sudah sejak 4 tahun lalu di-warning. Kami berharap dengan koordinasi intens dari pemprov Bali dengan kementerian, dalam waktu dekat bisa dioperasikan lagi,” imbuhnya.
Dharmaputra pun mengaku sudah melakukan komunikasi dengan Penjabat (Pj) Gubernur Bali. Menurutnya, Pj Gubernur Bali sudah bersurat ke pusat.
“Dan saya kira Gubernur baru, Pak Koster kelihatannya dari statement beliau juga mendukung Trans Metro Dewata,” kata dia.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.