Kemacetan di Canggu

MACET Parah di Canggu Jadi Atensi, Polda Bali Bahas, Rencana Bangun Shortcut Baru di Canggu

Selain itu juga memaksimalkan eksisting infrastruktur jalan raya agar tidak menghambat laju kendaraan.

PIXABAY
ILUSTRASI - Ditlantas Polda Bali dan instansi terkait lainnya dari Pemkab Badung hingga desa adat menggelar rapat mengatasi permasalahan kemacetan di Canggu, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten  Badung, di Kantor Ditlantas Polda Bali, pada Rabu (8/1). 

Arsitek dan Pengamat Tata Ruang Perkotaan, Prof. Dr. Ir. Putu Rumawan Salain terdapat beberapa faktor penyebab padatnya kendaraan di Bali. Menurutnya, penyebab kemacetan di Bali salah satunya akses yang menghubungkan pulau ke pulau, provinsi ke provinsi, kota ke kota lalu kota ke Kabupaten hampir semua melalui Kota Denpasar. Dan beberapa di antaranya sebagian besar masuk pusat kota. Ia menegaskan konsep tersebut mestinya harus ditinggalkan.

“Kenapa tidak dibagi misalkan yang antarpulau yang ke Lombok misalkan lewat Singaraja, itu semua memang harus manajemennya begitu atau kalau tidak harus dibuatkan jalan khusus yang mungkin nanti ke depan mungkin jalan Tol Gilimanuk,” kata Prof Rumawan saat dikonfirmasi pada Jumat (3/1) kemarin.

Lebih lanjut Prof Rumawan mengatakan, kendaraan transportasi yang mengangkut orang dan barang hampir semua melalui jalan utama Denpasar. Sehingga jalan di Kota Denpasar itu menjadi melting point bagi semua pelaku transportasi bus, truk, angkutan pariwisata, angkutan pribadi dan lain-lain. 

Sesuai dengan data tahun 2023 angka sebanyak 4,5 juta lebih kendaraan bermotor ada di Bali, artinya termasuk sepeda motor yang jumlahnya luar biasa.

Selain itu, panjang jalan yang dikelola atau yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten atau kota.

Pemerintah Kota dan Kabupaten memiliki sedikit penambahan panjang jalan. Contohnya pada Kota Denpasar penambahan panjang jalan hanya bisa dilakukan sejumlah 0,01 KM itu. 

Prof Rumawan menjelaskan selain motor-motor pribadi yang marak juga terdapat mobil-mobil pribadi yang semakin bertambah jumlahnya.

Semakin mudah masyarakat memiliki kendaraan roda dua yang secara langsung menambah jumlah kendaraan. Dengan membayar uang muka Rp 500 ribu, masyarakat bisa dengan mudahnya membeli kendaraan roda dua. Hal ini tentu berdampak pada angka kemacetan di Bali. 

“Apalagi dengan adanya ojek online sekarang itu banyak yang mere-investasi dirinya dengan mengambil kredit mobil mengambil ini penumpang dan lain-lainnya sehingga konflik dengan publik transportasi yang lain,” kata Prof Rumawan. 

Lebih lanjutnya, Prof Rumawan mengatakan dan sialnya lagi pemerintah menginisiasi akan menggunakan alternatif energi, sepeda motor listrik lebih banyak lagi datang ke Bali dengan harga lebih murah.

“Dan anak-anak menggunakannya, anak SD di kampung-kampung sudah banyak (menggunakan sepeda motor listrik). Nah jadi dengan demikian yang perlu sekarang dilakukan adalah memperbaiki manajemen transportasi secara menyeluruh dan terintegrasi untuk Bali,” jelasnya. (sar)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved