Seni Budaya
SAKRAL Tarian Tabuh Geni, Digelar Krama Adat Calo, Injak & Tendang Api Tanpa Alas Kaki, Ini Maknanya
Para penari api kemudian mengitari sarana upakara piodalan, setelah itu masuk ke dalam bara api tanpa mengenakan alas kaki. Api diinjak dan ditendang.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
“Dalam spiritualitas, itu mengajarkan kita untuk menyucikan diri dari segala hal yang menghalangi hubungan dengan Hyang Widhi dan alam semesta.
Dalam kehidupan sehari-hari, ini menjadi pelajaran tentang keberanian menghadapi tantangan, melepaskan ego, dan menerima proses transformasi sebagai bagian dari perjalanan hidup,” ujarnya.
Sementara, terkait upacara menginjak api yang hanya dilakukan oleh pemangku dan para pemimpin desa memiliki makna mendalam, baik dari sisi spiritual maupun sosial. Hal itu juga sebagai cerminan dari peran dan tanggung jawab mereka sebagai pemimpin spiritual dan masyarakat.
Dalam makna spiritual, pemangku merupakan simbol pelindung dan perantara antara umat dan Hyang Widhi (Tuhan). Sedangkan pemimpin desa bertindak sebagai pelindung masyarakat.
Menginjak api oleh mereka melambangkan tanggung jawab untuk membersihkan energi negatif yang mengancam masyarakat serta menjaga keseimbangan spiritual desa.
“Pemimpin spiritual dan adat dianggap memiliki tanggung jawab untuk menebus atau memurnikan energi negatif yang mungkin ada dalam desa adat.
Api menjadi sarana pembersihan, dan pemangku atau pemimpin desa bertindak sebagai wakil untuk membawa masyarakat menuju harmoni,” ujarnya.
Dari segi kekuatan dan keberanian spiritual, menginjak api oleh pemangku dan pemimpin desa menunjukkan keberanian spiritual mereka sebagai individu yang memiliki koneksi mendalam dengan kekuatan ilahi. Ini menegaskan bahwa mereka layak menjalankan tugas suci untuk melindungi masyarakat secara spiritual dan moral.
“Ritual ini sekaligus menjadi pengingat bagi masyarakat untuk menghormati pemimpin mereka, tidak hanya karena kekuasaan, tetapi juga karena tanggung jawab besar yang mereka emban untuk menjaga harmoni krama desa adat,” ujarnya. (wayan eri gunarta)
Karya Mamungkah Ngenteg Linggih Lan Mapadudusan Agung Merajan Tengah Griya Cucukan Klungkung Bali |
![]() |
---|
SLF 2025 Kembali Hadir, Angkat ‘Buda Kecapi’ sebagai Napas Sastra Kontemporer |
![]() |
---|
JEJAK Sang Maestro Legong & Kebyar Peliatan, Anak Agung Oka Dalem Kisahkan Perjuangan Sang Ayahanda |
![]() |
---|
PAJANG Lukisan Tema Karma & Reinkarnasi Hingga Kritisi Sampah, Roots 100 Tahun Walter Spies di Bali |
![]() |
---|
Refleksi 50 Tahun Perjalanan Apel Hendrawan, Perjalanan Kelam hingga Pembebasan Lewat Seni |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.