Berita Buleleng

Gelombang Pasang, Nelayan di Buleleng Terpaksa Libur Melaut, Cholik Terpaksa Jadi Buruh Bangunan

Abdul mengaku dalam setahun, hanya sekali ada musim ikan, khususnya jenis ikan awan. 

Tribun Bali/Muhammad Fredey Mercury
Libur melaut - Abdul Cholik saat ditemui di RT Rajatama, Desa Banjarasem, Kecamatan Seririt, Buleleng, Bali, Minggu (2/1/2025). Abdul yang bekerja sebagai nelayan terpaksa libur melaut lantaran gelombang pasang. 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Wilayah pesisir di Kabupaten Buleleng saat ini sedang dilanda gelombang pasang

Para nelayan pun terpaksa libur melaut dan memilih alih pekerjaan sebagai buruh bangunan.

Salah satunya adalah Abdul Cholik. nelayan kecil asal RT Rajatama, Desa Banjarasem, Kecamatan Seririt ini mengaku tidak berani melaut karena kondisi cuaca ekstrem dan gelombang pasang

"Sekarang ini masuk kaulu (bulan kedelapan kalender Bali), kalah angin kita kalau melaut. Namun setelah cap go meh nanti (12 Februari) biasanya sudah bisa melaut lagi. Karena kondisi cuacanya sudah normal," ucapnya Minggu 2 Februari 2025. 

Baca juga: Jumat Curhat Polres Jembrana, Nelayan Keluhkan Penggunaan Jaring Pakis, Diminta Jaga Kondusifitas

Abdul mengaku dalam setahun, hanya sekali ada musim ikan, khususnya jenis ikan awan. 

Biasanya musim ikan terjadi antara bulan Februari hingga Maret. 

Saat musim ikan inilah Abdul mendapat penghasilan cukup besar.

"Dalam sehari rata-rata bisa mendapat penghasilan Rp 150 ribu. Hasil melaut ini langsung dijual. Biasanya ada pemborong yang datang ke sini," ungkapnya. 

Ketika di luar musim, Agus mengaku tetap melaut. Walau demikian hasilnya tidak pasti. 

Terkadang ia mendapat teri, impun, atau bahkan tidak ada hasil sama sekali. 

"Kalau sedang sepi sekali, saya dan nelayan di sini cari pekerjaan lain. Biasanya kami nguli (menjadi buruh bangunan), sehingga tetap ada penghasilan harian," tandasnya. 

Gelombang pasang di pesisir Kabupaten Buleleng diperkirakan masih terjadi hingga pertengahan Februari. 

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng pun mengimbau kepada masyarakat di pesisir untuk tetap waspada.

Hal tersebut diungkapkan Kepala BPBD Buleleng, Putu Ariadi Pribadi. Dikatakan dia, sesuai prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) saat ini sedang memasuki puncak musim hujan. 

Kondisi ini berdampak pula pada terjadinya gelombang pasang disertai angin kencang.

"Diperkirakan potensi gelombang pasang masih terjadi sampai pertengahan Februari 2025," ucapnya dikonfirmasi Minggu 2 Februari 2025.

Ariadi mengatakan, potensi gelombang pasang disertai angin kencang, sejatinya sudah terjadi sejak beberapa hari terakhir. 

Bahkan sempat mengakibatkan kejadian bencana di wilayah Banjar Dinas Kubuanyar, Desa/Kecamatan Kubutambahan pada hari Kamis 30 Januari 2025 lalu. 

Ia menyebut, setidaknya ada puluhan kepala keluarga di wilayah tersebut yang terdampak bencana. 

"Peristiwanya terjadi sekitar pukul 00.00 wita. Hasil pendataan kami, sebanyak 31 KK terdampak bencana di sepanjang pantai," ucapnya.

Dampak kerusakan yang ditimbulkan beragam. Mulai dari kerusakan bangunan rumah, tembok penyengker, hingga tempat penyimpanan peralatan nelayan, serta peralatan melaut. 

"Mengenai kerugian materiil, sementara belum dapat dipastikan. Sedangkan untuk tindaklanjut atas musibah yang terjadi, kami sudah mengirimkan bantuan darurat berupa paket sembako, matras, selimut hingga paket kebersihan pada korban yang terdampak bencana," imbuhnya. 

Mengingat panjang laut di wilayah Buleleng yang cukup panjang, Ariadi mengimbau kepada masyarakat di wilayah pesisir agar tetap waspada. 

Khususnya pada para nelayan, pihaknya juga mengimbau agar tetap melihat potensi cuaca. 

"Tetap waspada dan lihat situasi gelombang pasang dalam melaksanakan aktifitas di laut," tandasnya. (mer)

Kumpulan Artikel Buleleng

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved