Penculikan Anak di Denpasar

Ayah dari Korban Penculikan di Denpasar Bali Beberkan Ancaman Mantan Pegawainya & Uang Tebusan

Dalam proses pengejaran pelaku juga terjadi negosiasi antara pelaku dan orang tua korban yang memang agar sengaja diulur, bahkan negosiasi berhasil

Tribun Bali/Adrian Amurwonegoro
TERSANGKA PENCULIKAN - Polresta Denpasar menggelar press release kasus penculikan di Kota Denpasar, pada Kamis 6 Februari 2025. Pelaku adalah mantan pegawai dari orang tua korban penculikan. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Orang tua anak korban penculikan, IKS (49) tidak menyangka, pelaku I Wayan Sudirta (29) menaruh dendam hingga nekat menculik sang putra.

Ia mengaku tidak pernah bersinggungan secara langsung dengan pelaku, ia hanya mengapprove apa yang menjadi penilaian supvervisor dan manajer karena pelaku tidak berkompeten dalam pekerjaannya 2 bulan ini.

"Wayan itu dulunya pegawai saya paling dasar. Pada intinya saya tidak pernah bersentuhan secara langsung, berkomunikasi secara intens, atau ketemu bahkan, jarang saya di kantor," ungkap IKS didampingi sang istri MW. 

"Pelaku bagian kurir, jadi dia punya atasan, ada supervisor dan manajernya. Saya cuma sifatnya approve. Saat supervisor dan manajernya bilang kurang berkompeten, dia mengajukan untuk orang ini diganti. Jadi saya hanya approve, saya tidak ada melakukan penilaian apa pun," jabarnya.

Menurutnya, apa yang dilakukan pelaku Wayan Sudirta salah besar dan harus dipertanggungjawabkan di mata hukum apalagi nyawa sang putra tercinta teranam. 

Baca juga: BREAKING NEWS: PENCULIKAN Siswa SDK Harapan Denpasar, Motif Dendam, Pelaku Wayan S

"Jadi pada intinya kalau dia merasa sakit hati dengan saya, itu salah. Karena kalau sepeti itu banyak orang yang sakit hati sama saya. Karena bukan saya yang pemegang keputusan untuk memberhentikan dan mencari karyawan, saya cuma approve saja," bebernya. 

Dia bersama istri menjelaskan, bahwa orang tua mendapatkan ancaman bukan hanya anaknya yang di Denpasar saja tapi anak yang berada di Surabaya akan mendapatkan bahaya jika tidak segera membayar tebusan.

"Ada itu di rekaman suara barang buktinya. Dia mengancam bukan hanya anak saya yang ada di sini, saya punya anak di surabaya juga diancam," tuturnya.

"Dia bilang kalau tidak salah bukan saja anakmu yang di sini, tapi anakmu yang di surabaya juga akan bahaya, seperti itu lah bahasanya. Memang ada ancaman," ungkapya. 

Dalam proses pengejaran pelaku juga terjadi negosiasi antara pelaku dan orang tua korban yang memang agar sengaja diulur, bahkan negosiasi berhasil dengan menurunkananka tebusan dari Rp100 juta menjadi Rp 10 juta namun uang belum sempat ditransfer pelaku sudah berhasil dibekuk. 

"Sempat negosiasi tawar menawar karena kebetulan pada saat itu, saya melapor, tidak dalam hitungan 15 menit sudah direspons. Kemudian datang 2 personel persis saat pelaku nelepon," ucapnya.

"Dia (pelaku,-Red) nelepon kemudian saya diarahkan, bapak itu minta nomor telepon. Kemudian saya diarahkan ulur waktu. Jadi saya melakukan negosiasi di sana, berusaha untuk berbicara biar lama," jabarnya.

"Pertama dari Rp 100 juta, kemudian Rp 80 juta. Kemudian Rp 50 juta, sampai Rp 30 juta, kemudian Rp 20 juta, dan Rp 10 juta terakhir," timpal ibu korban.

Sementara itu, alasan sang anak mau diajak pelaku karena sang anak mengira bahwa pelaku masih karyawan orang tuanya, karena memang biasanya sang anak dijemput karyawan orang tuanya.

"Iya, memang karyawan saya yang jemput biasanya, anak saya mengenali dari suaranya, dan pelaku juga pernah menjemput kanak," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved