Berita Jembrana

44 Kasus DBD Tercatat di Jembrana  di Awal 2025, Masyarakat Disarankan Jaga Kebersihan Lingkungan

44 Kasus DBD Tercatat di Jembrana  di Awal 2025, Masyarakat Disarankan Jaga Kebersihan Lingkungan

Tribun Bali/dwi suputra
ilustrasi nyamuk - Siswa SD di Karangasem Meninggal Terjangkit DBD, Kadek Sempat Dirawat di ICU RS Balimed 

TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Kasus demam berdarah dengue (DBD) tahun 2025 di Jembrana meningkat dibanding tahun sebelumnya.

Tercatat, tahun ini ada peningkatan 14 kasus pada periode yang sama tahun lalu.

Namun begitu, jumlah tahun ini justru jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2023 (siklus 5 tahun).

Baca juga: SELAMAT JALAN Ni Putu Mertaasih, Ibu Rumah Tangga Tewas Kecelakaan di Tabanan

Selain itu, cuaca ekstrem yang terjadi saat ini juga berpotensi meningkatkan populasi nyamuk termasuk aedes aegypti yang membawa virus DBD.

Masyarakat meminta untuk waspada dan melakukan PSN secara rutin di masing-masing wilayah.

Baca juga: GEMPAR! Jenazah Tanpa Busana di Jimbaran Bali, Mencekam Ada Sosok yang Tiba-tiba Hilang

Menurut data yang berhasil diperoleh dari Dinas Kesehatan Jembrana, tercatat ada 332 kasus selama tahun 2024. Yang mana pada Januari tercatat 12 kasus dan Pebruari tercatat 18 kasus.


Sementara untuk tahun 2025, tercatat ada 44 kasus dalam dua bulan terakhir. Rinciannya, 24 kasus di Januari dan 20 kasus di Pebruari. Jumlah ini meningkat dibanding tahun sebelumnya pada periode yang sama.


"Jika dibandingkan periode yang sama tahun 2023, tahun ini jauh lebih rendah. Tahun 2023 sebanyak 130 kasus," sebut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Jembrana, dr I Gede Ambara Putra, Rabu 5 Maret 2025.


Dia mengungkapkan, potensi peningkatan kemungkinan terjadi karena cuaca saat ini. Sebab, situasi hujan sesekali kemudian dilanjutkan dengan situasi panas Berpotensi meningkatkan populasi tak terkecuali aedes aegypti yang menjadi pembawa virus DBD.


Hujan menyebabkan timbulnya genangan air yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Ditambah lagi saat musim hujan juga mendukung pertumbuhan nyamuk, karena kelembapan lebih tinggi. Ketika cuaca panas, suhu yang hangat mempercepat siklus hidup nyamuk, dari telur menjadi dewasa.


Terkadang, perilaku membuang sampah sembarangan menjadi salah satu penyebab nyamuk berkembang biak dengan cepat yang berisiko penyebaran DBD.


"Cuaca hujan sebentar lalu panas, paling berpotensi membuat banyak nyamuk berkembangbiak," ungkapnya.


Dia mengimbau seluruh masyarakat agar melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di wilayah masing-masing secara rutin dan maksimal. Sehingga risiko penyebaran penyakit DBD ini bisa ditekan kedepannya.


"Kita sarankan masyarakat lakukan PSN yang maksimal, dari kita akan membantu edukasi serta melaksanakan fogging sebelum ditemukan kasus dan sesudah ditemukan kasus," tandasnya.
 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved