bisnis

RUPIAH Menguat Terbatas Senin 17 Maret 2025, Menanti Arah Suku Bunga di Tengah Situasi Kian Memburuk

Potret suram perekonomian domestik juga memantik banyak respon dari institusi keuangan asing yang mengelola dana global.

Antara Foto/Akbar Nugroho Gumay
ILUSTRASI - Rupiah berpeluang menguat terbatas pada perdagangan hari ini, Senin (17/3). Investor menantikan arah baru suku bunga di tengah memburuknya ekonomi domestik.  Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong memperkirakan, rupiah kemungkinan menguat terbatas di perdagangan Senin (17/3). Pergerakan rupiah sejalan dengan investor menantikan data ekonomi domestik seperti neraca perdagangan ekspor/impor yang dirilis Senin (17/3).  

TRIBUN-BALI.COM - Rupiah berpeluang menguat terbatas pada perdagangan hari ini, Senin (17/3). Investor menantikan arah baru suku bunga di tengah memburuknya ekonomi domestik. 

Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong memperkirakan, rupiah kemungkinan menguat terbatas di perdagangan Senin (17/3). Pergerakan rupiah sejalan dengan investor menantikan data ekonomi domestik seperti neraca perdagangan ekspor/impor yang dirilis Senin (17/3). 

Bank Indonesia (BI) juga akan mengumumkan keputusan terkait BI-rate yang dijadwalkan bertemu dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 18-19 Maret 2025. Dari eksternal, data penjualan ritel AS dan FOMC the Fed bakal menjadi perhatian.

Baca juga: ASPI Sebut Tak Akan Dongkrak Pendapatan PJP dari QRIS Tap

Baca juga: MACET Parah, Lomba Ogoh-ogoh di Puspem Badung, Dishub Sebut Penonton Tak Seperti HUT Mangupura

BI diperkirakan mempertahankan suku bunga, walau masih ada ekspektasi pemangkasan karena harga telah mengalami deflasi. Namun BI akan memberikan pernyataan dukungan pada stabilitas rupiah dan akan terus mengintervensi.

Lukman berpendapat bahwa rupiah kemungkinan masih sulit menguat di tengah berbagai sentimen negatif dari domestik masih membebani. Di lain sisi, FOMC the Fed pekan depan mungkin bisa mendukung rupiah karena bank sentral AS itu berpeluang dovish.

Data-data ekonomi yang terus melemah seperti deflasi dan penjualan ritel telah mencerminkan daya beli masyarakat yang lesu. Revisi ke bawah pasar saham dan obligasi Indonesia oleh MSCI dan Goldman Sachs turut menjadi berita negatif. “Rupiah akan konsolidasi dengan kecenderungan menguat terbatas,” kata Lukman, Jumat (14/3).

Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan, rupiah mungkin bakal melemah di perdagangan awal pekan, Senin (17/3). Rupiah tertekan sentimen perang dagang global dan memburuknya ekonomi RI.

Teranyar, Uni Eropa berencana mengenakan tarif 50 persen pada wiski Amerika yang akan mulai berlaku pada tanggal 1 April, sebagi balasan terhadap tarif 25?ri AS pada baja dan aluminium impor.

Selain itu, Trump akan memberlakukan tarif timbal balik di seluruh dunia pada tanggal 2 April, yang dapat semakin memperburuk suasana hati investor.

Potret suram perekonomian domestik juga memantik banyak respon dari institusi keuangan asing yang mengelola dana global.

Salah satu bank terbesar di Singapura, OCBC, memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal I-2025 hanya akan tumbuh 4,8%. “Berbagai data baru yang dirilis kian menegaskan tantangan kelesuan ekonomi domestik sebaiknya tidak diremehkan,” jelas Ibrahim dalam risetnya, Jumat (14/3).

Menurut Ibrahim, rupiah kemungkinan bakal fluktuatif dan ditutup melemah di rentang Rp 16.340 - Rp 16.400 per dolar AS di Senin (17/3).  Sedangkan, Lukman memproyeksi rupiah bakal menguat terbatas di rentang Rp 16.300 - Rp 16.400 per dolar AS.

Mengutip Bloomberg, Jumat (14/3), Rupiah spot ditutup menguat 0,47?ri posisi Kamis (13/3) yang ada di Rp 16.428 per dolar AS. Sedangkan, Rupiah Jisdor BI menguat sebesar 0,24?ri level Rp 16.428 per dolar AS. (kontan)

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved