Seputar Bali
Tak Terpengaruh Harga ‘Nyuh Daksina’ Meroket , Harga Ayam Caru di Gianyar Malah Stabil, Masih Aman
Harga bahan banten, terutama ayam caru di beberapa wilayah di Bali sepertinya tak terpengaruh seperti kenaikan harga ‘nyuh daksina’.
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Harga bahan banten, terutama ayam caru di beberapa wilayah di Bali sepertinya tak terpengaruh seperti kenaikan harga ‘nyuh daksina’.
Seperti diketahui, beberapa hari belakangan, nyuh daksina, atau buah kelapa berukuran kecil yang sering digunakan sebagai alat yadnya mengalami kenaikan harga yang signifikan.
Beberapa daerah seperti Badung, Denpasar dan Jimbaran mengalami peningkatan harga yang signifikan.
Namun peningkatan harga ini tak mempengaruhi alat banten yang lain terutama ayam caru.
Baca juga: Bus Trans Metro Dewata Bali Akan Beroperasi 18 April 2025, Samsi: Berusaha Secepat-cepatnya
Di Gianyar sebagai contoh, harga ayam caru malah tetap stabil dan tak mengalami kenaikan.
Berdasarkan data dihimpun, Kamis 10 April 2025, diketahui bahwa saat ini harga ayam lokal atau ayam caru di peternak ayam rumahan masih normal, yakni Rp 25.000 per ekor dalam ukuran seperti burung tekukur.
Namun semakin besar ayamnya, harganya semakin mahal, namun hal tersebut masih normal.
Kabid Pembibitan dan Produksi Peternakan, Distannak Gianyar, Anak Agung Parwata menjelaskan bahwa harga ayam lokal sejatinya tidak terdampak hukum pasar.
Sebab di Bali, jumlah peternak ayam lokal relatif banyak, terutama di daerah pedesaan.
"Untuk harga ayam lokal untuk kebutuhan upacara, hukum pasar tidak berlaku sepenuhnya,”
“Mengingat di daerah pedesaan, peternak ayam lokal memberikan harga standar untuk kebutuhan upacara. Kalaupun harganya naik tidak signifikan," ujarnya.
Diketahui bahwa dalam kegiatan keagamaan di Bali, ayam lokal menjadi salah satu hewan yang digunakan. Seperti ayam biying, ayam putih, ayam ijo atau ayam brumbun.
Baca juga: 2 WN Rusia Diamankan Saat Sedang Berhubungan di Kuta Utara, Kejahatannya Tak Main-main

Baca juga: Ikut Andil Pembangunan Bali, DPD Walubi Bali Lantik 15 Pengurus Baru
Terkait harga ayam yang tak naik seperti harga kelapa, Agung Parwata menduga hal tersebut, selain karena stok relatif banyak, juga dikarenakan kebutuhan terhadap ayam ini tidak sebanyak kelapa.
"Kebutuhan ayam tidak sebanyak kebutuhan kelapa, hanya saja khusus untuk pecaruan mesti menggunakan ayam sesuai warna, selebihnya untuk sarana Upakara digunakan ayam ras jenis lain," bebernya.
Selain banyak masyarakat yang gemar memelihara ayam caru.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.