bisnis

BLACKOUT Timpa Bali 2 Mei 2025, 350 Indonesia Sebut Sistem Listrik Bali Masih Rapuh, Ini Solusinya

Salah satunya kemacetan karena matinya lampu lalu lintas, kemudian tidak berjalannya pembelian BBM di SPBU dan lain sebagainya. 

ISTIMEWA
ENERGI SURYA - Organisasi 350 Indonesia saat pemasangan panel surya sebagai salah satu solusi mandiri energi dengan memanfaatkan energi matahari. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Bali mengalami blackout pada 2 Mei 2025, yang mengakibatkan beberapa aktivitas terganggu baik umum maupun rumah tangga. 

Salah satunya kemacetan karena matinya lampu lalu lintas, kemudian tidak berjalannya pembelian BBM di SPBU dan lain sebagainya. 

Pada 2 Mei 2025, listrik di seluruh Bali padam hampir 12 jam mulai pukul 16.00 Wita. Padamnya listrik tersebut diduga disebabkan oleh gangguan pada kabel laut transfer Jawa-Bali, yang menyebabkan seluruh pembangkit listrik lepas.

Direktur Distribusi PLN, Adi Priyanto, yang menyebutkan bahwa gangguan tersebut dipicu oleh permasalahan teknis pada sistem transmisi PLN, sehingga menyebabkan padamnya beberapa pembangkit.

Baca juga: TEWAS Tenggelam di Pantai Baluk Rening Negara, Pria 47 Tahun Hendak Rekreasi Hari Raya Kuningan

Baca juga: TEWAS Tergencet! Tragedi Kecelakaan Motor Vs Truk Kontainer di Jalan Teuku Umar Barat - Pura Demak

ILUSTRASI - Pada 2 Mei 2025, listrik di seluruh Bali padam hampir 12 jam mulai pukul 16.00 Wita. Padamnya listrik tersebut diduga disebabkan oleh gangguan pada kabel laut transfer Jawa-Bali, yang menyebabkan seluruh pembangkit listrik lepas.
ILUSTRASI - Pada 2 Mei 2025, listrik di seluruh Bali padam hampir 12 jam mulai pukul 16.00 Wita. Padamnya listrik tersebut diduga disebabkan oleh gangguan pada kabel laut transfer Jawa-Bali, yang menyebabkan seluruh pembangkit listrik lepas. (Pixabay)

Kasus black out ini bukan yang pertama terjadi di Indonesia. Sebelumnya, kejadian serupa juga menimpa Jakarta dan sekitarnya pada 2019 lalu. 

"Jika kita mengandalkan pembangkit terpusat, apalagi berbasis energi fosil, kejadian blac kout seperti ini akan terus berulang. Ini bukan kali pertama berdasarkan catatan media, ini adalah kasus keempat di sistem kelistrikan Jawa-Bali," kata Suriadi Darmoko dari organisasi 350 Indonesia dalam rilisnya.

Menurutnya, saat ini Bali masih bergantung pada jaringan pembangkit listrik energi fosil dan jaringan listrik antar-pulau. 

Kasus black out kali ini menunjukkan bahwa sistem ketenagalistrikan di Bali rapuh. "Sistem kelistrikan terpusat yang bertumpu pada energi fosil ini harus ditinggalkan," lanjutnya.

Menurutnya, Bali sebenarnya sangat mungkin lepas dari ketergantungan terhadap energi fosil dan sistem pembangkitan terpusat. 

Center for Community Based Renewable Energy (CORE) Universitas Udayana, bersama Greenpeace Indonesia menemukan bahwa potensi energi surya di Provinsi Bali merupakan yang paling tinggi, yaitu sekitar 98 persen dari total potensi energi terbarukan di Bali.

Potensi energi matahari di pusat kabupaten/kota di Bali berkisar antara 4,01–6,13 kWh/m⊃2;/hari, dengan rata-rata 4,89 kWh/m⊃2;/hari. 

Bali memiliki iradiasi solar antara 1.490 hingga 1.776 kWh/m⊃2;/tahun—melebihi standar kelayakan proyek energi surya di Eropa, yaitu 900 kWh/m⊃2;/tahun.

"Total potensi energi surya di Provinsi Bali dapat mencapai 113.436,5 GWh per tahun, jauh melebihi permintaan energi pada tahun 2027 yang diperkirakan hanya 10.014 GWh per tahun," paparnya.

Cita-cita Bali Mandiri Energi yang diusung Pemerintah Provinsi Bali harus segera direalisasikan. 

Kekuatan kemandirian listrik ini harus bertumpu pada pembangkit energi terbarukan dalam skala komunitas, sesuai dengan potensi wilayah masing-masing.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved