Properti

Pergeseran Tren Wisman Jadikan Kawasan Nyanyi di Tabanan Bidikan, Membuat Investasi Properti Berubah

Bahkan saat terjadi kebijakan tarif timbal balik, yang diterapkan Presiden AS, Donald Trump, terhadap produk impor dari sejumlah negara.

ISTIMEWA
RUMAH PINTAR - Konsultan properti, Knight Frank, menyatakan bahwa Bali merupakan salah satu dari sepuluh destinasi investasi yang dipilih oleh orang kaya sebagai rumah kedua. Riset tersebut juga menyebutkan, bahwa pertumbuhan ekonomi di Bali telah mencapai 7,5 persen sejak tahun 2021, dengan tingkat hunian rata-rata yang terus meningkat hingga mencapai 75 persen, menjadikan investasi di Bali sangat menarik. 

TRIBUN-BALI.COM -  Pulau Dewata telah menjelma menjadi sebuah hotspot investasi properti, pasca pandemi Covid-19.

Pasalnya, pasar properti Bali mampu bangkit melampaui ekspektasi semua orang. Dengan demikian, wajar jika pembangunan properti di Pulau Dewata saat ini, terlihat masif dan mampu menarik minat investor lokal maupun mancanegara.

Bahkan saat terjadi kebijakan tarif timbal balik, yang diterapkan Presiden AS, Donald Trump, terhadap produk impor dari sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Kementerian Pariwisata Indonesia meyakini, bahwa sektor turisme dapat menjadi alat pertahanan ekonomi nasional dalam menghadapi tekanan eksternal akibat kebijakan tersebut.

Baca juga: BIDIK Lokal & Internasional, Proyek Neo Luxury Senilai Rp500 M Akan Jadi Bagian Ekosistem Nuanu City

Baca juga: WN Australia Masih Jadi Turis Terbanyak Datang ke Bali, Konsulat dan Dispar Dorong Do’s and Don’ts

Mengantisipasi tren ini, NPG Indonesia, sebuah perusahaan pengembang yang berbasis di Bali, memberikan pemutakhiran informasi terkait Ecoverse, sebuah hunian modern eco-friendly yang berlokasi tepat di depan gerbang Nuanu Creative City.
Mengantisipasi tren ini, NPG Indonesia, sebuah perusahaan pengembang yang berbasis di Bali, memberikan pemutakhiran informasi terkait Ecoverse, sebuah hunian modern eco-friendly yang berlokasi tepat di depan gerbang Nuanu Creative City. (ISTIMEWA)

Hal ini sangat dimungkinkan, mengingat pariwisata adalah bisnis jasa yang tidak terganggu oleh kebijakan tarif dagang, sehingga dengan menarik lebih banyak wisatawan mancanegara, Indonesia dapat menjaga stabilitas rupiah dan cadangan devisa.

Di samping itu, potensi pemasukan pajak yang sangat menjanjikan dari kegiatan jual-beli maupun sewa properti resedensial dan hotel, menjadi salah satu tolok ukur pemerintah Indonesia dalam mendorong pertumbuhan dan kelangsungan industri pariwisata di Bali.

Sebagai ilustrasi, vila di tempat strategis bisa mendapatkan rental yield (hasil sewa) hingga 15 persen sampai 25 persen per tahun, atau jauh di atas rata-rata rental yield dunia yang hanya 5 persen.

Hal ini dimungkinkan karena Bali merupakan daerah wisata, di mana umumnya tingkat keterisian (okupansi) hotel dan vila antara 70 persen hingga 80 persen.

Fokus strategis pemerintah pada sektor pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan, dirancang untuk menarik high-spending tourist, juga dapat meningkatkan daya tarik Pulau Seribu Pura ini sebagai destinasi premium.

Di sisi lain, peningkatan jumlah wisatawan asing ke Bali, mendorong kenaikan harga properti residensial, khususnya di lokasi-lokasi populer seperti Canggu, Seminyak, dan Ubud.

Konsultan properti, Knight Frank, menyatakan bahwa Bali merupakan salah satu dari sepuluh destinasi investasi yang dipilih oleh orang kaya sebagai rumah kedua.

Riset tersebut juga menyebutkan, bahwa pertumbuhan ekonomi di Bali telah mencapai 7,5 persen sejak tahun 2021, dengan tingkat hunian rata-rata yang terus meningkat hingga mencapai 75 persen, menjadikan investasi di Bali sangat menarik.

Sementara tren yang berkembang adalah pergeseran minat wisatawan ke daerah-daerah baru di Bali bagian barat, seperti Seseh, Kedungu, Cemagi, Nyanyi, dan Pererenan.

Lokasi-lokasi ini membuka peluang baru untuk pengembangan real estat. Sementara tempat-tempat populer seperti Sanur, Seminyak, dan Ubud tetap diminati, generasi muda semakin tertarik ke daerah-daerah yang menawarkan hubungan yang lebih akrab dengan alam dan lingkungan yang lebih hijau.

“Salah satu prinsip paling utama dalam investasi properti adalah lokasi. Agar sebuah proyek properti sukses, yang perlu jadi pertanyaan, apakah lokasi tersebut populer atau tidak? apakah lokasi tersebut masih menjanjikan pertumbuhan harga dalam 10 hingga 15 tahun ke depan, atau akan masuk fase jenuh?,” ungkap Evgeny Obolentsev, General Manager NPG Indonesia.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved