Ormas di Bali
BADUNG Kaji Insentif untuk Pecalang, Ini Tujuannya?
Menurutnya, kehadiran mereka bukan hanya sekadar simbol adat, tetapi juga menjadi benteng budaya yang turut memperkuat daya tarik pariwisata Bali.
TRIBUN-BALI.COM - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung saat ini mengkaji wacana pemberian insentif bagi pecalang.
Pemberian insentif itu mendapat dukungan dari berbagai pihak termasuk Gubernur Bali dan Kejaksaan Tinggi Bali.
Gubernur dan Kejati menilai keberadaan pecalang sangat krusial dalam menjaga stabilitas dan keamanan desa adat. Mengingat tugas pecalang sebagai pengaman dan ada di semua desa adat di Bali termasuk Badung.
Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa menegaskan pentingnya peran pecalang sebagai garda terdepan dalam menjaga ketertiban dan keamanan di wilayah desa adat.
Menurutnya, kehadiran mereka bukan hanya sekadar simbol adat, tetapi juga menjadi benteng budaya yang turut memperkuat daya tarik pariwisata Bali.
Baca juga: ORMAS GRIB Tabanan Lockdown! Wagub Bali Koordinasi Tim Yustisi,Polda Bali Kerahkan Aparat Bersenjata
Baca juga: CEK Jadwal Pemadaman Listrik di Bali Esok Hari, Ada Bangli, Karangasem & Gianyar
Untuk itu Adi Arnawa akan melakukan kajian terkait dengan insentif pecang di wilayahnya. “Ya, nanti kita pertimbangkan benar kata Pak Kejati Bali, bahwa pecalang menjadi garda terdepan terkait dengan keamanan desa adat,” ujarnya
Diakui, bagaimana pun juga desa adat menjadi benteng budaya di Bali. Bahkan semua itu yang menjadi pesona daya tari wisata. “Bali dikenal dengan adat, seni dan budaya yang harus kita pertahankan,” bebernya.
Dukungan terhadap wacana ini juga datang dari DPRD Badung. Ketua Komisi III DPRD Badung, I Made Ponda Wirawan saat dikonfirmasi Selasa (13/5) menyatakan kedudukan pecalang telah memiliki dasar hukum yang kuat melalui Perda Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2019 tentang Desa Adat.
Menurutnya, dalam peraturan tersebut ditegaskan bahwa pecalang adalah lembaga adat yang bertugas menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat adat.
“Perda ini menjadi pijakan legal bagi pecalang dalam menjalankan tugas mereka. Karena itu, pemberian insentif adalah langkah logis dan tepat untuk mengapresiasi dedikasi mereka,” jelas Ponda Wirawan.
Namun demikian, pihaknya mengingatkan bahwa pemberian insentif harus tetap mengacu pada regulasi yang berlaku. Dia menyarankan agar pecalang juga diberikan pelatihan dan pembekalan, sehingga tugas yang diemban bisa dilakukan secara profesional dan efisien.
Isu lain yang turut disorot dalam pembahasan ini adalah keberadaan krama tamiyu atau penduduk pendatang. Menurut Ponda, sinergi antara desa adat dan desa dinas sangat penting untuk memastikan data penduduk tetap akurat dan dapat ditindaklanjuti jika muncul gangguan Kamtibmas.
“Setiap krama tamiyu harus didata secara menyeluruh. Jika terbukti melakukan tindakan kriminal, desa adat memiliki hak untuk menolak keberadaan mereka di wilayahnya. Ini penting agar tidak merusak tatanan sosial dan keamanan desa,” imbuhnya.
Hal senada diungkapkan DPRD Denpasar yang mengusulkan pecalang dapat insentif. Anggota Komisi I DPRD Denpasar, I Made Sukarmana menilai apa yang menjadi belakangan ini terkait ormas luar perlu disikapi dengan bijak oleh semua krama Bali.
“Apalagi, selama ini krama Bali dengan tradisi dan budaya yang kuat, telah memiliki lembaga yang jelas dalam menjaga krama dan wilayahnya masing-masing,” katanya Sabtu (10/5).
Hanya saja, ke depan perlu menjadi perhatian semua pihak, terkait kesejahteraan para pecalang tersebut. Mereka telah memiliki fungsi dan peran yang sangat strategis dalam menjaga keamanan wilayahnya.
Karena itu, perlu kiranya Majelis Desa Adat (MDA) untuk memberikan insentif setiap bulan kepada para pecalang.
“Kami berharap agar MDA bisa memberikan insentif berupa dana setiap bulannya kepada mereka. Dana itu bisa diambilkan dari dana Bantuan Keuangan Khusus (BKK) yang diberikan pemerintah,” ujar Sukarmana.
Bukan hanya pecalang, perhatian serupa juga bisa diberikan kepada para Pakis di Kota Denpasar. Hal ini sebagai bentuk penghargaan atas peran dan fungsi yang mereka emban selama ini.
Sebelumnya, Wakil Gubernur Bali, Nyoman Giri Prasta akan mengupayakan agar Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali dapat memberikan insentif untuk pecalang. Sehingga betul-betul gerakan ngayah untuk masyarakat, menjaga alam, budaya dan manusianya ini termasuk adat kuat.
Menurutnya, Bali sudah memiliki aparatur negara baik itu TNI maupun Polri terkait keamanan dan ketertiban masyarakat.
“Dari 1.400 lebih desa adat Itu sudah memiliki pecalang desa adat. Nah Pecalang desa adat ini mempunyai peran untuk menjaga estetika dresta wilayah adat itu sendiri,” jelas Giri Prasta saat ditemui di Kantor Gubernur Bali pada, Senin (5/5) lalu. (gus/sup/sar)
BENDESA Agung MDA Bali: Setiap Desa Adat di Bali Tidak Butuh Preman Berkedok Ormas! |
![]() |
---|
ORMAS GRIB Tabanan Lockdown! Wagub Bali Koordinasi Tim Yustisi,Polda Bali Kerahkan Aparat Bersenjata |
![]() |
---|
Ormas GRIB di Tabanan Resmi Lockdown, Sampaikan di Depan Pecalang dan Aparat Desa |
![]() |
---|
Koster Bakal Tindak Tegas Ormas yang Lakukan Tindakan Premanisme, Ada 298 Ormas Terdaftar di Bali |
![]() |
---|
TOLAK Ormas Berbau Preman! Ini Ketegasan Bupati Badung Adi Arnawa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.