Rabies di Bali

Dua Orang Warga Jembrana Meninggal Suspek Rabies, Gigitan HPR ke Manusia Sudah Hampir 2000 Kasus

Kasus gigitan hewan penular rabies (HPR) di Jembrana sudah mencapai 1.906 kasus. Adalah kasus selama periode Januari-April 2025.

Istimewa
VAKSINASI - Petugas medikvet Jembrana saat melakukan vaksinasi emergency rabies di Desa Tegal Badeng Barat, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali beberapa waktu lalu. 

Dua Orang Warga Jembrana Meninggal Suspek Rabies, Gigitan HPR ke Manusia Sudah Hampir 2000 Kasus

TRIBUN-BALI.COM, JEMBRANA - Kasus gigitan hewan penular rabies (HPR) di Jembrana sudah mencapai 1.906 kasus.

Adalah kasus selama periode Januari-April 2025 kemarin.

Dari jumlah tersebut, tercatat sudah ada dua orang warga Gumi Makepung yang meninggal dunia diduga suspek rabies selama ini.

Selain itu, jumlah gigitan tahun ini lebih banyak 200 lebih kasus dibandingkan tahun lalu periode yang sama.

Baca juga: TEWAS Bocah 8 Tahun di RSU Negara, Korban Takut Air, Diduga Suspek Rabies, Anjing Gigit 2 Bulan Lalu

Cakupan vaksinasi rabies yang rendah ditengarai menjadi penyebabnya.

Hingga awal Mei saja, cakupan vaksinasi baru hanya 15 persen dari target 80 persen (target aman) dari total estimasi populasi sebanyak 41 ribu ekor lebih yang ada di Gumi Makepung.

Dengan data ini, masyarakat diimbau untuk tidak abai, tetap waspada dan hati-hati ketika melihat HPR dengan tingkah mencurigakan dan segera melaporkan ke petugas terkait.

Baca juga: 43 Kasus Positif Rabies Selama 4 Bulan, Vaksinasi Rabies Baru Menyasar 6 Ribuan Ekor di Jembrana

Jika menerima luka gigitan, segera lakukan langkah awal dan segera dibawa ke faskes terdekat untuk memperoleh layanan sesuai SOP.

Baik itu layanan suntikan VAR, dan SAR untuk areal risiko tinggi seperti wajah dan ujung jari.

Jika tak dilakukan penanganan awal dan juga tidak ditangani di fasilitasi kesehatan terdekat, risiko terburuk adalah menyebabkan meninggal dunia.

Baca juga: Gelar Vaksin Rabies Door to Door! Awasi Lalu Lintas HPR, Distan Denpasar Bentuk Tisara

Mengingat rabies ini diketahui sangat berbahaya karena bisa mengakibatkan kematian.

Menurut data yang diperoleh, dalam kurun waktu empat bulan atau periode Januari-April 2025 ini, sedikitnya ada 1.906 orang yang mengalami gigitan hewan penular rabies (HPR). 

Sementara, untuk HPR positif rabies tercatat sudah ada 43 kasus hingga awal Mei.

Jumlah ini sudah mendekati jumlah kasus selama setahun di 2024 lalu yang tercatat sebanyak 56 kasus positif rabies.

"Jumlah kasus gigitan tergantung dari penanganan HPR. Jadi kunci kasus pada manusia tergantung hewannya," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinas Kesehatan Jembrana, dr I Gede Ambara Putra saat dikonfirmasi, Minggu 18 Mei 2025 sembari menyebutkan sesuai catatan sementara sudah ada dua orang yang meninggal dunia diduga suspek rabies.

Dia menegaskan, ketika penanganan HPR di lapangan dengan maksimal, praktis kasus gigitan pada manusia juga akan menurun.

Sehingga ini harus dikerjakan bersama-sama, baik dari Bidang Keswan-Kesmavet di Dinas Pertanian dan Pangan hingga masyarakat.

Apalagi saat ini kasus gigitan cenderung naik dari tahun sebelumnya. Sementara kasus rabies selama empat bulan terakhir sudah mendekati jumlah keseluruhan kasus selama setahun di 2024.

"Tercatat ada peningkatan jika dibandingkan tahun lalu periode yang sama. Ini menjadi warning kita bersama terutama soal penanganan HPR. Ketika HPR aman, praktis pada manusia juga aman," sebutnya. 

Berkaca dengan adanya kasus suspek rabies karena tak sempat dirujuk ke fasilitas kesehatan, dia menegaskan kembali ketika ada masyarakat yang digigit anjing atau HPR lain agar segera melakukan langkah-langkah penanganan.

Di awal, masyarakat yang diserang HPR bisa mencuci luka dengan sabun di air mengalir minimal 10-15 menit lamanya.

Kemudian, jika mengetahui bahwa HPR yang menyerang menunjukkan gejala rabies bahkan mati usai menyerang harus segera datang ke faskes terdekat untuk mendapat layanan VAR.

"Intinya jangan panik dan bawa ke faskes terdekat. Lakukan langkah penanganan awal dan dilarikan ke faskes terdekat agar mendapat penanganan sesuai SOP yang berlaku dari petugas kesehatan," tegasnya.

Disinggung mengenai ketersediaan vaksin anti rabies (VAR) dan serum anti rabies (SAR) di Jembrana, Ambara menegaskan stok VAR di Jembrana masih aman.

"Stok VAR dan SAR di Jembrana aman. Kita berharap kasus tidak bertambah dari tahun sebelumnya sehingga (vaksin) cukup," sebutnya.

Dia menegaskan, ketika ada masyarakat yang digigit anjing atau HPR lain agar segera melakukan langkah-langkah penanganan.

Di awal, masyarakat yang diserang HPR bisa mencuci luka dengan sabun di air mengalir minimal 10-15 menit lamanya.

Kemudian, jika mengetahui bahwa HPR yang menyerang menunjukkan gejala rabies bahkan mati usai menyerang harus segera datang ke faskes terdekat untuk mendapat layanan VAR. 

"Intinya jangan panik. Lakukan langkah penanganan awal dan dilarikan ke faskes terdekat agar mendapat penanganan sesuai SOP yang berlaku dari petugas kesehatan," tegasnya.

Untuk diketahui, Pelaksana Tugas (Plt) Kabid Keswan-Kesmavet Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Gede Putu Kasthama menyebutkan hingga awal Mei pihaknya telah melakukan vaksinasi rabies dengan sasaran 6.488 ekor tersebar di seluruh wilayah.

Jumlah tersebut masih kecil atau masih sekitar 15 persen lebih jika dikalkulasikan dengan estimasi populasi HPR di Jembrana saat ini sebanyak 41.668 ekor. 

"Seiring dengan bertambahnya populasi, vaksinasi juga akan kita gencarkan. Kami harapkan masyarakat ikut berpartisipasi untuk mendukung gerakan penekanan kasus rabies di Jembrana," harapnya. (*)

 

Berita lainnya di Rabies di Bali

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved