Berita Buleleng

RUMAH Impian Terwujud Lewat TMMD ke-124, Penantian Kandia Berbuah Manis, Penerima Bantuan RTLH

Rumah tersebut diketahui milik Gede Kandia. Awalnya, di lahan tersebut hanya berdiri bangunan semi permanen dengan atap dan dinding berupa seng. 

TRIBUN BALI/ MUHAMMAD FREDEY MERCURY
BANTU PEMBANGUNAN - Gede Kandia (topi merah) saat membantu rehabilitasi rumah miliknya. Pria 54 tahun itu sangat bersyukur karena setelah penantian panjang, akhirnya dia punya rumah layak huni. 

TRIBUN-BALI.COM  - Di sebuah perkebunan mangga yang berlokasi di Banjar Dinas Seganti, Desa Depeha, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng terdapat satu rumah yang sedang dibangun. Rumah berukuran 5x6 meter itu terdiri dari dua kamar tidur serta teras.

Rumah tersebut diketahui milik Gede Kandia. Awalnya, di lahan tersebut hanya berdiri bangunan semi permanen dengan atap dan dinding berupa seng. 

Namun kini, bangunan itu disulap menjadi rumah layak huni yang kokoh. Meski sederhana, namun pria 54 tahun itu merasa sangat puas. Sebab ini merupakan impiannya untuk memiliki rumah sendiri. 

Baca juga: PUTUS Jalan Rawan Jika Tak Segera Tertangani, Tanggul di Pantai Sental Nusa Penida Rusak Parah!

Baca juga: TEWAS 2 Warga Suspek Rabies! Gigitan HPR ke Manusia Sudah Hampir 2.000 Kasus, Vaksinasi Masih Rendah

REHABILITASI RTLH - Anggota Kodim 1609/Buleleng saat menyelesaikan proses rehabilitasi RTLH. Pada TMMD ke 124, Gede Kandia menjadi salah satu penerima bantuan rehabilitasi RTLH.
REHABILITASI RTLH - Anggota Kodim 1609/Buleleng saat menyelesaikan proses rehabilitasi RTLH. Pada TMMD ke 124, Gede Kandia menjadi salah satu penerima bantuan rehabilitasi RTLH. (TRIBUN BALI/ MUHAMMAD FREDEY MERCURY)

Lebih dari lima tahun lamanya, Kandia berjuang untuk mendapatkan bantuan rehabilitas rumah. Berulang kali ia mengusulkan bantuan melalui desa, namun hasilnya selalu nihil. 

Ini lantaran kuota bantuan bedah rumah dari pemerintah pusat, maupun dari kabupaten ke desa-desa di Buleleng juga terbatas. Alhasil, Kandia yang hanya seorang buruh serabutan pun hanya bisa bersabar dan terus bersabar. 

Kandia menceritakan, sebelumnya ia merupakan seorang penggarap lahan (penyakap) di Banjar Dinas Dangin Pura, Desa Depeha. Di tempat itu ia membangun gubuk kecil untuk tinggal bersama istri dan anaknya. 

Namun pada tahun 2019, ia terpaksa harus pindah karena lahan tersebut telah diambil alih oleh pemiliknya. Sejak saat itu, Kandia menumpang di rumah keluarganya, yang berlokasi di Banjar Dinas Seganti, kendati dia memiliki lahan pribadi di areal perkebunan mangga. 

"Kalau di sini hanya sebagai pondokan untuk istirahat saat mengurus ternak. Karena di sini tidak ada listrik maupun air. Untuk minum ternak, saya memanfaatkan drum sebagai tadah hujan. Sehingga untuk tidur, saya memilih menumpang di rumah keluarga," katanya.  

Sebagai buruh serabutan, Kandia hanya mampu menghasilkan upah kotor Rp 100 ribu per hari. Itupun jika ada warga yang mau memanfaatkan jasanya. 

Walau demikian, pria paruh baya itu tak pantang menyerah untuk memiliki rumah sendiri. Sepulang kerja ia kerap menyempatkan waktu untuk mencari kayu, maupun batu untuk pembangunan rumahnya. Kendati dia belum tahu kapan mendapat bantuan bedah rumah dari pemerintah. 

Namun kesabaran Kandia akhirnya berbuah manis. Sebab di tahun 2025, Desa Depeha dipilih sebagai tempat pelaksanaan Tentara Manunggal Masuk Desa (TMMD) ke-124. Pada kegiatan ini pula, Kandia terpilih menjadi salah satu penerima bantuan bedah rumah tidak layak huni (RTLH). 

Pembangunan akhirnya dilaksanakan sejak tanggal 6 Mei 2025, melalui kolaborasi anggota Kodim 1609/Buleleng bersama masyarakat. Perasaan senang dan syukur tak mampu dia sembunyikan. Bahkan Kandia tak sabar untuk segera menempati rumah barunya. 

"Nanti setelah rumah ini jadi langsung saya tempati bersama istri dan anak saya. Karena anak saya yang lain sudah kerja di Denpasar," ucap bapak dari tiga anak itu. 

Gede Kandia memang masih memiliki tugas lain setelah rumah ini berdiri, yakni menyediakan listrik dan air. Namun suami dari Nyoman Budiasih ini mengaku akan meminta bantuan ke desa. 

Demikian pula untuk bangunan tambahan lainnya seperti dapur dan kamar mandi, akan dia upayakan melalui material yang tersisa. "Dapur dan kamar mandi nanti dibangun apabila masih ada sisa bahan. Yang terpenting saya punya rumah layak huni agar tidak kehujanan dan kepanasan," ujarnya. (mer)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved