Potensi Wellness Tourism di Bali Siap Bersaing, Pengobatan Ala Balian Jadi Daya Tarik Unik

Dinas Pariwisata Provinsi Bali mendukung penuh upaya pelbagai pihak untuk mengembangkan potensi Health-Wellness Tourism dan siap berkompetisi.

Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Putu Kartika Viktriani
Tribun Bali/Adrian Amurwonegoro
KONFERENSI PERS - Konferensi pers BWB Expo 2025 di The Lotus Building, Jalan By Pass I Gusti Ngurah Rai No. 888, Pemogan, Denpasar, Bali pada Senin 19 Mei 2025. Potensi Wellness Tourism di Bali Siap Bersaing, Pengobatan Ala Balian Jadi Daya Tarik Unik 

TIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dinas Pariwisata Provinsi Bali mendukung penuh upaya pelbagai pihak untuk mengembangkan potensi Health-Wellness Tourism dan siap berkompetisi dengan negara lain. 

Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Dinas Pariwisata Provinsi Bali Ida Ayu Indah Yustikarini menjelaskan, dalam Wellness Tourism, Bali menjadi pusat layanan kesehatan holistik, termasuk yoga, meditasi, pijat tradisional, spa, dan terapi herbal. 

Menurutnya hal ini menarik wisatawan internasional datang untuk mencari pengalaman relaksasi dan keseimbangan hidup. 

Kekayaan alam yang dapat mendorong pengembangan sektor health and wellness tourism, salah satunya adalah pemandian air panas yang cocok untuk terapi Kesehatan. 

Baca juga: Ramalan Cuaca Bali Besok 21-22 Mei 2025: SIAGA Hujan Lebat di Bangli, Gianyar, Karangasem, Klungkung

Selain itu, tradisi lokal seperti pengobatan Bali yang biasa disebut Balian dapat menjadi daya tarik unik. 

"Meskipun belum memiliki pengakuan dalam sektor kesehatan seperti Thailand atau Singapura, Bali mulai mengembangkan sektor Medical Tourism," ujar Dayu Indah dalam konferensi pers di The Lotus Building, Jalan By Pass I Gusti Ngurah Rai No. 888, Pemogan, Denpasar, Bali pada Senin 19 Mei 2025.

BIMC Hospital dan Siloam Hospital menjadi rumah sakit yang telah menyediakan layanan kesehatan berstandar internasional untuk pemeriksaan kesehatan, operasi estetika, dan perawatan gigi. 

Lanjutnya, Bali merupakan destinasi wisata internasional yang terkenal dengan keindahan alam, budaya yang kaya, dan layanan pariwisata kelas dunia. 

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama dengan Kementrian Kesehatan memiliki rencana untuk mengembangkan empat jenis wisata Kesehatan, yang mencakup medical tourism, wellness and herbal tourism, sport health tourism, dan wisata ilmiah Kesehatan. 

"Di tahun 2025 pengembangan wisata kesehatan akan berfokus pada wellness and herbal tourism serta medical Tourism," jelasnya.

Pengembangan medical tourism juga dilakukan pemerintah dengan melakukan pembangunan Rumah Sakit International Bali di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan Sanur, Kota Denpasar. 

Rumah Sakit Internasional Bali bekerjasama dengan Mayo Clinic dalam menyediakan tenaga medis yang ungul dan berkompeten di bidangnya. 

Pengembangan medical tourism lainya telah dilakukan dengan Pembangunan Gedung Aesthetic Center di Rumah Sakit Pemerintah Prof. Ngoerah guna mendukung adanya transformasi sistem Kesehatan nasioanal serta pengembangan layanan health tourism berstandar internasional. 

Tidak hanya melakukan pengembangan dalam aspek insfrastruktur, Pemerintah pun memfasilitasi alat Kesehatan, genome sequencing di Universitas Udayana.

Diharapkan dengan adanya alat tersebut proses pemeriksaan genetic akan menjadi lebih cepat.

Pembangunan infrastruktur di Bali dengan standar internasional seperti pembangunan Rumah Sakit Internasional Bali di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur mampu mendorong perkembangan health and wellness tourism. 

"Pembangunan Rumah Sakit ini diharapkan dapat menekan minat WNI untuk berobat keluar negeri sekaligus dapat menarik WNA datang ke Bali untuk perjalanan wisata dan melakukan pengobatan," bebernya.

Kolaborasi menyeluruh antara Pemerintah, Stakeholder dan seluruh elemen pariwisata khususnya dalam menyediakan layanan wellness seperti SPA pada industry pariwisata meliputi Hotel, Resort, maupun Vila juga menjadi potensi besar dalam mendorong perkembangan wellness tourism. 

"Dengan adanya kolaborasi tersebut diharapkan dapat diintegrasikan dalam layanan medis yang lebih kompleks," paparnya.

Dayu Indah menyatakan perlunya event yang sejalan dengan visi Bali sebagai destinasi kelas dunia yang menggabungkan keindahan alam, warisan budaya, dan inovasi di bidang kesehatan.

Dengan event-event yang digelar di Bali menjadi jembatan pemerintah sharing kebijakan. 

Dinas Pariwisata memberkan rekomendasi dari pemerintah ke Konsul Jenderal negara sahabat untuk tertarik mendukung program pariwisata kesehatan. 

Menurutnya, Bali dengan kearifanlokal dalam pengobatan menjadi sumber daya berkompetisi dengan negara-negara lain yang sudah dikenal dari segi wisata medisnya seperti Thailand, Singapura, Malaysia, Thailand atau bahkan Korea. 

"Bali dikembangkan untuk pariwisata berkelanjutan dan berkualitas, terutama Health Tourism di Bali, post COVID-19 kesehatan adalah modal utama, apabila terjadi sesuatu bisa menjadi kemerosotan perkembangan pariwisata," kata dia.

Dengan terus menggaungkan Bali sebagai health tourism sehingga diharapkan turis-turis asing datang ke Bali untuk memelihara kesehatan tetapi juga menumbuhkan kepercayaan Warga Negara Indonesia (WNI) sendiri agar tidak lari ke luar nnegeri saat berobat.

"Tantangannya saat ini SDM terapis tidak boleh sembarangan dan harus berkompetensi dalam memberikan pelayanan kesehatan," bebernya.  

Pada Juni 2025 mendatang, Bali melakukan terobosan sebagai pelaksana dan tuan rumah Bali Wellness and Beauty (BWB) Expo 2025.

Sebuah pameran internasional yang berlangsung pada 27–29 Juni 2025 di Bali Beach Convention, Kawasan Ekonomi Khusus Sanur, Bali

Co-Founder and Director BWB Expo 2025, Dr. Diah Permana Tirtawati, sekaligus Direktur Pemasaran PT Melali MICE, mengatakan event mengusung tema “Grow-well in Bali: Where Wellness Becomes Beauty” ini diharapkan dapat memperkuat Posisi Bali sebagai Destinasi Kesehatan dan Kecantikan Dunia.

"Kami menargetkan kehadiran lebih dari 3.000 pengunjung selama tiga hari pelaksanaan. Expo ini diharapkan membuka peluang bisnis baru sekaligus memperkuat citra Bali sebagai destinasi gaya hidup sehat dan berkelanjutan," jelasnya, 

Hal ini menjadi platform strategis bagi pelaku industri kesehatan holistik, kecantikan alami, spa dan terapi tradisional, hingga teknologi kecantikan modern dari dalam dan luar negeri.

"Expo perdana ini bertujuan memperkuat posisi Bali sebagai pusat kolaborasi industri wellness dan kecantikan di Asia," kata alumni doktor Pariwisata Universitas Udayana itu.

Pihaknya menegaskan bahwa wellness dan beauty di BWB Expo bukan sekadar tren gaya hidup, melainkan pendekatan menyeluruh yang merangkul lima pilar pariwisata: medical tourism, health tourism, wellness tourism, eco-tourism, dan cultural tourism, yang menyatu dalam visi Bali sebagai pusat kesehatan holistik dunia.

"Topik-topik ini akan dibahas secara mendalam melalui sesi talkshow dan workshop bersama para ahli terkemuka di bidangnya, akan dihadirkan pembicara - pembicara  berkompeten dari luar negeri seperti dari Korea," ujar Dr. Diah Permana.

Gaya hidup sehat dan kecantikan menyeluruh, mencakup aspek fisik, mental, dan spiritual. Pameran ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan bisnis melalui edukasi, pertukaran pengetahuan, serta promosi produk dan layanan unggulan ke pasar global. 

Lebih dari sekadar pameran dagang, BWB Expo 2025 merupakan platform edukasi dan kolaborasi lintas sektor. 

"Momentum penyelenggaraan expo ini juga sangat tepat, mengingat fokus Kementerian Pariwisata RI tahun ini adalah pada wellness tourism, selain gastronomy dan marine tourism," jelasnya.

BWB Expo 2025 sekaligus menjadi bagian dari perayaan Global Wellness Day, yang diperingati setiap Sabtu kedua bulan Juni, dan tahun ini jatuh pada 14 Juni 2025.

BWB Expo 2025 telah mendapat dukungan dari Kementerian Pariwisata RI dan Dinas Pariwisata Provinsi Bali, serta berbagai asosiasi seperti Indonesia Wellness Institute (IWI), Bali Tourism Board (BTB)/GIPI Bali.

Kemudian PHRI Bali, dan asosiasi lainnya dari dalam dan luar negeri. Mitra strategis antara lain: The Meru Sanur, Bali Spa and Wellness Association (BSWA), Bali Maha Usadhi, RS Ngoerah Sun, dan Health Hub Bali.

"Bali dihadapkan dengan masalah sampah, kemacetan di jalan, banjir hingga perilaku para turis yang kurang menyenangkan yang berdampak negatif pada Bali," ujarnya.

"Harus berbuat upaya untuk bersama-sama membangun Bali dengan citra positif mengembalikan nama baik Bali sehingg bisa survive di tengah banyak pesaing di Asia Tenggara yang sedang menjadikan pariwisata sumber devisa," jelasnya.

Promosi juga telah dilakukan secara luas ke berbagai negara, termasuk Tiongkok (Shanghai, Beijing, Kunming, Guangzhou, Makau, Hong Kong), Korea Selatan (Seoul), Jepang (Tokyo, Osaka), Australia (Melbourne), India (New Delhi), Timur Tengah (Riyadh, Doha), Jerman (Berlin), dan berbagai kota di Indonesia. 

Kementerian Pariwisata juga membawa serta BWB Expo 2025 dalam misi promosi ke Tokyo dan Osaka pekan ini, termasuk menayangkan video promosi di ajang World Expo Osaka.

"Diharapkan, penyelenggaraan tahunan ini mampu mempercepat tercapainya quality and sustainable tourism di Bali," pungkasnya.

(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved