Berita Bali
Penggunaan Kondom Untuk Pencegahan HIV Di Bali Masih Perlu Ditingkatkan
pada Kamis 15 Mei 2025 lalu, telah digelar acara “Pertemuan Konsesus Program Advokasi Mitra AHF” di Yayasan Kerti Praja.
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Seperti di Puskesmas 2 Kuta Utara yang banyak diakses oleh populasi kunci seperti Pekerja Seks dan Lelaki Suka Lelaki (LSL).
“Kami sering mengalami kekurangan karena memang jumlah yang diperoleh dari Dinas terbatas. Biasanya kami kemudian mencari di layanan kesehatan lain seperti di RS Mangusadha,” ungkap Khiliyatun Nisa, dokter di Puskesmas Kuta Utara 2.
Dalam setiap harinya, Puskesmas ini didatangi 40 hingga 50 orang yang mengakses layanan dan biasanya mereka membutuhkan kondom.
Meskipun sudah tersedia fasilitas PrEP (Profilaksis Pra-Pajanan) untuk pencegahan HIV, mereka tetap lebih memprioritaskan kondom karena sekaligus untuk pencegahan Infeksi Penyakit Menular Seksual (IMS).
Sementara itu, selain masalah penyediaan kondom, di kalangan LSL yang dibutuhkan adalah lubricant atau pelicin dalam melakukan hubungan seks.
Edukasi dan sosialisasi akan lebih menarik bila dua hal tersebut dapat disediakan.
“Pelicin itu memang sudah menjadi kebutuhan khusus dan harganya mahal,” ucap Yasa, penjangkau LSL dari YKP.
Perilaku kalangan LSL sendiri perlu mendapat perhatian khusus, karena saat ini terjadi peningkatan penularan di kalangan mereka.
Hal ini terlihat dari data tes HIV yang dilakukan YKP, di mana dari sekitar 80 LSL yang sudah mengikuti tes ditemukan 7 hingga 8 kasus yang positif HIV.
Berbagai tempat di Bali menjadi daerah tujuan LSL karenanya banyaknya hostpot atau tempat berkumpul.
Selain itu, berbagai aplikasi online memudahkan mereka untuk melakukan pertemuan hingga mencari teman kencan.
Perwakilan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Denpasar, Ni Wayan Yanti menyatakan, sosialisasi dan intervensi untuk penggunaan kondom di kalangan kelompok berisiko memang cenderung menurun akhir-akhir ini.
Hal itu disebabkan keterbatasan KPA maupun LSM yang melakukan penjangkauan.
“Di kalangan Pekerja Seksual juga ada mis-informasi karena dianggap sudah cukup dengan PrEP,” imbuhnya.
Menurutnya, diperlukan gerakan bersama agar dapat mendorong peningkatan penggunaan kondom di kalangan kelompok berisiko dan juga kepada masyarakat yang lebih luas untuk pencegahan HIV. (*)
Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.