Berita Bali

Penggunaan Kondom Untuk Pencegahan HIV Di Bali Masih Perlu Ditingkatkan

pada Kamis 15 Mei 2025 lalu, telah digelar acara “Pertemuan Konsesus Program Advokasi Mitra AHF” di Yayasan Kerti Praja. 

istimewa
Sosialisasi penggunaan kondom dalam pencegahan HIV pada peringatan Hari Kondom Internasional (HKI) bulan Februari 2025 di Bali. Penggunaan Kondom Untuk Pencegahan HIV Di Bali Masih Perlu Ditingkatkan 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kasus penularan HIV di Bali masih didominasi oleh transmisi atau penularan karena perilaku seksual yang berisiko, yakni perilaku berganti-ganti pasangan dan tak menggunakan kondom.

“Masih paling tinggi dibanding penularan kasus-kasus lain,” kata Perwakilan Yayasan Kerti Praja (YKP) Dewa Suyetna, dalam keterangannya Rabu 21 Mei 2025.

Perilaku penggunaan kondom di kalangan Pekerja Seksual (PS) masih tetap di angka 60 persen. 

Mereka sangat tergantung pada kemauan pelanggan.

Baca juga: Hari Kondom Internasional, YPK dan AHF Sosialisasikan Kondom untuk Cegah HIV di Bali

“Kalau pekerja seksnya sebagian besar sudah mengerti karena sudah ada intervensi berupa sosialisasi. Tapi pelanggannya yang kadang tak mau pakai kondom,” jelasnya.

Penggunaan kondom yang masih tergolong rendah pada pekerja seksual menyebabkan tetap tingginya prevalensi Infeksi Menular Seksual (IMS). 

Kondisi demikian berdampak pada peningkatan infeksi HIV di Bali.

Dari data kasus HIV-AIDS di Provinsi Bali yang secara akumulatif sejak tahun 1987 sampai Bulan  September 2024 telah mencapai 31.361 kasus, kasus transmisi seksual mencapai hingga 91,4 persen dari seluruh kasus yang tercatat.

“Terdiri dari kasus yang biseksual 0,5 persen, heteroseksual 76,4 persen, dan homoseksual 14,5 persen,” sebutnya.

Sesuai dengan hasil pemetaan 2018 oleh YKP, jumlah pekerja seksual di Bali, baik langsung maupun tidak langsung mencapai 2.369 pekerja seks perempuan.

Temuan-temuan terutama hasil Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) tahun 2007 sampai dengan tahun 2017 menunjukkan belum berubahnya perilaku tidak aman pada hubungan seksual berisiko.

Untuk mengantisipasi hal ini, menurutnya, diperlukan pemahaman mengenai seks yang benar sejak usia remaja agar mereka dapat menghindari perilaku berisiko. 

Selain itu, mereka akan dapat mencegah penularan HIV.

Terkait dengan hal itu, pada Kamis 15 Mei 2025 lalu, telah digelar acara “Pertemuan Konsesus Program Advokasi Mitra AHF” di Yayasan Kerti Praja. 

Selain soal perilaku seks berisiko, ketersediaan kondom juga sering menjadi masalah di tingkat layanan kesehatan. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved