Profil

Profil I Nyoman Subrata Alias Petruk, Legenda Drama Gong dengan "Kata" Ikoniknya

Petruk atau pria bernama asli I Nyoman Subrata tengah menjadi perbincangan karena keputusannya untuk tidak ikut serta di ajang Pesta Kesenian Bali

istimewa
I Nyoman Subrata alias Petruk - Profil I Nyoman Subrata Alias Petruk, Legenda Drama Gong dengan "Kata" Ikoniknya 

Petruk pun lantas menelepon orang dekatnya, untuk menanyakan terkait hal yang membuatnya viral. Setelah mengobrol singkat, pada intinya, Petruk legowo atas larangan penggunaan kata kasar dalam pementasan.

Dan dirinya memilih untuk tidak pentas dalam PKB 2025. "Saya legowo, tidak apa-apa tidak pentas di PKB, kan masih bisa pentas di acara adat atau kegiatan lain," ujarnya.

Petruk menjelaskan, di usianya yang sudah senja, dirinya memang telah mengurangi pementasan. Kini ia hanya pentas seminggu dua kali.

Padahal dari segi permintaan, lebih dari itu. "Dulu 1 hari 3 kali. Sekarang hanya kuat seminggu 2 kali saja," ujarnya. Selain mengurangi pementasan, kini Petruk juga tidak lagi menyanggupi panggilan manggung keluar daerah.

"Sekarang pentas keluar daerah juga tidak berani, kalau dituruti, bisa mati di jalan. Bayangkan, dulu pentas di Lampung, perjalanan 8 jam di mobil, di Kaltim 12 jam, sekarang ke Jakarta juga gak mau, karena kondisi sudah tidak sekuat dulu," ujarnya.

Disinggung mengenai kata-kata 'Bangsat' yang menjadi ciri khasnya, Petruk juga tidak tahu kenapa itu bisa menjadi ikonik. Bahkan setiap pentas, baik itu di acara adat, acara pemuda dan sebagainya, para penonton selalu menunggu kata tersebut.

"Kalau tak keluar kata (bangsat) itu, anak-anak muda, penonton marah. Jangankan tidak keluar kata itu, kalau saya lama mengeluarkan kata-kata itu, mereka juga marah, bingung saya" ujarnya lalu tertawa.

Ditanya terkait sejarah kata 'b*ngs8t' tersebut, Pekak Petruk mengungkapkan hal tersebut bermula pada tahun 1970an saat dirinya masih bekerja sebagai pegawai Tata Usaha (TU) di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Bali di Bangli.

Saat itu, ada pasien RSJ asal Buleleng yang diantar oleh warga satu truk. Pasien tersebut ngamuk dan membawa senjata tajam.

Saat tiba di RSJ Bangli, pasien tersebut melihat Petruk. Meskipun pasien tersebut sudah tak waras, namun dia masih bisa mengenal Petruk.

Petruk pada tahun itu sudah terkenal sebagai pelawak. Nah dalam pertemuan Petruk dengan pasien tersebut, si pasien pun mengeluarkan kata-kata khas Buleleng, "B*ngs*t cai bareng dini ajak masih". Pasien tersebut mengira Petruk juga adalah pasien RSJ seperti dirinya.

Setelah beberapa hari, pasien RSJ tersebut akhirnya tahu Petruk bukan pasien, tetapi pegawai di sana.

Lalu pasien tersebut kembali mengucapkan kata-kata ciri khas Buleleng, "B*ngs*t cai sing ngorang-ngoraaaang pegawai dini".

Menurut Pekak Petruk, kata-kata bangsat jika diucapkan secara spontan tanpa tujuan buruk pada orang lain, kata tersebut justru terkesan lucu.

Karena itu lah dirinya menggunakan kata tersebut dalam pementasan, dan saat ini kata tersebut selalu ditunggu-tunggu oleh penonton, sehingga sebagai pelawak ia pun tetap menggunakan kata tersebut. (*)

 

Berita lainnya di Drama Gong

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved