Berita Nasional
Konsep Ketuhanan Manunggal Kawuloning Gusti dalam Serat Paramayoga Pujangga Ronggo Warsito
Konsep Ketuhanan Manunggal Kawuloning Gusti dalam Serat Paramayoga Pujangga Ronggo Warsito
TRIBUN-BALI.COM - Pencarian jati diri pada diri manusia sudah berlangsung ribuan tahun, baik sebelum tahun masehi hingga abad pertengahan hingga pada jaman modern saat ini, untuk mencari eksistensi diri, dalam upaya mengenal Tuhannya, sebagai zat yang disembah, untuk menemukan kebenaran hakiki sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.
Ungkapan kata "Sejatine Seng Ono Kuwi Dudu" dalam filsafat Jawa sangat dalam makna yang dikandung dimana segala sesuatu yang nampak di dunia ini adalah menipu, tidak sesuai yang dilihat, bisa boleh dikatakan abstrak, dengan demikian hidup dan kehidupan itu sendiri penuh dengan misteri yang merupakan bagian rahasia dalam kehidupan itu sendiri .
Dalam tasawuf kebatinan Jawa dikenal dengan konsep spiritual Manunggal Kawuloning Gusti yakni menyatunya makhluk dengan sang khalik, dimana proses pencapaiannya memerlukan perjalanan panjang dalam pencarian jati diri itu sendiri , dengan berbagai laku dan penderitaan hidup agar bisa mengenal dirinya sekenal kenalnya agar bisa mengetahui siapa Tuhannya, atau Syang Hyang Wenang (Yang berkuasa diseluruh Alam Raya ini).
Serat Paramayoga adalah karya sastra berbentuk prosa yang ditulis oleh pujangga penutup Ronggo Warsito, dimana Ronggo Warsito menyusun cerita sejarah yang didalam istilah Jawa disebut babad, yang didalamnya Ronggo Warsito menyusun sinkretis yang mempertemukan cerita mitologi dan silsilah Dewa-Dewa Hindu dengan riwayat Nabi dalam agama Islam.
Pada zaman Mataram Islam timbul upaya untuk memperkuat wibawa raja Jawa dengan menyusun serat babad untuk menggambarkan bahwa raja adalah keturunan campuran dari Nabi Adam dan Dewa Hindu.
Dimana sebagai upaya untuk mempertemukan mitologi Dewa Hindu dengan riwayat Nabi Adam dalam Islam telah dimulai sejak jaman Kerajaan Mataram Islam di Kartosuro dengan munculnya Serat Kandha .
Dalam Serat Paramayoga tersebut Sang Ngabehi Ronggo Warsito menyisipkan pokok-pokok ajaran yang terdapat dalam "Wirid Hidayat Jati" yang mengulas tentang konsep Ketuhanan, Alam Ghaib, dan konsep Manunggal Kawuloning Gusti.
Misalnya saja alam makdum dan alam ghaib dinamakan alam ruhiyah.
Dalam Paramayoga ditulis adanya tiga alam, yang diterangkan bahwa Bathara Guru menjadi Raja Triloka atau tiga alam , yakni alam tengah (dunia nyata), lalu alam bawah dan alam Atas.
Alam bawah dan alam atas disebut dan dinamakan alam " Adam Makdum " yakni alam kajiman atau Dunia kaum Jin tempat mahluk rohani ( Astral ) berada .
Dalam konsep kesatuan manusia dengan Tuhan nya diuraikan lebih lanjut sewaktu Hyang Wisesaning Tunggal menyatukan diri dengan puteranya Bhatara Manikmaya ( Bhatara Guru ) dimana Hyang Whisesaning Tunggal mengatakan sebagai berikut :
" Kini kamu menjadi tajaliku ( Kenyataanku ) kamu harus menyadari bahwa aku tidak sama dengan kamu , akan tetapi aku meliputi kamu . Seumpama bunga mawar kamu rupanya , maka aku bau harumnya , seumpama madu maka kamu rupanya madu, aku adalah rasa manisnya madu . Jadi aku dan kamu bisa disebut "Roro Ning Tunggal" ( Dua tapi satu yang manunggal ) sembahmu kepadaku dan rasa takutmu padaku kau telah kuinjinkan memilih dan mempergunakan semua namaku, terkecuali satu yang tidak ku ijinkan bagimu, yaitu memakai nama Syang Hyang Wenang, demikian agar ada perbedaan antara aku dan kamu, agar menjadi tempat puji serta sembahmu kepadaku "
"Kamu telah menjadi tajaliku, aku telah percaya padamu, apa yang kucipta pasti jadi, segala yang dikehendaki pasti ada, apa yang ku inginkan pasta ada , kamu kuberi kuasa untuk menjadi raja tiga Alam . Ketahuilah bahwa apa yang tersebut tadi sudah tercakup padamu. Lantaran telah kuberi kuasa untuk merajai semua alam , sebagai tajaliku .
Hendaklah kamu sadari bahwa Tuhan itu disebut Gusti , tiada zaman tiada tempat , timur dan barat milikku dan aku berada, dia itu menjadikan langit dan bumi beserta isinya , yang memberi hidup , kesenangan , kepandaian , kesaktian , kepada semua mahluk , bahwa Tuhan itu tidak serupa seperti manusia , tapi meliputi seluruh alam semesta"
Uraian diatas merupakan penjelasan konsep tajali, simbul manunggalnya manusia dengan Yang Kuasa/ Tuhan , dan menjadi inti dari ajaran Wirid Hidayat jati nya Ronggo Warsito , konsep Tajali artinya penampakan keluar atau manifestasi dalam istilah Jawa diganti kanyataan , dimana konsep ini memang se arti dan sejajar dengan ungkapan Jawa " Jawata Ngejo Wantah " dan manusia titisan dewa.
Diskon Tiket Pesawat Berlanjut, Pemerintah Bersiap Rilis Stimulus di Paruh Kedua 2025 |
![]() |
---|
Operasi Katarak Gratis Digencarkan Untuk Turunkan Prevalensi Kebutaan Di Indonesia |
![]() |
---|
PLN Tak Pernah Pungut Biaya dalam Rekrutmen, Masyarakat Diimbau Berhati-Hati |
![]() |
---|
Wamen Kebudayaan Sebut Pemerintah Pantau Sound Horeg: Budaya Harusnya Membawa Kebahagiaan |
![]() |
---|
MAUT Acara Makan Gratis! 3 Orang Tewas, Rangkaian Pernikahan Anak Kang Dedi, 1 Korban Anak 8 Tahun |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.