Seputar Bali
Cuaca Tak Jelas Bakal Terjang Bali Hingga Oktober 2025, BMKG Sebut Kemarau Bakal Berdurasi Pendek
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bagi seluruh masyarakat untuk bersiap dengan cuaca yang tak menentu.
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bagi seluruh masyarakat untuk bersiap dengan cuaca yang tak menentu.
Banyak wilayah di Indonesia, termasuk Bali diprediksi akan mengalami kemarau yang berjangka pendek.
Hal ini menyebabkan kondisi cuaca yang tak dapat diprediksi dan hujan yang lebih panjang dibandingkan biasanya.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa kemunduran awal musim kemarau tahun ini terutama disebabkan oleh kondisi curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya (Atas Normal) selama periode April hingga Mei 2025, yang seharusnya merupakan masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.
Baca juga: Tiga Kapolsek Jajaran Polres Buleleng Dimutasi, Kasi Humas Jabat Kapolsek Tejakula
Menurutnya, kondisi ini telah diprediksi sebelumnya oleh BMKG melalui prakiraan iklim bulanan yang dirilis pada Maret 2025.
Dalam prediksi tersebut, BMKG mengantisipasi adanya peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia bagian selatan, seperti Sumatera bagian selatan, Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Peningkatan curah hujan ini menyebabkan wilayah-wilayah tersebut belum dapat bertransisi sepenuhnya ke musim kemarau sebagaimana biasanya.
“Prediksi musim dan bulanan yang kami rilis sejak Maret lalu menunjukkan adanya anomali curah hujan yang diatas normal di wilayah-wilayah tersebut, dan ini menjadi dasar utama dalam memprediksi mundurnya musim kemarau tahun ini,” kata Dwikorita di Jakarta dalam keterangan tertulisnya, Senin 23 Juni 2025.
Baca juga: Update Penembakan di Munggu, Istri Korban Diketahui Masih Trauma dan Tidak Kenal Pelaku
Lebih lanjut, berdasarkan analisis BMKG terhadap data curah hujan di seluruh Indonesia pada Dasarian I (sepuluh hari pertama) Juni 2025, diketahui bahwa sifat hujan di berbagai wilayah mulai menunjukkan tanda-tanda pergeseran menuju kondisi kemarau.
Sebanyak 72 persen wilayah berada dalam kategori Normal, 23 persen dalam kategori Bawah Normal (lebih kering dari biasanya), dan hanya sekitar 5 persen wilayah yang masih mengalami curah hujan Atas Normal.
Ini berarti bahwa tren pengurangan curah hujan mulai dirasakan di sebagian besar wilayah Indonesia, meskipun secara spasial belum merata.
Dwikorita menjelaskan bahwa wilayah Sumatera dan Kalimantan justru telah mengalami beberapa dasarian berturut-turut dengan curah hujan yang lebih rendah dari normal.
Sehingga, indikasi awal musim kemarau lebih cepat terlihat di wilayah tersebut dibanding wilayah selatan Indonesia.
Namun demikian, kata dia, pada bulan April hingga Mei lalu, beberapa wilayah di Indonesia bagian selatan memang mengalami kondisi curah hujan Atas Normal, termasuk Sumatera Selatan, Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian kecil Kalimantan, sebagian wilayah Sulawesi, dan Papua bagian selatan.
Pola ini menunjukkan bahwa transisi musim kemarau tidak berlangsung seragam di seluruh Indonesia.
Baca juga: Konflik di Timur Tengah Meluas, Terdata 6 PMI Asal Klungkung Bekerja di Kuwait

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.