Jalan Rusak di Bali
Pengepul Bahan Dapur Mulai Panik, Dampak Penutupan Jalan di Bajera Tabanan Bali
Sukarjana mengatakan mulai pekan depan, harga akan mulai berfluktuasi naik di Gianyar Bali
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Pengalihan arus lalu lintas dampak ditutupnya jalur Denpasar - Gilimanuk di kawasan Bajera, Tabanan, mulai membuat kepanikan di masyarakat.
Harga kebutuhan pokok, terutama sayuran dan bumbu, yang selama ini didatangkan dari Pulau Jawa oleh pengepul di Bali, mulai mengalami keterlambatan.
Seorang pengepul sayuran dan kebutuhan dapur, Kadek Sukarjana, mengatakan bahwa beberapa kiriman sudah terhambat dan mesti membayar ekstra dari Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta untuk satu truk kiriman barang.
"Pengiriman lambat sampai satu atau dua hari, kondisi ini memengaruhi stok dan distribusi selanjutnya," jelasnya.
Baca juga: Awal Tahun, Harga Bumbu Dan Sayur Di Gianyar Naik, Bawang Merah Rp 40 Ribu Per Kilogram
Saat ini, harga barang masih bisa stabil karena kebutuhan pokok yang dijual di pasar-pasar adalah stok barang sebelum kejadian putusnya jalan nasional.
Namun, Sukarjana mengatakan mulai pekan depan, harga akan mulai berfluktuasi naik.
Selain itu, beberapa barang juga akan mengalami penurunan kualitas akibat terlalu lama dalam truk seperti jahe, bawang putih, bawang merah, dan beberapa jenis sayuran termasuk cabai.
Diketahui bahwa nilai beli barang di Pulau Jawa sebenarnya saat ini relatif terjangkau dan stabil.
Seperti, bawang putih Rp 30 ribu per kg, bawang merah Rp 37 ribu per kg, jahe Rp 17 ribu per kg, cabai Rp 65 ribu per kg, dan kencur Rp 25 ribu kg.
Namun akibat naiknya biaya operasional sopir dalam perjalanan menuju Bali Timur, dipastikan dalam beberapa waktu ke depan, harga barang yang dijual di pasar akan mengalami kenaikan.
Kenaikan tersebut ditafsir dari Rp 5.000 per kg sampai Rp 10 ribu per kg.
Staff pemantau harga komoditas di Pasar Rakyat Gianyar, Ketut Sri Sastrawati mengatakan, sejauh ini harga-harga kebutuhan pokok belum mengalami lonjakan harga.
Namun demikian, ia menilai masih stabilnya harga, dikarenakan para pedagang masih menjual stok lama, dan kegiatan upacara keagamaan masih minim.
"Sampai saat ini harga komoditas masih stabil, mungkin karena yang dijual adalah stok sebelum terjadi hambatan. Disperindag akan terus memantau harga komoditas, terutama komoditas kebutuhan pokok," tegasnya. (*)
Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.