Pendidikan

ANAK Tak Diterima di SMP Negeri, Belasan Orangtua Siswa Geruduk Disdik Denpasar

Di mana pengaduan ini mereka sampaikan bertepatan dengan pengumuman Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) SMP jalur domisili.

TRIBUN BALI/ I PUTU SUPARTIKA
MENGADU - Belasan orang tua siswa mengadu ke Disdikpora Denpasar karena anaknya tak diterima di SMP Negeri, Kamis (17/7). 

TRIBUN-BALI.COM  - Belasan orang tua siswa mendatangi Kantor Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Denpasar pada Kamis (17/7). Mereka mengadukan anaknya yang tak diterima di SMP Negeri.

Di mana pengaduan ini mereka sampaikan bertepatan dengan pengumuman Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) SMP jalur domisili.

Mereka silih berganti mengadukan masalah yang dialami terkait tidak diterimanya anak mereka di SMP negeri. Rata-rata orangtua mengadu karena masalah jarak sekolah dengan rumah mereka.

Salah satunya adalah Made Wijadi Arnawa  yang memiliki Kartu Keluarga (KK) Padangsambian dan tinggal di Peguyangan. Putrinya melakukan pendaftaran di 3 sekolah yakni SMPN 10 Denpasar, SMPN 5 Denpasar dan SMPN 12 Denpasar. Namun semuanya ditolak karena terkait dengan jarak rumah ke sekolah.

“Kemarin sempat ditelepon operator SMPN 12 Denpasar, tidak diterima dan diminta perbaiki titik koordinat. Anak saya didaftarkan guru lesnya karena memang saya agak kurang masalah teknologi,” jelasnya.

Namun saat melakukan perbaikan, disebutkan tidak bisa diperbaiki, hingga akhirnya dinyatakan tak diterima. Ia pun mengaku jika anaknya sampai menangis karena tak diterima di SMP negeri.

Baca juga: Lovina Festival Ditarget Tembus 12 Ribu Wisatawan, Tampilkan Pentas Budaya Tradisional Khas Buleleng

Baca juga: MACET Hingga 2 Jam! Rem Blong, Truk Pengangkut Tisu Kecelakaan & Terguling di Wanagiri Buleleng

“Cari sekolah saja sudah sulit begini, bagaimana mau cari kerja? Anak saya menangis terus dari kemarin," paparnya. 

Ada juga orang tua yang mengadukan anaknya tinggal di kawasan Penamparan Padangsambian Kaja yang anaknya tidak diterima. Perempuan yang namanya tak mau disebutkan ini mendaftarkan anaknya di SMPN 2, 7, dan 4 Denpasar.

“Padahal KK saya di sana dan saya kira itu jaraknya dekat. Tapi ditolak juga,” paparnya. Ada juga beberapa orangtua yang mengaku diminta mencabut berkas dan melakukan pendaftaran di sekolah yang masih ada kuota, namun tak bisa.

Selain itu, ada juga yang baru pindah KK ke Badung namun ingin agar anaknya bisa sekolah di Denpasar. Orangtua ini beralasan bahwa ia asli Denpasar dan masih memiliki domisili Denpasar.

Terkait hal itu, Kepala Disdikpora Denpasar, AA Gde Wiratama mengaku banyak orangtua yang belum memahami terkait jarak rumah ke sekolah ini. “Kebanyakan orang tua ingin anaknya harus sekolah di sekolah A.

Padahal ada tiga pilihan, tidak seperti dulu yang hanya satu pilihan. Selain itu, mereka banyak yang ikut berebut di sekolah yang memang persaingannya ketat,” paparnya.

Beberapa sekolah yang persaingannya ketat menurutnya yakni SMPN 1, 3, 6, 10, 11, 13. “Karena penduduk di kawasan tersebut memang padat, ada perumahan juga. Dulu SMP 11 dan 13 sampai menyisakan kuota, sekarang penuh,” paparnya.

Selain itu, menurut Wiratama, kebanyakan yang jarak sekolah dengan rumah 0 - 300 meter baru melakukan pendaftaran di hari terakhir.

Sehingga siswa yang jaraknya jauh yang awalnya masuk dalam daftar, tergeser siswa yang lebih dekat. “Sistemnya khan pilihan pertama dulu, kalau tidak dapat lalu ke pilihan dua, kalau tidak juga, lanjut ke pilihan tiga dan kalau tidak dapat, ya out,” katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved