Bisnis

DRIVER Online di Bali, Nyatakan Sikap Dukung Komisi 20 Persen, Order Jalan dan Mitra Aktif Didengar

Ribuan driver ojek dan mobil online di Bali, yang tergabung dalam sejumlah komunitas resmi menyampaikan sikap terkait pemotongan komisi 20 persen.

Pixabay
ILUSTRASI - Ribuan driver ojek dan mobil online di Bali, yang tergabung dalam sejumlah komunitas resmi menyampaikan sikap terkait isu pemotongan komisi 20 persen dari aplikator. 

Mereka menyampaikan bahwa layanan aplikator masih memberikan banyak manfaat, dan potongan komisi selama ini masih dalam batas wajar jika dibandingkan dengan dukungan yang diterima.

“Kami bekerja setiap hari, kami tahu kapan sistem bermasalah dan kapan berjalan lancar. Jika order tetap masuk, potongan 20 persen tidak jadi soal. Yang bikin resah itu bukan komisinya, tapi ketidakpastian kebijakan yang bisa datang tiba-tiba,” ujar Alfonsius.

Dalam pernyataan bersama tersebut, seluruh komunitas juga menyoroti pentingnya menjaga ekosistem digital transportasi yang saling terhubung. Mereka menilai bahwa aplikasi tidak hanya menjadi tumpuan pengemudi, tetapi juga menjadi tulang punggung logistik, UMKM, serta mobilitas masyarakat secara luas.

“Transportasi online itu bukan cuma soal driver dan penumpang. Ada banyak pelaku usaha kecil yang juga menggantungkan distribusinya pada platform ini. Jadi kalau ada kebijakan yang gegabah, imbasnya bisa kemana-mana,” kata Suryadi dari FGB Bali.

Mereka berharap Kementerian Perhubungan dapat bersikap adil dan bijaksana, dalam menyikapi dinamika di sektor transportasi daring. Menurut para driver, solusi terbaik hanya bisa dicapai jika kebijakan dibangun dari suara lapangan yang masih aktif bekerja, bukan dari pihak-pihak yang sudah tidak beraktivitas dalam sistem.

“Yang kami inginkan sederhana: kerja yang tenang, sistem yang adil, dan pendapatan yang cukup. Kami siap ikut aturan, tapi tolong dengarkan juga realita kami,” pungkas Arief Setyo dari Bikers Online Sejati - Denpasar.

Dengan pernyataan ini, ribuan driver online Bali berharap suara mereka tidak hanya didengar, tetapi juga menjadi dasar pijakan dalam penyusunan kebijakan yang berpihak pada keberlanjutan hidup mitra aktif dan kesehatan ekosistem digital transportasi nasional.

Oleh karenanya, komunitas-komunitas ini memutuskan untuk tidak turun ke jalan 21 Juli 2025 nanti yang diinisiasi oleh Garda, karena tidak sepaham dengan hati nurani mereka. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved