Pendidikan

CEGAH Bullying Jadi Materi MPLS di Denpasar, SD di Buleleng dan Karangasem Tak Dapat Murid Baru

Khusus untuk SMP, kata dia, juga diberikan materi mengenai pencegahan isu penyimpangan sosial. Mulai dari soal apa itu narkotika dan dampaknya.

TRIBUN BALI/ I PUTU SUPARTIKA
MPLS – Sejumlah siswa mengikuti pembukaan MPLS di SMPN 14 Denpasar, Senin (21/7). 

Menurut Suasmini, ada sejumlah faktor yang menyebabkan SD Negeri 4 Sambirenteng tidak mendapat siswa baru. Mulai dari sarana dan prasarana yang kurang memadai. Ia mencontohkan plafon bangunan ruang kelas rusak. 

Selain itu atap perpustakaan belum lama ini juga roboh. Soal kerusakan bangunan, kata Suasmini belum ada tindaklanjut dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Buleleng. Sebab pihaknya belum sempat koordinasi dengan Dinas. 

“Kita belum sempat berkoodinasi dengan Dinas. Namun BPBD sudah memberikan bantuan terpal terkait bangunan perpustakaan yang roboh,” ucapnya. 

Alasan lain yang disinyalir juga menjadi penyebab turunnya siswa baru di SDN 4 Sambirenteng, karena keberadaan sekolah ini bersebelahan dengan SD Negeri 3 Sambirenteng. Yang mana hanya dipisahkan tembok saja. 

Suasmini mengaku pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk menarik perhatian masyarakat dan calon siswa. Misalnya melakukan melakukan promosi online melalui media sosial. 

Kondisi serupa juga terjadi di SD Negeri 6 Bhuana Giri di Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem. Tidak ada kegiatan MPLS.

“Tahun ini kami tidak mendapatkan siswa kelas 1. Jadi tidak ada MPLS. Siswa kami minta melakukan pembersihan saja di halaman sekolah,” ujar Kepala Sekolah SD Negeri 6 Bhuana Giri, I Made Suartika.

Kepala sekolah itu lalu menunjukan ruang kelas 1 yang tampak sunyi. Hanya ada beberapa meja dan tertempel berbagai hiasan, poster, pernak pernik pembelajaran sehingga kelas tersebut terlihat sangat nyaman untuk anak-anak belajar.

“Padahal untuk ruang kelas, ini masih sangat bagus untuk belajar. Suasana sekolah aman dan nyaman. Tapi mau bagaimana, kami tidak dapat siswa kelas 1,” ungkap Suartika.

Ia mengatakan, kondisi ini dikarenakan minimnya anak usia sekolah di wilayan tersebut. SD N 6 Bhuana Giri berlokasi di Banjar Komala. Estimasi jumlah penduduk di lokasi itu sekitar 150 KK. Namun yang usia produktif cuma sekitar 50 persennya, itupun banyak yang merantau.

“Memang karena jumlah anak usia sekolah di SD ini yang minim. Dua tahun lalu juga kosong, tahun lalu ada kami dapat 2 siswa kelas I, dan tahun ini kosong lagi,” jelasnya.

Saat ini jumlah seluruh siswa di SD Negeri 6 Bhuana Giri hanya 10 orang. Kelas II terdapat 2 orang, kelas III dan IV kosong, kelas V ada sebanyak 2 siswa, dan kelas VI sebanyak 6 orang. “Jadi sekolah ini mendapatkan BOS (biaya operasional siswa) sedikit, karena sesuai jumlah siswa. Tapi meskipun demikian, kami sangat berharap sekolah ini masih bisa terus bertahan,” ungkap Sutika. (sup/mpa/weg/mit)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved