bisnis
AI dan Influencer Jadi Strategi Unilever untuk Dongkrak Penjualan
Langkah ini menjadi bagian dari upaya perusahaan untuk memulihkan pertumbuhan setelah menghadapi tekanan pasar dan perubahan selera konsumen.
TRIBUN-BALI.COM - Unilever memanfaatkan kecerdasan buatan (AI), untuk menggenjot strategi pemasaran berbasis influencer, dengan tujuan menjadikan produk-produk perlengkapan mandinya, seperti sabun Dove, viral di media sosial.
Langkah ini menjadi bagian dari upaya perusahaan, untuk memulihkan pertumbuhan setelah menghadapi tekanan pasar dan perubahan selera konsumen.
Menurut Chief Enterprise and Technology Officer Unilever, Steve McCrystal, perusahaan saat ini bekerja sama dengan puluhan ribu influencer dan menargetkan peningkatan hingga 10 sampai 20 kali lipat dalam setahun.
“Influencer marketing adalah cara ampuh untuk mendorong pertumbuhan sekaligus membangun kredibilitas,” ujarnya.
McCrystal mengutip data Sprout Social yang menunjukkan bahwa sekitar 50 persen konsumen melakukan pembelian bulanan berdasarkan konten influencer.
Baca juga: WAGUB Giri Prasta Menjamin Tak Ada Intervensi Terhadap Wartawan, Kasus Apa?
Baca juga: NEKAT Curi Ayam Petarung Warga karena Alasan Ekonomi, Ditahan di Polsek Tejakula
Strategi ini terbukti efektif, salah satunya lewat kampanye viral sabun Dove edisi Crumbl, aroma yang terinspirasi kue populer, yang mendatangkan impresi sosial lebih dari 3,5 miliar dan mencatat 52% pembeli baru bagi Dove.
Untuk mendukung perluasan kampanye ini, Unilever memanfaatkan AI guna memproduksi ribuan aset visual setiap pekan, lonjakan signifikan dibanding hanya beberapa aset tiap bulan sebelumnya.
Aset-aset ini, seperti gambar produk dan materi promosi, kemudian dibagikan ke influencer untuk diunggah di Instagram dan TikTok.
Unilever juga menggunakan platform Nvidia Omniverse untuk menciptakan “kembaran digital” dari semua produknya. Model digital ini memuat variasi kemasan, bahasa, dan label yang bisa diproses di Gen AI Content Studios, sistem berbasis perintah milik Unilever yang diluncurkan pada 2023.
Sistem ini memungkinkan pembuatan gambar diam dan teks promosi dalam skala besar dan personal. AI tidak hanya mempercepat produksi konten, tetapi juga memungkinkan Unilever mendaur ulang lebih dari 100 konten influencer menjadi berbagai format dan durasi yang sesuai untuk tiap platform media sosial.
Proses ini diklaim berperan besar dalam memperluas jangkauan kampanye. Meski saat ini masih mengandalkan influencer manusia, Unilever tak menutup kemungkinan kehadiran influencer virtual hasil AI di masa depan.
“AI akan memengaruhi banyak aspek dalam strategi ini,” kata Ryu Yokoi, Head of Media & Marketing Capabilities Unilever Amerika Utara. “Tergantung pada merek dan konteks penggunaannya.”
Dengan strategi berbasis AI dan kolaborasi masif dengan influencer, Unilever tengah membangun pendekatan baru dalam pemasaran produk konsumer yang sebelumnya dianggap biasa-biasa saja, menjadikannya relevan dan viral di era digital. (kontan)
BRI Finance Genjot Transformasi Bisnis |
![]() |
---|
OKUPANSI Mal di Kisaran 75Persen, Bisnis Pusat Perbelanjaan Moderat, Dampak Masuknya Investasi Asing |
![]() |
---|
PUTUS Rantai Kemiskinan, BPJS Ketenagakerjaan Banuspa dan Pemrov Papua Selatan Teken MoU Jamsostek! |
![]() |
---|
HARGA Beras Tembus Rp15.500 Per Kg, Zulhas Sebut Terus Alami Kenaikan |
![]() |
---|
Pengembangan AI di 9 Kota Termasuk Bali, Begini Cara Telkom Melakukannya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.