Sampah di Bali
PILAH Sampah Mandiri, Anggota DPRD Bali Nyoman Suwirta Kelola Sampah Organiknya Sejak 2016
Pemerintah Bali terus gencar sosialisasi ke masyarakat, agar sampah dapat dikelola dari sumbernya atau dari rumah tangga.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM - Pengelolaan sampah kembali menjadi isu di Bali, setelah pemerintah resmi melarang sampah organik untuk dibuang ke TPA Suwung.
Pemerintah Bali terus gencar sosialisasi ke masyarakat, agar sampah dapat dikelola dari sumbernya atau dari rumah tangga.
Hal ini juga yang telah lama dilakukan Ketua Komisi IV DPRD Bali, I Nyoman Suwirta. Mantan Bupati Klungkung 2 periode itu, bahkan telah mengelola sampah organik secara mandiri di rumahnya sejak tahun 2016 silam.
Nyoman Suwirta kebetulan sedang mengelola sampah saat ditemui di kediamannya di Banjar Siku, Desa Kamasan, Rabu sore (6/8/2025).
Di kediamannya ia menyediakan beberapa tempat sampah berukuran besar, untuk menampung sampah organik berupa sisa makanan dan sebagainya. Serta sampah anorganik, seperti sampah plastik dan sejenisnya.
"Dari tahun 2016 saya sudah terbiasa pilah sampah. Ini saya sudah lama terapkan bersama keluarga," ujar Suwirta sembari membuang sampah organik.
Baca juga: OMBAK Ganas Terjang Rumah Hingga Tempat Ibadah, Belasan KK di Pebuahan Jembrana Terdampak!
Baca juga: KISAH Nyoman Suwirta, Setiap Hari Naik Truk Ingatkan Warga Pilah Sampah di Klungkung, Ini Solusinya!
Ia mengatakan, sejak tahun 2016 atau saat masih menjabat sebagai bupati, pihaknya telah gencar berupaya merubah pola masyarakat di Klungkung untuk dapat mengelola sampah secara mandiri. Terutama membiasakan masyarakat untuk dapat memilah sampah dari rumah tangga.
"Karena bagaimanapun juga, masalah sampah ini tanggung jawab bersama. Perlu komitmen dan aksi untuk dapat mengelola sampah dari rumah tangga," ungkapnya.
Suwirta menunjukan, bagaimana ia mengelola sampah di rumah tangga. Ia menunjukan Bang Daus (lubang daur sampah), inovasi berupa lubang untuk daur ulang sampah organik yang telah dibuatnya sejak tahun 2016 silam.
"Kalau dulu kami menyebutnya Bang Daus (lubang daur ulang sampah). Kalau sekarang dari bapak atau ibu gubernur menyebutnya teba modern. Apapun namanya, konsepnya sama untuk memfermentasi sampah organik," ungkapnya.
Setiap hari ia buang sampah organik di Bang Daus yang memiliki kedalaman sekitar 1,5 meter. Lalu setiap hari disiram dengan air dan ditutup.
Hasil pengelolaan sampah organik di Bang Daus itu biasanya dipanen setahun sekali, menghasilkan fermentasi untuk bahan baku pupuk organik.
Sementara sampah plastik dikumpulkan setiap hari, dan dua minggu sekali diambil oleh DLHP atau desa untuk dikelola di TPS3R atau TOSS (tempat olah sampah setempat).
"Jadi selama ini sampah rumah tangga saya sudah bisa dikelola. Sampah organik tidak sampai ke luar rumah. Kalau ini bisa diterapkan seluruh masyrakat, alahngkah bagusnya," ungkap tokoh asal Pulau Ceningan, Kecamatan Nusa Penida tersebut.
Ia berharap konsep-konsep kelola sampah seperti itu, bisa diterapkan tidak hanya di rumah tanggal. Termasuk di perkantoran, intansi swasta maupun negara, hingga ke sekolah-sekolah.
"Kalau ada komitmen dan kemauan, sebenarnya tidak susah (kelola sampah). Cuma masalah sampah kalau terus dibahas, terus diperdebatkan tidak akan pernah selesai. Harus berani memulai dikerjakan (kelola sampah mandiri)," ungkap Suwirta. (mit)
KISAH Nyoman Suwirta, Setiap Hari Naik Truk Ingatkan Warga Pilah Sampah di Klungkung, Ini Solusinya! |
![]() |
---|
Wayan Balik Mustiana: Desa Siapa yang Siap Jadi TPA Terus? Solusi Masalah Sampah di Bali |
![]() |
---|
Viral Video Bule Soal Sampah Diduga di Ubud, Ini Klarifikasi Pemkab Gianyar |
![]() |
---|
BUDGET Bisa Hanya Rp 1 Juta, Koster Tegaskan Tak Ada Susahnya Desa Buat Teba Modern |
![]() |
---|
KOSTER TEGAS Sampah Organik Harus Diolah & Selesaikan Sendiri! Sampah Campur Masih Ada di TPA Suwung |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.