Kisah Inspiratif
SOSOK Pembudidaya Kunang-kunang, Wardika Ingin Anak Cucu Tahu, Ada 5 Peneliti di Rumah Konservasi
Sementara dirinya, sejak kecil memiliki berbagai pengalaman berharga dengan hewan yang hidup di persawahan tersebut.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM - I Wayan Wardika asal Banjar Taro Kaja, Desa Taro, Kecamatan Tegalalang menjadi salah satu warga Gianyar yang menjadi tokoh inovatif peraih penghargaan inovasi Pemkab Gianyar dalam HUT Kemerdekaan RI ke-80, Minggu (17/8) di Bale Budaya Gianyar.
Hal itu berkat dedikasinya mendirikan rumah konservasi kunang-kunang sebagai eko wisata ramah lingkungan menuju pariwisata berkualitas di Kabupaten Gianyar. Penghargaan diberikan langsung oleh Bupati Gianyar, I Made Mahayastra.
Ditemui usai menerima piagam penghargaan, Wardika menceritakan bahwa langkahnya membudidayakan kunang-kunang dilatar belakangi oleh keprihatinannya terhadap kunang-kunang yang mulai sulit dijumpai.
Sementara dirinya, sejak kecil memiliki berbagai pengalaman berharga dengan hewan yang hidup di persawahan tersebut.
"Saat kecil saya sering ngumpulin kunang-kunang untuk dipakai lampu. Tapi belakangan sudah jarang ditemui kunang-kunang, saya tak ingin anak cucu kita nanti tidak tahu kunang-kunang," ujarnya.
Baca juga: SOSOK Salah Satu Senior Penganiaya Prada Lucky Sampai Tewas, Simak Motif Tersangka Sampai Tega!
Baca juga: SOSOK Pemain Termahal di Liga 1 Ada di Bali United, Target Juara Skuad Rp70,74 M, Ini Daftarnya!

Dengan anggaran dan pengetahuan terbatas, Wardika pun melakukan berbagai upaya untuk bisa melestarikan atau memperbanyak populasi kunang-kunang.
Karena tak memiliki pengetahuan yang mumpuni tentang kunang-kunang, serta jumlah literasi terkait kunang-kunang ini masih minim di tanah air.
Wardika yang berlatar belakang pekerja pariwisata inipun mendatangkan para peneliti muda untuk bekerja padanya, melakukan riset untuk kelangsungan kunang-kunang.
"Saat ini ada 5 peneliti biologi, dua orang dari Jogja, yang lain dari Tana Toraja, Magelang, dan Situbondo. Dari ekowisata kunang-kunang ini kami mampu membayar untuk para peneliti," ujarnya.
Wardika mengungkapkan bahwa keberadaan kunang-kunang sangatlah penting. Sebab hewan kecil ini menjadi salah satu indikator lingkungan.
"Kunang-kunang merupakan bio indikator yang sangat baik. Mereka hanya bisa hidup di lingkungan yang bagus. Jika kita ingin menjaga lingkungan, kita harus melihat dari sisi kunang-kunang, apakah mereka ada di sana, kalau ada berarti lingkungan kita masih bagus. Begitu juga sebaliknya, jika kita ingin menjaga populasi kunang-kunang, maka kita harus menjaga lingkungan," ujarnya.
Dalam rumah konservasi itu, Wardika mengatakan dirinya telah banyak belajar tentang meningkatkan populasi dan menjaga kunang-kunang.
"Cahaya, alih fungsi lahan, dan pestisida, itu menjadi penyebab utama kepunahan kunang-kunang. Jika terlalu banyak cahaya, maka cahaya mereka redup, dan membuat mereka tak bisa bereproduksi,"
"Saya selaku pelaku pariwisata menjadi terjerat untuk mencari solusi. Saya tinggal di pedesaan, kunang-kunang mengajarkan kami menjaga lingkungan. Kita sebagai masyarakat desa harus aktif melindungi," ujarnya. (weg)
Miliki Lahan Konservasi 1 Hektare
I Wayan Wardika mengatakan, saat ini konservasi kunang-kunang memiliki luas sekitar satu hektare, yang memanfaatkan lahan pertanian aktif milik masyarakat setempat.
Di areal tersebut, dirinya telah melepas liarkan 5.182 larva kunang-kunang dan 260 kunang-kunang dewasa. "Area konservasi, targetnya radius 2 km dengan 27 hektare lahan pertanian. Saat ini baru 4 petani yang bergabung dengan luas sekitar 1 hektar," ujarnya.
Dijelaskan bahwa konservasi kunang-kunang ini telah mengundang wisatawan. Rata-rata per hari kunjungan wisatawan baru sekitar 5-6 orang.
"Kita telah kembangkan eko wisata berbasis kunang-kunang. Mereka bayar sedikit lebih mahal untuk berkunjung ke daerah kami. Hasil kunjungan bisa membantu riset kami. Wisatawan yang ingin melihat kunang-kunang, wajib berkunjung malam hari," ujarnya. (weg)
SOSOK Nyoman Yulianingsih, Berawal Jual Dupa Orang, Sekarang Bisa Buat Brand Sendiri, Ini Kiatnya! |
![]() |
---|
KISAH Pilu 3 Anak Yatim di Desa Antiga, Sepulang Sekolah Bantu Kakek Cari Rumput, Ingin Jadi Perawat |
![]() |
---|
KISAH Pertemuan Ayah &Ibu Soekarno, Perkuat Narasi Sejarah Lokal, 5 Abad SD 1 Paket Agung Jadi Saksi |
![]() |
---|
KISAH Agung Ketut Rai Setelah Viral Single Timpal Sirep, Dulu Buat Batako, Kini Ajik Akari Manggung |
![]() |
---|
MENDIANG Suka Bantu Orang Kurang Mampu, Penata Rias Legenda Bali Ayu Ketut Agung Berpulang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.