Sponsored Content
Tari Sakral Baris Pati dan Rejang Pasepan Iringi Pembukaan Nusa Penida Festival
Pembukaan Nusa Penida Festival tahun ini semakin semarak dengan ditampilkannya dua tari sakral
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG - Pembukaan Nusa Penida Festival tahun ini semakin semarak dengan ditampilkannya dua tari sakral khas Nusa Penida, yakni Tari Baris Pati dan Rejang Pasepan.
Kedua tarian ini melibatkan puluhan penari lokal dan ditampilan saat ritual mulang pakelem. Selain untuk ritual, tarian ini untuk mempertegas identitas kearifan lokal Nusa Penida di mata wisatawan.
Dalam pertunjukan tersebut, Tari Rejang Pasepan ditarikan oleh sekitar 50 penari perempuan.
Baca juga: Sanur Village Festival 2025 3 Hari, Usung Spirit Guna Dusun Filosofi Pemanfaatan Bagi Masyarakat!
Tari Pendet Pasepan merupakan salah satu tari sakral atau wali yang ada di wilayah Desa Adat Batununggul yang dipentaskan pada saat upacara/wali sebagai tari pemendak yang ditarikan oleh lebih dari 10 orang penari dari kalangan ibu-ibu.
Tarian ini memiliki ciri khas, para penari membawa dupa/pasepan di setiap gerak tarian tersebut.
Biasanya Tari Pendet Pasepan ini dipentaskan pada saat upacara Melasti ataupun Piodalan, dengan bertujuan untuk menetralkan unsur-unsur negatif untuk kembali disucikan dengan sarana dupa/pasepan simbol penyucian dari Dewa Agni.
Baca juga: NUSA Penida Festival Tekankan Konsep Long Trip ke Wisatawan
Sementara itu, Tari Baris Pati yang bersifat sakral dibawakan oleh 11 penari laki-laki, sesuai dengan pakem tradisi.
Tarian Baris Pati sendiri dikenal sebagai tari wali Desa Adat Ampel, Desa Pejukutan yang menggambarkan kekuatan, keteguhan, dan penjagaan arah mata angin, yang disebut sebagai Pengider Buana atau Asta Dala.
Tari Baris Pati Desa Adat Ampel, merupakan Tari Sakral sebagai bentuk kepahlawanan para prajurit untuk melindungi benteng pertahanan.
Tari Baris Pati ini sudah ada sejak turun-temurun yang diwariskan oleh tetua setempat, sebagai sarana pelengkap suatu upacara wali baik piodalan maupun Karya Agung lainnya yang bertujuan untuk membangkitkan semangat dan meningkatkan sradha bhakti kepada Maha Pencipta dengan segala manifestasinya.
Tari Baris Pati ini ditarikan oleh para tetua atau krama laki-laki dengan berbagai peran yakni 2 orang sebagai Kadian atau panglima perang, serta 9 orang sebagai prajurit/penari Baris Pati.
“Kami ingin memperkenalkan bahwa selain memiliki alam yang indah, Nusa Penida juga memiliki budaya yang luar biasa. Kedua tarian ini adalah warisan leluhur yang terus dijaga,” ujar Kadis Kebudayaan Klungkung, I Ketut Suadnyana.
Menurutnya, pelestarian kedua tarian sakral tersebut tidak berhenti hanya pada pertunjukan festival. Tari Baris Pati dan Rejang Pasepan akan diusulkan untuk didaftarkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTB).
“Pelestarian tidak cukup hanya tampil, namun juga melalui pencatatan dan pembinaan berkelanjutan. Ke depan kami berharap penarinya semakin banyak dan regenerasi bisa berjalan baik,” tambahnya.
Bupati Klungkung I Made Satria mengungkapkan, terselenggaranya Nusa Penida Festival merupakan wujud komitmen pemerintah daerah dalam membangun pariwisata yang berdaya saing, berkarakter budaya, dan berkelanjutan.
