TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Bising bunyi gesekan dan benturan dinding track dan bodi Tamiya terdengar dari lantai 3 Gedung Studio 81 Restoran Dapur Alam Jalan Patih Jelantik, Denpasar, Minggu (31/8/2014) sore.
Sesekali terdengar pula tawa dan tepuk tangan riuh dari anggota komunitas Tamiya yang berasal dari berbagai daerah.
Hari itu adalah final Kejuaraan Nasional Tamiya Sloop 2014 seri empat yang diselenggarakan di Denpasar sejak Jumat (29/8/2014) lalu.
Ruangan di lantai 3 itu tak begitu besar. Namun, cukup untuk menampung sekitar 50 orang dan lebih dari 20 kotak perkakas serta satu track yang tersusun dari 100 balok plastik.
Ketua panitia penyelenggara Kejurnas, Joko Santoso mengatakan, ini merupakan kali pertamanya Kejurnas Tamiya diselenggarakan di Bali sejak 2004 lalu.
Pria yang mengaku telah menggeluti dunia permainan Tamiya sejak 1989 ini menuturkan, setiap tahun, kejurnas diselenggarakan dalam lima seri yang berbeda.
Tahun ini adalah seri pertama, sedangkan yang kedua telah dilaksanakan di Jakarta, selanjutnya di Surabaya.
Kemudian Jumat tiba saatnya Denpasar untuk menjadi tuan rumah pada kejurnas seri keempat.
“Totalnya ada 21 tim yang mengikuti kejurnas. Asalnya macam-macam. Ada dari Jakarta, Bandung, Malang dan dari Bali sendiri,” tutur pria asal Solo ini.
Dari Bali sendiri terbagi dalam beberapa tim, yang masing-masing berasal dari daerah berbeda-beda.
Beberapa di antaranya dapat dijumpai di sisi selatan ruangan. Sebagian mengenakan seragam warna merah.
Beberapa tim ini misalnya GTC dari Denpasar, JT dari Singaraja, JAIM dari Batubulan dan masih ada beberapa lagi.
Gusman Rahina, anggota tim GTC dari Denpasar, menyambut positif kejurnas yang diadakan di Denpasar ini.
Ia menuturkan, kejuaraan yang bersifat nasional ini bisa merekatkan hubungan antar komunitas pencinta Tamiya di Bali.
Ia mengatakan, animo pencinta Tamiya di Bali cukup besar. Meski tak semuanya masif, tapi komunitas-komunitas pencinta Tamiya di Bali masih mudah dijumpai.