Berawal dari catatan sejarah dan petunjuk para sulinggih tersebut, Pakraman Gelgel pun sepakat menggelar upacara utamaning utama (mautama) yakni Karya Agung Memungkah, Nubung Pedagingan, Ngenteg Linggih, Pedudusan Agung, Tawur Panca Wali Krama, Mahayu Jagat, Marisuda Gumi.
"Berdasarkan petunjuk sulinggih, upacara ini utamaning utama, yang serupa Panca Wali Krama di Besakih. Dalam perjalanannya hingga saat ini, Pura Dasar Bhuana sebagai Kahyangan Jagat Bali sudah beberapa kali menjalani renovasi dan penataan, tapi belum pernah dilakukan pelaksanaan karya utamaning utama. Berdasarkan catatan sejarah, terakhir karya ini dilaksanakan 500 tahun silam," ungkapnya.
Baca: Dari 15 Tikungan Jadi 5 Tikungan, Peletakan Batu Pertama Shortcut Singaraja-Mengwitani
Baca: Setelah 500 Tahun Berlalu, Desa Pakraman Gelgel Kembali Gelar Upacar Karya Agung di Pura Dasar Buana
Tujuan dari upacara ini yaitu untuk menjaga kekuatan spiritual dari Pura Dasar Bhuana Gelgel sebagai Kahyangan Jagat di Bali dan secara umum memohon menjaga keajegan Bali secara keseluruhan.
"Diharapakan masyarakat Hindu Dharma se-Nusantara bisa memaknai ini dengan positif, dan diharapkan ikut tangkil. Sebab, ini merupakan Pura Kahyangan Jagat milik semua masyarakat," jelas Ketut Sugiana
Puncak dari upacara ini akan dilaksanakan Senin 31 Desember 2018.
Namun demikian, persiapan sudah dilakukan sejak tahun 2017 lalu dan secara resmi nuasen karya (memulai pekerjaan) dilaksanakan 24 oktober 2018.
Karya Agung Memungkah, Nubung Pedagingan, Ngenteg Linggih, Pedudusan Agung, Tawur Panca Wali Krama, Mahayu Jagat, Marisuda Gumi ini akan dipuput oleh 38 sulinggih.
Adapun sarana upakara karya di antaranya 13 kerbau seperti kerbau cemeng, kerbau sebulu, kambing, petu, penyu, lubak dan menjangan.(*)