Sempat Viral Warung Disebut Beri Harga Tak Wajar, Ini Cara Menentukan Harga untuk Untung Maksimal

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warung lesehan Lamongan Bu Anny di Jalan Hos Cokroaminoto, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal yang mendadak viral hingga dicibir warganet karena harganya yang terlalu mahal, Rabu (29/5/2019).

1. Mengadopsi Harga Berbasis Demografis

Kebanyakan penentuan harga gagal dan membuat dagangan tidak laku karena tidak memperhitungkan demografi, nilai produk, atau nilai merek.

Untuk mengatasi hal ini, adopsi strategi penetapan harga berbasis demografis, yaitu penetapan harga produk disesuaikan dengan target pengguna atau pembeli.

Dalam hal ini, Anda memerlukan data demografis target pasar yang disasar.

Misalnya saja, berapa pendapatan rata-rata target pembeli, jenis kelamin, lokasi, hingga pendidikannya.

Anda dapat mengukur faktor-faktor demografis itu dan memperhitungkan pengaruhnya terhadap penjualan.

Dengan ini, Anda dapat menggunakan formula khusus untuk menghitung harga.

2. Mengadopsi Harga Dinamis

Pada tahun 1969, Frank Bass, seorang profesor di Sekolah Pascasarjana Universitas Purdue, mengembangkan model untuk mengukur adopsi produk baru.

Model ini, yang disebut Model Difusi Bass, memberikan persamaan sederhana tentang bagaimana orang menggunakan produk di pasar.

Model ini pada dasarnya membagi konsumen menjadi dua kelompok, yaitu inovator dan peniru.

Inovator adalah pengguna awal yang mencoba produk baru dan memberi tahu orang lain tentang hal itu.

Sedangkan peniru adalah orang-orang yang mulai menggunakan produk baru setelah mendapatkan daya tarik, seringkali setelah rekomendasi dari inovator.

Dengan mengikuti pemodelan Bass, Anda bisa memberi produk yang dijual dengan harga rendah-sedang untuk menarik inovator.

Ketika para peniru mulai terbiasa dengan produk yang dijual, Anda bisa menaikkan harganya.

Halaman
1234

Berita Terkini