"Semua yang kami kumpulkan, merupakan karya seni termasyur dari semua kerajaan di Bali."
"Saya memiliki tanggung jawab untuk menjaga semuanya, karena ini akar dari perdaban dan budaya Bali," ungkapnya.
Wanita paroh baya berkulit putih ini lalu bangun dari duduknya.
Ia lalu ke lantai dua dan menunjukan beberapa benda bersejarah yang ia kumpulkan bersama mendiang Gunarsa.
Ia berjalan melewati berbagai koleksi bersejarah, dan langkahnya terhenti di depan sebuah lemari kaca.
Berlahan ia membuka lemari kaca itu, dan menunjukan sebuah patung singa yang merupakan koleksi masterpice Museum Gunarsa.
"Patung singa ini merupakan peninggalan kerajaan Buleleng. Patung ini peninggalan Gusti Ngurah Panji Sakti, pendiri kerajaan Buleleng," ujar Indrawati Gunarsa.
Patung singa itu terbuat dari kayu nangka, dan warna kilaunya sudah tampak memudar.
Meski sudah sangat tua, namun bentuk patung masih cukup baik.
Setiap ukirannya terasa khas dan tegas, menunjukan patung tersebut merupakan karya seni bercorak Bali Utara.
Bentuknya agak berbeda, dari patung Singa Ambara Raja yang selama ini menjadi icon kota Singaraja. Karya seni tersebut terasa lebih bertaksu, dan diperkirakan dibuat sekitar abad ke-16.
"Dulu saya mendapatkannya ini membeli, dari seseorang di Puri Buleleng."
"Mendapatkannya pun penuh perjuangan, karena harus bersaing dengan kolektor-kolektor dari seluruh dunia," ungkapnya.
Tidak hanya itu, Museum Gunarsa juga menyimpan koleksi seperangkat wayang dari massa Kerajaan Majapahit.
Hidung dari wayang kulit tersebut berlapis emas, dan merupakan pemberian dari Raja Majapahit, Tribhuna Wijayatunggadewi kepada raja di Bali dan sempat disimpan raja di Kerajaan Gelgel.