Beberapa hari seusai penjemputan itu pihak keluarga menyampaikan kesiapan tes keperawanan secara medis kepada pelatih.
Setelah menyampaikan kesanggupan tes itu, Ayu mengatakan, SAS sempat diperbolehkan kembali berlatih dan bahkan dinyatakan tidak dibebani lagi soal tes itu.
Namun, saat sudah kembali berlatih, tiba-tiba pihak pelatih mendadak kembali mempermasalahkan tes dan meminta adanya surat keterangan tes tersebut.
Keluarga kemudian membawa pulang SAS dan berusaha membuktikannya dengan melakukan tes yang dilakukan di rumah sakit milik Polri di Kediri pada 20 November 2019.
"Alhamdulillah, hasilnya selaput dara masih utuh," ungkap Ayu yang lantas menyampaikan hasil tes itu kepada pelatih.
Namun, rupanya pihak pelatih menolak hasil tes itu dan menginginkan tes dilakukan di rumah sakit yang ada Gresik.
Hal itu tentu ditolak oleh keluarga, karena menurut keluarga, tes keperawanan itu sudah sangat membebani anaknya, mengapa harus diulangi lagi.
Apalagi, menurutnya, hasil tes di Kediri sudah jelas hasilnya.
"Saya enggak mau, la wong anaknya saja kesakitan dengan tes itu," lanjutnya.
Ayu mengaku hampir selama 2 minggu bolak-balik pergi Kediri-Gresik untuk mengurus masalah itu namun rupanya tetap tidak ada hasil.
Ayu menegaskan, tidak mempermasalahkan jika anak kedua dari 2 bersaudara itu dikeluarkan dari pelatnas.
Dia hanya mempermasalahkan adanya tudingan tidak perawan.
Beban itu, menurutnya, akan sangat mempengaruhi masa depan anaknya.
Sebab, akibat masalah ini, anaknya tidak hanya malu pada lingkungan tetapi juga menyebabkan sudah tidak berhasrat lagi menjadi atlet senam.
"Sekarang sudah enggak mau senam," kata Ayu.