Harga Melonjak, Petani di Pangsan Badung Ini Tidak "Paksa" Cabainya untuk Segera Dipanen

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bapak Ponidi, Petani cabai di daerah Desa Pangsan, Petang Badung saat melihat hasil tanaman cabainya, Kamis (23/1/2020)

TRIBUN-BALI.COM, BADUNG - Meski harga cabai di Kabupaten Badung melambung tinggi, beberapa petani di Badung tidak memaksa cabai yang ditanamnya untuk cepat berwarna merah agar bisa dipanen.

Sepeti petani cabai di daerah Desa Pangsan, Petang, Badung, Bali ini, ia malah membuat cabainya tumbuh secara alami agar menjadi cabai organik. 

Cabai organik pun dipandang tidak berpengaruh pada harga di pasaran.

Harga cabai organik bisa melebihi harga cabai pada umumnya.

Cabai yang ditanam pun tidak sama sekali diberikan rabuk kimia untuk merangsang cabai agar cepat panen.

Dua Perupa Bali Gelar Pameran Tunggal, Mengangkat Tema Persoalan Tanah

Warga Bangun Rumah di Lahan Negara dan Langgar Ini, Satpol PP Beri Waktu 2 Minggu Bongkar Bangunan

Perlu Regulasi Lestarikan Raja Dalam Tatanan Budaya, Cegah Munculnya Raja-raja Halusinasi

Pantauan Tribun Bali dilokasi, petani cabai kecil yang berlokasi di Subak Bergiding, Banjar Sekar Mukti, Desa Pangsan, Petang, Badung, Bali itu hanya memberikan pupuk organik pada tanaman cabai yang ditanamnya.

Tanaman itu juga diberi peranga bunga agar cabai  yang di tanam cepat berbuah.

Meski harga cabai melambung tinggi, namun cabai tersebut tidak dipanen. Malahan sengaja ditunggu hingga waktu panen tiba.

“Kita memang membuat cabai organik, karena cabai organik tidak tidak mempengaruhi harga di pasaran. Bahkan harganya bisa lebih mahal dari pada harga cabai yang dijual di pasaran,” ujar salah satu petani cabai yang sebut dirinya bernama Bapak Ponidi, Kamis (23/1/2020).

BPJamsostek Tegaskan Dana Peserta Aman

Soal Keturunan Raja Majapahit, Turah Bima Enggan Tanggapi Klaim Aryawedakarna

Jumlah Wisatawan Australia Geser China di 2019, Bandara Ngurah Rai Layani 6.298.852 Wisman

Ia mengatakan, keunggulan cabai organik dengan cabai yang disemprotkan bahan kimia sangat jauh berbeda.

Bahkan jika tengkulak atau masyarakat paham, cabai organik bisa tahan lebih lama.

“Memang biasanya, kalau harga naik, cabai disemprot dengan obat berbahan kimia, agar cepat merah dan cepat panen. Namun kita di sini tidak, tetap mengutamakan pupuk organik,” jelasnya.

Ia menjelaskan cabai organik tersebut, saat di panen bisa bertahan lebih lama. 

Artinya, usai panen cabai organik bisa bertahan mencapai lebih dari satu minggu.

Bali Safari & Marine Park Ajak Masyarakat Donasi untuk Satwa Liar Korban Kebakaran Hutan Australia!

Harga Cabai di Bali Bisa Tembus Sampai Rp 150 Ribu per Kilogram

Akan Ada Pusat Perbelanjaan Menengah ke Atas di Pertokoan Suci Denpasar

Berbeda dengan cabai yang disemprot akan cepat busuk dan terlihat tidak fresh.

“Bisa kita lihat dua hari setelah panen. Batang cabai yang organik akan tetap hijau. Begitu sebaliknya cabai yang disemprot akan terlihat keriput,” katanya.

Pada bagian pohonnya juga mengalami perbedaan, ia mengatakan jika ditanam dengan pupuk organik, pohon cabai itu akan berumur panjang.

Bahkan bisa tiga sampai empat kali panen untuk cabai yang organik.

Namun jika pohon cabai disemprot untuk cepat berbuah  dan sebagainya, pohonnya akan cepat mengering dan mati.

Dokter Rumah Sakit Ikut Diperiksa, Ini Kata Polisi Soal Hasil Autopsi Jenazah LIna Mantan Istri Sule

Dinsos Bali Tunggu Data Nama dan Alamat Penerima PBI BPJS Kesehatan dari Pemerintah Kota/Kabupaten

Sehari Dijatah 150 Nomor Antrean, Warga Serbu Disdukcapil Tabanan Urus E-KTP

“Sekali tanam cabai, kita panennya dua bulan lagi lakau itu gunakan organik. Namun untuk yang tidak organik, sebulan lebih sudah bisa panen,” bebernya.

Disinggung kenapa memilih cara tanam organik, ia mengatakan beberapa hasil pertanian yang organik tidak akan berpengaruh dengan harga pasar, malahan bisa lebih mahal.

Selain itu, ia mengatakan ke depannya juga akan digunakan agrowisata dengan petani yang menanam tanaman semua berbahan organik.

“Di sini kita tak hanya menanam cabai organik saja, namun juga ada melon, semangka, cabai, jagung, ketela, rosela, kacang panjang, buncis, pepaya dan yang lainnya. Nah sebuah jenis tanaman ini sudah pasti awet, bahkan setelah panen satu bulannya baru dibelah terlihat masih bagus,” terangnya.

Viral, Video Seorang Ibu Sempoyongan Setelah Tasnya Ditendang, Ini Penjelasan Polisi

Lebih lanjut ia menjelaskan, konsep petani organik akan diterapkan untuk selanjutnya.

Hal itu karena tanaman organik akan sangat menguntungkan dan bagus untuk kesehatan.

“Kita menjualnya dengan tengkulak atau pengecer  sama seperti harga di pasaran dulu, iya lebih tinggi sedikit. Setidaknya dari sana mereka tau mana tanaman yang menggunakan organik dan tidak. Bahkan pembeli juga merasakan keawetannya atau tahan lama buah yang ditanam dengan cara organik,” jelasnya. 

“Contohnya cabai, sekarang petik dan ditimbang. Setelah satu jam pasti bobotnya turun kalau tidak organik. Hal itu karena batangnya layu. Berbeda dengan cabai organik pasti bobotnya tidak berubah,” pungkasnya. (*)

Berita Terkini