Oleh: I Putu Yoga Purandina, M.Pd. (Dosen Jurusan Dharma Acarya, STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja)
Akhir-akhir ini banyak yang menyoroti aktifitas atau kinerja guru selama pandemi Covid-19.
Ada yang mengapresiasi, ada juga yang mengkritisi, bahkan ada yang mencaci.
Mengapresiasi, misalnya guru dianggap makhluk super, dimana selama ini mampu mendidik dan mengasuh siswa di sekolah.
Setelah siswa ditemani oleh orang tuanya di rumah, banyak orang tua yang merasa keberatan dan sekaligus mengetahui sungguh beratnya pekerjaan seorang guru itu.
Yang mengkritisi yaitu ketika guru terlalu banyak memberikan tugas secara tidak terkontrol misalnya, atau malah sama sekali tidak melakukan apa-apa atau tidur tiduran.
• Empat PDP di Buleleng Dinyatakan Sembuh, Hasil Swab 16 Warga Bondalem Belum Diterima
• Kepala Perwakilan BI Bali Ingatkan Pentingnya Transaksi Non Tunai (QRIS) Ditengah Pandemi Corona
• Sekali Jalan, Laboratorium FKIK Universitas Warmadewa Mampu Cek 40 Sampel Swab
Untuk yang mencaci spertinya tidak elok saya beberkan di sini, tapi itu sah saja.
Profesi guru seungguhnya profesi yang sangat mulia, terlepas dari beberapa kasus oknum guru yang sangat tidak mencerminkan seorang guru.
Misalnya tesangkut kasus pidana, atau kinerjanya yang buruk seperti malas mengajar, tidak mengajar secara maksimal atau hanya sekedar saja.
Memang banyak yang beranggapan guru hanya menikmati gajih buta, bahkan celakanya banyak orang mengganggap profesi guru itu sangatlah mudah. Siapa saja bisa jadi guru.
Benar memang semua orang bisa jadi guru. Tapi mungkin hanya ‘sekedar guru’.
Menurut UU No. 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Dengan kata lain, guru merupakan profesi yang profesinal dengan berbagai tugas kewajibannya. Tentu tidak semudah kata-kata untuk melaksanakan semua kewajiban tersebut.
Profesional maksudnya disini ialah menggunakan keahlian, kemahiran, dan kecakapannya dalam melakukan kinerjanya.
Di dalam Kitab suci Veda disebutkan bahwa Guru malah lebih dari sekedar pendidik. Pendidik dalam Veda disebut sebagai Acarya.
Guru harus melebihi itu semua. Guru mempunyai makna yang luas dimana seorang baru bisa disebut guru jikalau mampu terbebas dari kegelapan fikiran.
• Tabanan Waspadai Transmisi Lokal Covid-19, Komisi Gabungan di Dewan Kembali Bahas Hak Tenaga Medis
• Pemabuk Apes Saat Pandemi Covid-19 Diamankan Satpol PP Denpasar
• Doni Monardo Tegaskan Mudik Dilarang dan Tidak Ada Kelonggaran
Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan) pun disebut dengan sebutan guru, yaitu Guru Swadyaya.
Di dalam konsep Catur Guru disebutkan ada 4 (empat) guru yang mampu mengajarkan manusia tentang kehidupan. Pertama Guru Rupaka yang tidak lain merupakan orang tua kita.
Guru Pengajian adalah guru kita di sekolah yang mendidik kita di sekolah. Guru Wisesa adalah pemerintah melalui atauran dan kebijakannya mengatur kita.
Dan yang terakhir adalah Guru Swadyaya ialah Tuhan Yang Maha Esa yang telah meberikan kehidupan bagi kita semua.
Sekali lagi, Walaupun demikian adanya, bahwa guru memang bisa disebutkan seperti konsep tersebut, sebenarnya untuk dapat disebut sebagai guru haruslah terbebas dari kegelapan fikiran yang artinya tidak lagi mengalami kekacauan fikiran atau mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, tanpa membebankan orang lain.
Hal ini sangatlah penting karena seorang guru semestinya mampu memberi pencerahan atau penyelesaian masalah kepada orang lain. Bukan malah membebani atau manambah masalah baru.
Di atas telah dijelaskan bahwa semestinya menjadi guru itu harus menjadi guru yang profesional, bukan menjadi guru yang sekedar saja. Secara garis besar terdapat 7 (tujuh) tugas pokok guru.
1) Mengajar Peserta Didik; tugas ini merupakan tuga utama, yaitu mengajar seluruh peserta didik terkait ilmu pengetahuan secara mendalam, dengan tujuan ilmu pengetahuan yang diberikan akan bermanfaat di masa yang akan datang untuk setiap individu peserta didik.
2) Mendidik Peserta Didik; banyak orang belum mengetaui apa perbedaan antara mengajar dan mendidik. Mungkin semua bisa memberi pengetahuan terlepas apakah benar atau salah pengetahuan tersebut diberikan. Tugas mendidik ini jauh lebih susah untuk dilakukan. In terkait dengan mendidik karakter siswa atau peserta didik. Mendidik tidak bisa dilakukan hanya dengan kata-kata saja, namun membutuhkan keteladanan sikap atau memberikan contoh langsung oleh guru. Sehingga untuk merubah karakter seseorang menjadi lebih baik, guru harus merubah sikapnya dahulu menjadi baik.
3) Memberi Bimbingan dan Pengarahan pada Peserta Didik; selain mengajar dan mendidik, guru juga harus memberikan bimbingan dan pengarahan. Bimbingan secara kontinyu dan berkesinambungan membantu siswa baik dalam meneri pelajaran maupun menentukan sikap karakter yang sesuai dengan norma di masyarakat. Bimbingan bisa berbentuk arahan atau pemberitahuan, bisa juga dalam bentuk motivasi atau inspirasi, supaya siswa lebih bersemangat selama menempuh proses pembelajaran.
4) Melatih Peserta Didik; melatih tentu tujuannya untuk mengupayakan kecapan siswa untuk semakin mahir dalam bidangnya. Misalnya mahir dalam menggunakan Bahasa Inggris, nahir dalam menggambar, menyanyi dan lain-lain. Dalam latihan ini memang lebih banyak kepada bidang praktikal daripada teori. Siswa dituntun untuk lebih cekatan dalam mengekpresikan kecakapannya. Siswa juga dibantu dalam mengembangkan kreativitasnya.
5) Memberikan Penilaian; menilai atau memberikan penilaian kepada seseorang mungkin dianggap mudah atau gampang. Misalnya menilai atau memberikan pendapat tentang penampilan seseorang. Memamg mudah, tapi apakah penilaia tersebut baku dan terstandarisasi? Bisa saja setiap orang penilaiannya beda-beda, namun guru harus mampu menilai secara adil dengan meminimalisir tingkat subjektifitas. Merancang penilaian tentu tidaklah mudah. Penilaian harusla ditentukan dari sebuah kiisi-kisi dari materi yang telah diberikan, kemudia merancang soal yang sesuai, kemudian memberikan skor.
6) Memberikan Evaluasi; menilai dengan memberikan evaluasi sangatlah berbeda. Sebenarnya ada tiga istilah di sini yaitu pengukuran, penilaian dan evaluasi. Pengukuran ialah sebuah kegiatan membandingkan hasil dari sebuah kegiatan dengan parameter yang ada. Penilaian ialah kegiatan menyajikan penaksiran terhadap hasil pengukuran tadi sebagai dasar pengambilan keputusan. Sedangkan evaluasi adalah sebuah kegiatan yang mempengaruhi seluruh aspek dari melakukan pengukuran, kemudian melakukan pengumpulan hasil, serta terakhir adalah memberikan suatu keputusan atau lagkah yang selanjutnya diambil setelah belrlangsungnya pembelajaran. Guru juga melakukan evalusi terhadap dirinya sendiri.
7) Memberikan Dorongan Moral dan Mental; sebenarnya hampir mirip dengan tugas guru dalam memberikan bimbingan. Namun di sini lebih ditekankan dari segi penguatan secara moral dan mental. Guru harus mampu membakar semangat siswa untuk tetap tertarik mengikuti proses pembelajaran. Guru harus mampu memberikan arah tujuan hidup seorang siswa. Bukan hanya sekedar belajar saja. Namun belaajar untuk apa? Tentu siswa akan selalu menemukan rintangan dan masalah. Maka dari itu guru harus mampu membantu memberi semangat motivasi sehingga siswa mampu melewati hal tersebut. Siswa juga secara tidak langsung terinfirasi oleh gurunya dan percaya akan mampu menggunakan semua itu di masa yang akan datang. Yang terpenting guru secara moral dan mental harus sadar dan kuat untuk selalu memotivasi siswanya.
Melihat tugas pokok guru tersebut di atas tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Perlu perjuangan yang amat panjang untuk menjadi seorang guru.
Disamping itu di masyarakat guru harus menjadi tauladan bagi semua aspek.
Maka dari itu guru sesungguhnya makhluk yang tidak boleh salah, walaupun guru itu manusia yang pastinya tidak luput dari kesalahan.
Menariknya, di situasi pandemic ini kebijakan pendidikan berubah secara total. Guru harus melakukan kegiatan mengajar jarak jauh (remote teaching).
Apakah mungkin tugas guru yang banyak itu dilakukan dalam pembelajaran daring ini? Alangkah sulitnya dilakukan semua tugas pokok itu.
Namun guru harus tetap memiliki semangat atau solusi untuk itu semua. Saat ini saya percaya guru sedang melakukan yang terbaik untuk siswanya.
Guru pasti mampu mencari solusi dan melakukan semua tugasnya. Guru tidak tidur-tiduran, apalagi tidur beneran. (*)