Corona di Bali

Melihat Desa Adat Kedonganan

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana
Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bendesa Adat Kedonganan, I Wayan Mertha menjadi salah satu pembicara dalam webinar Nafas Desa di Bali di Masa Pandemi, Sabtu (23/5/2020). Webinar ini diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Kebudayaan Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Udayana (Unud).

Melalui upaya ini, LPD Kedonganan mengeluarkan uang dengan besaran sekitar Rp 3,5 miliar yang berasal dari keuntungan perusahaan pada 2019.

Melalui stimulus ini ada dua hal penting yang dicetuskan. Pertama LPD Kedonganan memberikan keringanan kepada masyarakat yang mempunyai cicilan.

Mereka diberikan kesempatan menunda pembayar kewajiban di LPD Kedonganan selama tiga bulan, terhitung dari April ke Juni 2020.

Kebijakan pemunduran pembayaran cicilan ini juga disertai tidak mengenakan denda ke masyarakat.

Selain itu, melalui LPD Kedonganan pihaknya juga memberikan bantuan berupa sembako kepada semua masyarakat adat.

"Jadi hampir 1.200 KK diberikan satu paket bahan makanan senilai hampir Rp 550 ribu per bulan sekali dan ini diberikan selama tiga bulan, (mulai) dari bulan April sampai dengan bulan Juni 2019," tuturnya.

Aktivitas Nelayan Berjalan

Dalam upaya meminimalisir runtuhnya ekonomi masyu, Merta masih memberikan kebijaksanaan agar kegiatan nelayan di Desa Adat Kedonganan bisa tetap berlangsung.

Sebelum memberikan kegiatan nelayan tetap berjalan, sudah didiskusikan secara panjang lebar dengan berbagai pihak terkait di desanya.

Mertha mengakui, kebijakan memberikan kegiatan nelayan tetap berlangsung sebenarnya sebagai situasi yang dilematis.

Baginya, jika aktivitas nelayan ini ditutup seperti pariwisata, maka nafas ekonomi masyarakat adat Kedonganan benar-benar akan putus.

Di sisi lain, aktivitas bongkar-muat nelayan sangat mudah untuk menciptakan kerumunan orang sehingga "melanggar" protokol kesehatan seperti social/physical distancing.

Situasi ini sangat sangat rawan karena bisa dengan mudah menyebarkan Covid-19 jika salah satu di antaranya ada yang tertular.

"(Tapi) kalau kami total berbicara tentang kesehatan tanpa memperhatikan aktivitas ekonomi maka benar-benar nafas Kedonganan bisa putus sama sekali. Karena memang tidak ada lagi aktivitas yang bisa menopang ekonomi kami di desa," tuturnya.

Akhirnya, upaya bongkar muat aktivitas nelayan di Desa Adat Kedonganan tetap dijalankan dengan berupaya menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat, terutama mengenai kerumunan orang diupayakan semaksimal mungkin untuk diurai.

Halaman
1234

Berita Terkini