Menurutnya, tes PCR dan tes Antigen dilakukan untuk fase akut, di mana tubuh masih ada virus.
Sementara, tes antibodi untuk fase lanjut atau 1-2 pekan setelah terjadi infeksi.
Mahalnya PCR
Terkait komentar warganet yang menyebut tes PCR cenderung mahal, Tonang menjelaskan, ada beberapa faktor yang memicu biaya tes ini menjadi lebih tinggi daripada rapid test.
"Faktor yang membuat tes PCR begitu mahal yakni ada dua tahapan pemeriksaan PCR yakni ekstraksi dan PCR itu sendiri, reagennya mahal, alat-alatnya mahal, harus di lab dengan standar minimal BSL-2, SDMnya harus terlatih, dan risiko kerja yang tinggi," ujar Tonang.
Oleh karena itu, pada beberapa tempat ada yang mematok harga sekali tes PCR sebesar Rp400.000 hingga jutaan rupiah.
Rapid test
Selain itu, Tonang menjelaskan, untuk rapid test terdiri dari rapid test antigen dan rapid test antibodi, serta Rapid Test Molekuler.
"Target Rapid Test Antigen, memeriksa Antigen virus Covid. Target Rapid Test Antibodi memeriksa Antibodi virus Covid. Jadilah ada 3 Rapid test kalau dilihat waktunya," katanya lagi.
Kemudian, berdasarkan pemberitaan Kompas.com (16/4/2020), rapid test dipilih pemerintah guna mencari dengan cepat orang-orang yang berpotensi terinfeksi SARS-CoV-2.
Harapannya, dapat dilakukan tindakan semaksimal mungkin agar jangan sampai orang tersebut melakukan kontak dengan orang lain dan menularkan virus yang dibawanya.
Tetapi, yang perlu diperhatikan adalah proses rapid test masih membutuhkan pembuktian tes laboratorium atau PCR tes.
Adapun tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah untuk mengukur kondisi antibodi seseorang yang melaksanakan tes tersebut.
Umumnya, antibodi dapat ditemukan ketika orang tersebut mengalami sakit.
Sebab, antibodi itu sendiri merupakan bentuk reaksi ketahanan tubuh yang berupaya melawan kuman atau organisme jahat yang masuk, termasuk virus corona. (*)
Artikel ini telah tayang di https://jogja.tribunnews.com/2020/06/13/mengapa-biaya-tes-pcr-mahal-berikut-penjelasannya?page=all.