Anak yang Lahir melalui Operasi Caesar Berisiko Terkena Alergi Lebih Tinggi, Begini Penjelasannya

Editor: Wema Satya Dinata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi anak batuk. Anak-anak yang lahir dengan caesar sectio risiko penyakit alerginya lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang lahir secara normal.

TRIBUN-BALI. COM - Anak-anak yang lahir dengan caesar sectio berisiko kena penyakit alergi lebih tinggi dibanding dengan anak-anak yang lahir secara normal, menurut konsultan Alergi dan Imunologi Anak, Prof Budi Setiabudiawan.

"Karena kalau dia lahir secara caesar, perkembangan mikrobiota normal di usus akan terlambat, tidak akan optimal sehingga terjadi perubahan pada sistem imun anak dan berisiko timbul di kemudian hari," kata dia dalam virtual gathering, Kamis (25/6/2020).

Sementara jika anak lahir melalui proses normal atau melalui vaginal, saluran cernanya lebih optimal sehingga risiko terkena alergi lebih rendah.

"Jadi kalau lahir secara normal lewat vaginal akan terjadi mikrobiotik dalam saluran cerna anak akan lebih optimal sehingga risiko alergi akan lebih rendah," tutur Budi.

Ramalan Zodiak Kesehatan 27 Juni, Virgo Gunakan Waktumu untuk Beristirahat, Pisces Coba Lakukan Yoga

Ibu Hamil di Surabaya Positif Covid-19 Setelah Nekat Mandikan Jenazah Mertua, Suami Kini Ditahan

Ramalan Zodiak Cinta 27 Juni 2020, Aries Jaga Mood, Cancer Dilanda Sejumlah Masalah

Risiko anak terkena alergi juga bisa karena sebab lain, salah satunya riwayat alergi satu atau kedua orang tua.

Jika kedua orang tua memiliki riwayat alergi maka berisiko membuat anak mereka 40-60 persen terkena alergi.

Risiko akan meningkat menjadi 60-80 persen jika orang tua memiliki manifestasi yang sama.

Bila hanya salah satu orang tua yang memiliki riwayat alergi, maka risiko anak terkena alergi sekitar 20-40 persen.

Risiko anak terkena alergi masih tetap ada yakni 5-15 persen bahkan jika orang tua tak memiliki riwayat alergi.

"Apabila dikenali dini, ditangani dini akan optimal tata laksana, sehingga tidak berlanjut ke penyakit seperti eksim, asma, rhinitis alergi. Kalau terlambat diagnosa, akan muncul dampak-dampak disebabkan penyakit alergi, dari sisi kesehatan misalnya meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti obesitas, hipertensi dan sakit jantung," papar Budi.

Faktor risiko lainnya paparan asap rokok, polutan lingkungan, kurangnya paparan sinar matahari, pengenalan makanan padat yang tertunda, defisiensi vitamin D hingga diet rendah n-3 PUFA, antioksidan dan serat.

Cara bedakan batuk pilek karena alergi atau infeksi

Ada cara untuk mengenali apakah gejala batuk dan pilek yang anak atau Anda alami tergolong alergi ataukah infeksi, terlebih di masa pandemi Covid-19 saat ini.

"Covid-19 kan infeksi. Kalau di saluran napas bisa batuk, pilek karena alergi atau infeksi? Untuk membedakannya perhatikan ada tidak demam," ujar konsultan Alergi dan Imunologi Anak, Prof Budi Setiabudiawan dalam virtual gathering Bicara Gizi "Allergy Prevention" dari Danone SN, Kamis (25/6/2020).

Cara Membuat Donat Panggang Empuk dan Padat, Berikut Resepnya

Ramalan Zodiak 27 Juni 2020, Kebaikan Taurus Akan Membawa Keberuntungan, Bagaimana dengan Zodiakmu?

Gorilla Dust Cloud Atau Fenomena Awan Debu Raksasa dari Gurun Sahara Terjang Amerika Serikat

Selain itu, amati bagaimana kejadiannya misal batuk dan pileknya, apakah terjadi sepanjang hari atau lebih ke malam hari dan terakhir, perhatikan apakah dahak atau ingus berwarna dan kental.

Jika ada demam, lalu batuk pileknya muncul pagi dan malam hari serta dahak atau ingusnya kental dan berwarna, maka dia kemungkinan mengalami infeksi.

"Kalau alergi biasanya tidak disertai demam. Kejadian batuk pileknya terutama pada malam hari dan biasanya dahak atau ingusnya bening, tidak berwarna," tutur Budi.

Deteksi alergi

Budi menekankan pentingnya deteksi dini alergi terutama pada anak agar bisa segera mendapatkan penanganan sehingga tidak menganggu tumbuh kembangnya.

Alergi merupakan respon sistem imun yang tidak normal untuk mengenali bahan-bahan yang sebenarnya tidak berbahaya bagi orang lain.

"Deteksi dini dan nutrisi tepat mencegah alergi anak. Kalau tidak dicegah bisa menjadi komorbid pada anak yang menempatkannya rentan terkena Covid-19," tutur Budi.

Organisasi Kesehatan Dunia WHO menyebut penduduk dunia mengalami alergi 30-40 persen.

Lalu, hingga 550 juta orang diketahui mengalami alergi makanan, salah satunya alergi susu sapi.

Di Indonesia sekitar 7,5 persen anak mengalami alergi susu sapi.

Lebih lanjut, alergi biasanya dialami pada anak dengan bakat alergi yakni diturunkan dari salah satu atau kedua orang tuanya.

Jika kedua orang tua memiliki riwayat alergi maka berisiko membuat anak mereka 40-60 persen terkena alergi.

Risiko akan meningkat menjadi 60-80 persen jika orang tua memiliki manifestasi yang sama.

Bila hanya salah satu orang tua yang memiliki riwayat alergi, maka risiko anak terkena alergi sekitar 20-40 persen.

Risiko anak terkena alergi masih tetap ada yakni 5-15 persen bahkan jika orang tua tak memiliki riwayat alergi.

"Apabila dikenali dini, ditangani dini akan optimal tata laksana, sehingga tidak berlanjut ke penyakit seperti eksim, asma, rhinitis alergi. Kalau terlambat diagnosa, akan muncul dampak-dampak disebakan penyakit alergi, dari sisi kesehatan misalnya meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti obesitas, hipertensi dan sakit jantung," papar Budi.

Untuk membantu orang tua mendeteksi alergi pada anak mereka berdasarkan riwayat alergi keluarga, saat ini tersedia tools digital Allergy Risk Screener by Nutriclub.

Corporate Communication Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin mengatakan tools digital ini juga bisa membantu memberikan edukasi tentang pencegahan alergi sejak dini dan membantu mempersingkat waktu konsultasi.

Allergy Risk Screener by Nutriclub dapat diakses pada bit.ly/allergyriskscreener. (*)

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Terungkap, Anak Lahir Lewat Operasi Caesar Berisiko Lebih Tinggi Kena Alergi,

Berita Terkini